Perwira Intelijen USAF Tekankan Bahwa Indonesia Peluang Terbaik AS Hadapi Agresi China

Indonesia peluang terbaik AS hadapi agresi China di Indo Pasifik (foto : Biro Pers Setpres)


TIMEMOMENTS.COM - Pertarungan segala lini AS Vs China mengakibatkan keseimbangan dunia goyah.

AS yang selalu jadi pemimpin dalam dunia unipolar terganggu dengan kehadiran China yang membawa multipolar.

Hegemoni AS sangat terganggu karena mereka tak mau China menggantikan perannya sebagai polisi dunia.

Sebetulnya antara AS dan China tak ada yang menguntungkan sepenuhnya bagi Indonesia.

Baca Juga : Indonesia Berpotensi Bantu Kapal Perang AS Agar Terus Laksanakan Misi di Indo Pasifik

Jika AS terus memimpin, dunia semakin tak menentu karena Washington seperti negara besar yang sudah turun mesin.

Masih kuat tetapi bisa terjungkal setiap saat.

Apalagi saat ini Presiden Donald Trump menaikkan tarif impor ke negaranya yang berdampak merugikan bagi Indonesia.

Slogan Make America Great Again (MAGA) menginjak kepentingan negara lain demi kemajuan pemerintah AS sendiri.

Sementara China mau berinvestasi ke negara-negara yang tak diindahkan oleh AS.

Keinginan Beijing membangun Belt and Road Initiative (BRI) yang melewati selat Malaka, Natuna dan jalur alternatif selat Lombok serta Sunda meminta Indonesia cermat menghadapi hal ini.

Jakarta dituntut berpikir kritis, cerdas memanfaatkan situasi mengenai BRI.

Tak boleh menolak tapi jangan terlalu menuruti semua keinginan China.

Jika berhasil dimanfaatkan maka perekonomian Indonesia melaju pesat.

Taiwan Jadi Barometer

Masalahnya BRI bisa berantakan apabila China menginvasi Taiwan.

Kemungkinannya cuma dua, China menang atau kalah di Taiwan.

Karena kalah menangnya China di Taiwan berakhir sama bagi BRI, kurangnya modal untuk mendukung terus hidupnya jalur itu.

Analisis sederhananya invasi China ke Taiwan memakan anggaran amat banyak.

Mau tahu berapa? menurut Bloomberg perkiraan biaya perang di Taiwan bisa mencapai total Rp 166,2 kuadriliun.

Padahal dalam satu tahunnya BRI membutuhkan biaya operasional sebesar Rp 1200 triliun.

"Tindakan militer apa pun yang diambil China untuk menjauhkan Taiwan dari kemerdekaan tidak hanya berisiko menimbulkan korban jiwa yang signifikan di kedua sisi Selat tetapi juga dapat memaksa negara-negara bersenjata nuklir, China dan AS, untuk melakukan serangkaian tindakan eskalasi yang membahayakan keamanan dan perdagangan di seluruh Asia" jelas United States Institute of Peace pada 9 Oktober 2024.

Adanya AS yang siap membantu Taiwan membuat keberlangsungan BRI makin tak menentu.

Sebab itulah Indonesia mesti cermat menyikapi BRI dan upaya klaim Nine Dash Line China yang mencaplok sebagian ZEE Natuna Utara.

Upaya AS Rangkul Indonesia


Di lain pihak, AS memanfaatkan klaim Nine Dash Line dengan apa yang mereka sebut upaya aneksasi Indo Pasifik sebagai kerajaan China untuk menggaet simpati negara-negara Asia.

Jepang, Korea Selatan dan Filipina sudah dipastikan berada di belakang AS.

Kemudian India, pengalaman perang serta konflik perbatasan dengan China mengakibatkan mereka membentuk The Quad bersama AS dan Australia.

The Quad murni untuk menanggapi situasi genting yang berkaitan dengan China.

Bahkan AS ingin memperbaiki hubungan dengan Vietnam.

Washington siap membuka hubungan diplomatik lebih dalam dan menjual murah F-16 ke Vietnam.

Presiden AS Donald Trump ketika berkunjung ke Vietnam

AS juga berniat memberikan pelatihan bagi coast guard Vietnam untuk menghadapi taktik Grey Zone China.

Tak lupa mereka ingin merangkul Indonesia.

Menurut Perwira Intelijen U.S. Air Force Reserve Lieutenant Colonel Kevin Peel menjelaskan bahwa AS perlu menggandeng Indonesia untuk melawan agresi China di Indo Pasifik.

"Indonesia menghadirkan peluang terbesar bagi AS untuk menjadi mitra regional yang kuat dan stabil dalam melawan agresi RRC dan upaya China untuk membentuk kembali tatanan regional dan dunia," jelas Peel diktip dari Air University dalam telaahnya berjudul 'Rising Tide: Strengthening the U.S.-Indonesia Partnership Against PRC Aggression' pada 1 Juli 2024.

Peel yang pernah memimpin 512th Intelligence Squadron, Fort Meade itu melihat tak melulu AS mesti menjaga hubungan diplomatik dengan Indonesia berlandaskan kerja sama militer.

AS mesti mendukung upaya Indonesia menjadi negara besar melalui berbagai sektor.

"Agar Indonesia dapat meraih kesuksesan, AS harus menjadi mitra ekonomi pilihan, baik melalui perdagangan maupun investasi; AS harus terus menjadi mitra keamanan pilihan, dan memperluas kemitraan tersebut ke operasi non-kombatan; AS harus memberikan dukungan diplomatiknya bagi kebangkitan Indonesia sebagai pemimpin regional yang cakap; dan AS harus memastikan bahwa pesan bilateral, regional, dan global menegaskan bahwa kemitraan antara kedua negara bermanfaat bagi semua pihak," ungkapnya.

Kini semua tergantung AS apakah mau mendekati dengan gaya diplomatik yang kaku atau memperlancar jalan Indonesia untuk menggapai cita-citanya jadi negara besar.

Karena jika terus menerus bersikap kaku, China langsung manfaatkan situasi.*

Seto Ajinugroho adalah seorang Wartawan yang berkecimpung di dunia Jurnalisme terutama menggeluti tentang informasi perkembangan teknologi pertahanan nasional dan internasional

Posting Komentar untuk "Perwira Intelijen USAF Tekankan Bahwa Indonesia Peluang Terbaik AS Hadapi Agresi China"