Balas Jasa Sudah Dibantu Lawan Sanksi Barat Giliran Rusia Permudah Indonesia Beli Alutsista Buatannya
TIMEMOMENTS.COM - Militer Indonesia saat ini mengoperasikan beragam alutsista dari Rusia.
Sebut saja Sukhoi Su-27, Su-30, Mi-35, Mi-17, BMP-3F, PT-76, BTR-50 hingga BTR-80.
Sejatinya operasional di lapangan militer Indonesia memang tak bisa lepas dari alutsista buatan Rusia.
Nama PT-76 dan BTR-50 bahkan sudah ada sejak operasi Jayawijaya digelar.
Pada operasi ini Indonesia mendapat banyak sekali alutsista dari Uni Soviet.
Jet tempur, kapal selam, pesawat angkut, helikopter, rudal hingga kapal penjelajah semua dikirim ke Indonesia.
Pasalnya Indonesia membutuhkan berbagai senjata untuk merebut Irian Barat yang dipertahankan begitu kuat oleh Belanda.
Belanda mengirim kapal induk Karel Doorman untuk mengantisipai serangan Indonesia.
Pengiriman ini ditanggapi bersemangat dimana kapal induk tersebut sebagai target utama militer Indonesia untuk ditenggelamkan.
Persiapan perang sudah matang namun AS meminta Belanda agar segera mundur agar bentrokan bersenjata tak terjadi.
Alasan AS meminta Belanda mundur karena militer Indonesia mengoperasikan bomber Tupolev Tu-16 yang tak bisa ditangkis oleh arhanud Belanda di Irian Barat.
Tridente alutsista militer Indonesia yakni Tu-16, Komar class dan Whiskey class punya misi khusus menenggelamkan Karel Doorman.
Akhirnya mundur semua Belanda, Irian Barat kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi.
Di sini bisa ditarik kesimpulan sederhana, diplomasi Indonesia di meja perundingan didukung oleh kekuatan bersenjata yang siap perang di belakangnya.
Cara seperti ini tetap dipertahankan pemerintah Indonesia sampai sekarang.
Bedanya Indonesia tak lagi begitu melirik alutsista buatan Rusia dalam jumlah banyak untuk memperkuat angkatan bersenjata.
Indonesia saat ini memilih alutsista dari Prancis, Turki, Korea Selatan hingga Brazil.
Fenomena pembelian seperti ini disebut diversifikasi senjata yang membuatnya tak bergantung pada satu supplier saja.
Pengalaman embargo militer tahun 1995-2005 membuat Indonesia tak mau lagi bergantung pada AS.
AS pun membuat sebuah aturan untuk mengatasi hal ini dimana setiap negara yang membeli alutsista dari Rusia akan dikenai sanksi CAATSA.
Sanksi ini sudah dijatuhkan ke Rusia itu sendiri, Mesir, Iran dan Turki.
Sementara itu Rusia yang sudah berkali-kali dikenai sanksi AS mencoba bertahan.
Misal saat ini usai menginvasi Ukraina, AS meminta negara-negara Eropa tak membeli gas bumi dari Rusia.
Pun pada tahun 2005, ada sanksi tegas dari AS kepada Rusia.
Rupanya saat itu Rusia mendapat bantuan dari Indonesia untuk bertahan dari sanksi ini dengan membeli peralatan industri dari sana.
"Selain itu, Indonesia juga membeli peralatan industri dan energi Rusia.
Secara umum, kontribusi Indonesia dalam mendukung industri permesinan Rusia sangat besar.
Saat ini, di tengah sanksi Barat, Rusia juga sangat membutuhkan Indonesia," jelas pravda.ru.
Rusia pun balas jasa dengan mempermudah Indonesia membeli alutsista buatannya.
"Indonesia secara aktif membeli persenjataan dan peralatan militer Rusia, dengan 18 kontrak senilai 632,1 juta dolar AS ditandatangani pada tahun 2003-2007.
Pada tahun 2008-2004, kerja sama kontraktual terus berlanjut dengan aktivitas yang tidak kalah aktif.
Komando Angkatan Laut (TNI AL) sedang mempertimbangkan kemungkinan memesan kapal dan kapal selam militer dari Rusia," jelasnya.
Tapi pada saat ini terlalu beresiko Indonesia membeli alutsista dari Rusia karena sudah disampaikan lagi bahwa ancaman sanksi CAATSA masih berlaku.*
Sejatinya operasional di lapangan militer Indonesia memang tak bisa lepas dari alutsista buatan Rusia.
Nama PT-76 dan BTR-50 bahkan sudah ada sejak operasi Jayawijaya digelar.
Pada operasi ini Indonesia mendapat banyak sekali alutsista dari Uni Soviet.
Jet tempur, kapal selam, pesawat angkut, helikopter, rudal hingga kapal penjelajah semua dikirim ke Indonesia.
Pasalnya Indonesia membutuhkan berbagai senjata untuk merebut Irian Barat yang dipertahankan begitu kuat oleh Belanda.
Belanda mengirim kapal induk Karel Doorman untuk mengantisipai serangan Indonesia.
Pengiriman ini ditanggapi bersemangat dimana kapal induk tersebut sebagai target utama militer Indonesia untuk ditenggelamkan.
Persiapan perang sudah matang namun AS meminta Belanda agar segera mundur agar bentrokan bersenjata tak terjadi.
Alasan AS meminta Belanda mundur karena militer Indonesia mengoperasikan bomber Tupolev Tu-16 yang tak bisa ditangkis oleh arhanud Belanda di Irian Barat.
Tridente alutsista militer Indonesia yakni Tu-16, Komar class dan Whiskey class punya misi khusus menenggelamkan Karel Doorman.
Akhirnya mundur semua Belanda, Irian Barat kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi.
Di sini bisa ditarik kesimpulan sederhana, diplomasi Indonesia di meja perundingan didukung oleh kekuatan bersenjata yang siap perang di belakangnya.
Cara seperti ini tetap dipertahankan pemerintah Indonesia sampai sekarang.
Bedanya Indonesia tak lagi begitu melirik alutsista buatan Rusia dalam jumlah banyak untuk memperkuat angkatan bersenjata.
Indonesia saat ini memilih alutsista dari Prancis, Turki, Korea Selatan hingga Brazil.
Fenomena pembelian seperti ini disebut diversifikasi senjata yang membuatnya tak bergantung pada satu supplier saja.
Pengalaman embargo militer tahun 1995-2005 membuat Indonesia tak mau lagi bergantung pada AS.
AS pun membuat sebuah aturan untuk mengatasi hal ini dimana setiap negara yang membeli alutsista dari Rusia akan dikenai sanksi CAATSA.
Sanksi ini sudah dijatuhkan ke Rusia itu sendiri, Mesir, Iran dan Turki.
Sementara itu Rusia yang sudah berkali-kali dikenai sanksi AS mencoba bertahan.
Misal saat ini usai menginvasi Ukraina, AS meminta negara-negara Eropa tak membeli gas bumi dari Rusia.
Pun pada tahun 2005, ada sanksi tegas dari AS kepada Rusia.
Rupanya saat itu Rusia mendapat bantuan dari Indonesia untuk bertahan dari sanksi ini dengan membeli peralatan industri dari sana.
"Selain itu, Indonesia juga membeli peralatan industri dan energi Rusia.
Secara umum, kontribusi Indonesia dalam mendukung industri permesinan Rusia sangat besar.
Saat ini, di tengah sanksi Barat, Rusia juga sangat membutuhkan Indonesia," jelas pravda.ru.
Rusia pun balas jasa dengan mempermudah Indonesia membeli alutsista buatannya.
"Indonesia secara aktif membeli persenjataan dan peralatan militer Rusia, dengan 18 kontrak senilai 632,1 juta dolar AS ditandatangani pada tahun 2003-2007.
Pada tahun 2008-2004, kerja sama kontraktual terus berlanjut dengan aktivitas yang tidak kalah aktif.
Komando Angkatan Laut (TNI AL) sedang mempertimbangkan kemungkinan memesan kapal dan kapal selam militer dari Rusia," jelasnya.
Tapi pada saat ini terlalu beresiko Indonesia membeli alutsista dari Rusia karena sudah disampaikan lagi bahwa ancaman sanksi CAATSA masih berlaku.*
Posting Komentar untuk " Balas Jasa Sudah Dibantu Lawan Sanksi Barat Giliran Rusia Permudah Indonesia Beli Alutsista Buatannya"