Media China Bingung Bagaimana Bisa Indonesia Punya Rafale, KF-21 Boramae dan KAAN Meski Anggaran Pertahanan Kecil

KAAN, KF-21 Boramae dan Rafale untuk Indonesia


TIMEMOMENTS.COM - Tak ada netizen yang menyangka bahwa Indonesia berkesempatan mempunyai Rafale, KF-21 Boramae dan KAAN.

Ketiga jet tempur kelas wahid tersebut nyatanya membuat negara di seluruh kawasan Asia Tenggara iri.

Jelas iri, ambil contoh Malaysia untuk pengadaan jet tempur baru hanya bisa membeli FA-50.

Padahal AU Malaysia membutuhkan Heavy Fighter, double engine yang mampu membawa persenjataan berjumlah banyak guna membom lawan.

Atau Vietnam yang masih berkutat dengan armada Sukhoi Su-30, pun kedepan masih berpikir menambah Flanker C.

Bahkan sekelas Singapura hanya memikirkan menambah armada udaranya dengan F-35.

Berbeda dengan Indonesia, negeri ini ingin mempunyai kemampuan membuat jet tempur siluman generasi kelima dengan program KAAN dan KF-21 Boramae.

Meski dipandang sinis oleh berbagai pihak, Indonesia tetap maju dengan program yang jelas mengenai pengembangan jet tempur siluman.

Jika langkah ini berhasil maka dipastikan hanya Indonesia negara Asia Tenggara yang mandiri membuat jet tempur.

Kesepakatan pembelian 48 unit KAAN memastikan Turki akan mentransfer pembuatan jet tempur tersebut ke Indonesia.

"Kesepakatan tersebut, yang ditandatangani di pameran Indo Defence 2025 di Jakarta, mencakup produksi di Türkiye dengan integrasi kemampuan lokal Indonesia dan transfer teknologi, dengan pengiriman yang direncanakan selama 10 tahun.

Perusahaan-perusahaan Indonesia akan bekerja sama dalam memproduksi drone dan sistem rudal dengan perusahaan-perusahaan Turki.

Kerja sama ini dianggap sebagai kunci untuk menyediakan keahlian dan infrastruktur penting yang dibutuhkan Indonesia, sehingga memungkinkan pengembangan kapabilitas dalam negeri dan memastikan kemandirian jangka panjang," lapor Daily Sabah pada 30 Juni 2025.

Agresifnya Indonesia mendorong industri pertahanan dalam negeri segera mandiri merupakan langkah tepat.

Dinamika kawasan yang tak bisa ditebak serta pengalaman embargo militer di masa lalu membuat Indonesia tak mau kecemplung di lubang yang sama.

Diversifikasi senjata sembari menata industri pertahanan dalam negeri dipuji sebagai pilihan masuk akal saat ini.

"Keputusan ini dipuji oleh beberapa analis pertahanan, sehingga Indonesia tidak terlalu bergantung pada segelintir pemasok pertahanan.

Hal ini sejalan dengan strategi yang lebih luas untuk mendiversifikasi pemasok pertahanan dan meningkatkan kapabilitas, terutama mengingat kebutuhan untuk mengatasi tantangan keamanan regional, termasuk kejahatan transnasional, keamanan maritim, dan potensi terorisme yang terus ada di kawasan tersebut," jelasnya.

Secara kasat mata, apa yang dilakukan Indonesia sungguh di luar dugaan.

Asal tahu saja, anggaran pertahanan Indonesia tahun 2025 sebesar Rp 167,4 triliun termasuk kecil di Asia.

Dengan skala ancaman yang sama, Singapura punya anggaran pertahanan tahun 2025 lebih besar sekitar 15 miliar dolar AS.

Australia bahkan lebih besar lagi senilai 55,7 miliar dolar AS.

Bahkan negara Asia yang minim ancaman perang yakni Arab Saudi sampai menganggarkan 74,76 miliar dolar AS tahun 2025.

Namun dengan anggaran sekecil itu, Indonesia mampu memanfaatkannya secara baik.

Hal inilah yang membuat media China. sohu.com kebingungan.

Bagaimana bisa Indonesia memiliki proyek strategis seperti Rafale, KAAN dan KF-21 Boramae dengan anggaran sekecil itu.

Meski perlu juga diakui bahwa sebagian besar pembelian alutsista dibiayai oleh pinjaman luar negeri.

"Militer Indonesia membuat serangkaian keputusan pengadaan militer besar, yang juga membuat orang bingung.

Sebagai contoh, Indonesia menandatangani kontrak dengan Turki untuk membeli 48 pesawat tempur siluman KAAN, tetapi tidak menyebutkan kolaborasi sebelumnya dengan Korea Selatan untuk mengembangkan pesawat tempur semi-siluman KF-21.

Indonesia juga menyatakan belum menyerah untuk membeli pesawat tempur Rafale Prancis atau mengkaji pesawat tempur J-10C Tiongkok.

Sebelumnya, Indonesia telah memesan 42 pesawat tempur Rafale kepada Prancis, dengan pengiriman diperkirakan akan dimulai pada tahun 2026.

Pada bulan Mei tahun ini, Indonesia membeli 12 pesawat tambahan," jelasnya pada 16 Juni 2025.

Hampir dipastikan Indonesia segera diperkuat oleh Rafale dan KAAN. Bahkan prototipe KF-21 Boramae rencananya dikirim tahun depan.(*)

Posting Komentar untuk "Media China Bingung Bagaimana Bisa Indonesia Punya Rafale, KF-21 Boramae dan KAAN Meski Anggaran Pertahanan Kecil"