Rusia Batal Beri Indonesia Alutsista yang Mampu Melawan Negara Besar di Dunia
TIMEMOMENTS.COM - Hubungan diplomatik Rusia dan Indonesia sudah berlangsung cukup lama.
Indonesia dan Rusia atau Uni Soviet kala itu memulai hubungan bilateral pada 3 Februari 1950.
Menteri Luar Negeri Uni Soviet saat itu, A.Vyshinsky mengirim telegram kepada Perdana Menteri (PM) Indonesia Mohammad Hatta untuk mengitarakan keinginan adanya hubungan diplomatik Jakarta dan Moskow.
Menteri Luar Negeri Uni Soviet saat itu, A.Vyshinsky mengirim telegram kepada Perdana Menteri (PM) Indonesia Mohammad Hatta untuk mengitarakan keinginan adanya hubungan diplomatik Jakarta dan Moskow.
Bunyi telegram dari Menlu Uni Soviet sebagai berikut.
"Atas nama pemerintah Uni Soviet, saya dengan hormat menyampaikan kepada Anda bahwa sejak pengakuan kedaulatan Republik Indonesia pada 27 Desember 1949 di Den Haag, Belanda, Pemerintah Uni Soviet juga mengakui kedaulatan dan kemerdekaan Republik Indonesia dan akan menjalin hubungan diplomatik dengan Indonesia," tulisnya.
Tentu saja Indonesia menyambut baik hal ini dimana Jakarta mengirim telegram ke Moskow dan dimulailah hubungan baik kedua negara.
Namun sebetulnya hubungan diplomatik Indonesia dan Uni Soviet sudah dimulai sejak 22 Mei 1948.
Sok Hok Gie dalam bukunya berjudul 'Orang-orang di Persimpangan Kiri Jalan' menjelaskan bahwa ada seorang mahasiswa Indonesia bernama Soeripno yang belajar di Praha bertemu dengan Duta Besar Uni Soviet, Silin di sana.
Namun hubungan diplomatik Soeripno dan Dubes Soviet di Praha tak diakui resmi oleh pemerintah Indonesia.
Kisah diawali Soeripno saat ditunjuk sebagai wakil Indonesia dalam World Federation of Democratic Youth (WFDY).
Dan rupanya Presiden Soekarno menitipkan sepucuk surat kepada Soeripno agar setibanya di Praha segera menemui Dubes Uni Soviet untuk membuka hubungan diplomatik dengan Moskow serta sebisa mungkin negara-negara Eropa Timur.
Bahkan kantor berita Soviet yang terkenal sampai sekarang, TASS, memberitakan saatitu bahwa Kedutaan Besar Uni Soviet di Praha kedatangan wakil resmi pemerintah Indonesia yakni Soeripno untuk membuka hubungan diplomatik.
Setelah itu Soeripno menetap di Uni Soviet untuk membuka kantor penerangan Indonesia yang juga bertindak sebagai wakil pemerintah untuk negara-negara Eropa Timur meski ujungnya pemerintah Indonesia tak mengakui secara resmi adanya hubungan diplomatik yang dijembatani Soeripno.
Proses panjang hubungan diplomatik Indonesia dan Rusia tentu ada berbagai kisah di dalamnya.
Yang terkenal ialah pembelian senjata besar-besaran oleh Indonesia dari Soviet guna melawan Belanda di Irian Barat.
Pun pada saat ini, Indonesia masih mengandalkan alutsista buatan Rusia seperti Su-27, Su-30 hingga BMP-3F sebagai mesin perang penjaga kedaulatan republik.
Selain itu Rusia hendak menjual alutsista ke Indonesia yang dianggap bisa melawan kekuatan negara besar di dunia.
Ia adalah kapal selam Kilo class.
"Oleh karena itu, Indonesia telah mengadopsi strategi langkah kecil, kemajuan cepat, untuk secara bertahap membangun kekuatan bawah laut yang substansial, sebuah kemampuan fundamental yang mampu melawan kekuatan besar mana pun.
Dengan memanfaatkan negara kepulauan dan sejumlah pangkalan pra-Jepang, kapal selam ini (Kilo class) dapat menyebar dan menyembunyikan diri, melakukan serangan yang terarah, yang menjadikan mereka kekuatan bawah laut yang tangguh," jelas mil.sina.cn pada 24 Juni 2016.
Namun Rusia gagal menjual alutsista tersebut kepada Indonesia.*
"Atas nama pemerintah Uni Soviet, saya dengan hormat menyampaikan kepada Anda bahwa sejak pengakuan kedaulatan Republik Indonesia pada 27 Desember 1949 di Den Haag, Belanda, Pemerintah Uni Soviet juga mengakui kedaulatan dan kemerdekaan Republik Indonesia dan akan menjalin hubungan diplomatik dengan Indonesia," tulisnya.
Tentu saja Indonesia menyambut baik hal ini dimana Jakarta mengirim telegram ke Moskow dan dimulailah hubungan baik kedua negara.
Namun sebetulnya hubungan diplomatik Indonesia dan Uni Soviet sudah dimulai sejak 22 Mei 1948.
Sok Hok Gie dalam bukunya berjudul 'Orang-orang di Persimpangan Kiri Jalan' menjelaskan bahwa ada seorang mahasiswa Indonesia bernama Soeripno yang belajar di Praha bertemu dengan Duta Besar Uni Soviet, Silin di sana.
Namun hubungan diplomatik Soeripno dan Dubes Soviet di Praha tak diakui resmi oleh pemerintah Indonesia.
Kisah diawali Soeripno saat ditunjuk sebagai wakil Indonesia dalam World Federation of Democratic Youth (WFDY).
Dan rupanya Presiden Soekarno menitipkan sepucuk surat kepada Soeripno agar setibanya di Praha segera menemui Dubes Uni Soviet untuk membuka hubungan diplomatik dengan Moskow serta sebisa mungkin negara-negara Eropa Timur.
Bahkan kantor berita Soviet yang terkenal sampai sekarang, TASS, memberitakan saatitu bahwa Kedutaan Besar Uni Soviet di Praha kedatangan wakil resmi pemerintah Indonesia yakni Soeripno untuk membuka hubungan diplomatik.
Setelah itu Soeripno menetap di Uni Soviet untuk membuka kantor penerangan Indonesia yang juga bertindak sebagai wakil pemerintah untuk negara-negara Eropa Timur meski ujungnya pemerintah Indonesia tak mengakui secara resmi adanya hubungan diplomatik yang dijembatani Soeripno.
Proses panjang hubungan diplomatik Indonesia dan Rusia tentu ada berbagai kisah di dalamnya.
Yang terkenal ialah pembelian senjata besar-besaran oleh Indonesia dari Soviet guna melawan Belanda di Irian Barat.
Pun pada saat ini, Indonesia masih mengandalkan alutsista buatan Rusia seperti Su-27, Su-30 hingga BMP-3F sebagai mesin perang penjaga kedaulatan republik.
Selain itu Rusia hendak menjual alutsista ke Indonesia yang dianggap bisa melawan kekuatan negara besar di dunia.
Ia adalah kapal selam Kilo class.
"Oleh karena itu, Indonesia telah mengadopsi strategi langkah kecil, kemajuan cepat, untuk secara bertahap membangun kekuatan bawah laut yang substansial, sebuah kemampuan fundamental yang mampu melawan kekuatan besar mana pun.
Dengan memanfaatkan negara kepulauan dan sejumlah pangkalan pra-Jepang, kapal selam ini (Kilo class) dapat menyebar dan menyembunyikan diri, melakukan serangan yang terarah, yang menjadikan mereka kekuatan bawah laut yang tangguh," jelas mil.sina.cn pada 24 Juni 2016.
Namun Rusia gagal menjual alutsista tersebut kepada Indonesia.*
Posting Komentar untuk "Rusia Batal Beri Indonesia Alutsista yang Mampu Melawan Negara Besar di Dunia"