Armada Perang Indonesia Dinilai Kapasitasnya Masih Terbatas dalam Memproyeksikan Kekuatan Tempur ke Medan Operasi

Armada perang Indonesia masih terbatas kemampuannya memproyeksikan kekuatan tempur ke medan operasi (foto: TNI AL)


TIMEMOMENTS.COM - Indonesia masih terus membentuk armada perang laut dan udara untuk memperkuat daya gebuknya.

Daya gebuk maksimal membuat Indonesia mempunyai bargaining power di depan negara lain yang mencoba mengganggu kedaulatannya.

Untuk itu diperlukan dibentuknya armada perang yang sekali dikerahkan memberikan efek jera kepada lawan.

Terlihat sederhana, namun memproyeksikan kekuatan tempur dari satu titik ke medan operasi lainnya butuh usaha besar.

Baca Juga : Armada Perang Indonesia Kekuatan Terdepan Asia Tenggara Karena Operasikan Kapal Induk Giuseppe Garibaldi

Hal ini sudah dilatih oleh militer Indonesia setiap tahunnya di Armada Jaya.

Dalam Armada Jaya, netizen mungkin cuma melihat garis besarnya saja yakni operasi amfibi merebut pantai yang dikuasai musuh.

Namun sebetulnya lebih dari itu.

Armada Jaya sudah dimulai saat embarkasi material tempur dan pasukan di dermaga keberangkatan ke kapal pengangkut dalam hal ini Landing Platform Dock (LPD).

Proses embarkasi sebetulnya mesti dinilai seberapa lama waktu dibutuhkan untuk hal itu.

Ada lagi seberapa besar kekuatan tempur yang dibawa, lebih banyak tambah bagus.

Tetapi terkadang disesuaikan pula jumlah kekuatan dengan seberapa besar ancaman yang dihadapi supaya tak buang-buang sumber daya.

Kemudian waktu berlayar menuju medan operasi, juga dihitung berapa lama, sebab hal ini mempengaruhi mental bertempur lawan.

Jika respon militer Indonesia lambat, moril lawan menguat dan lebih percaya diri menduduki wilayah yang nantinya jadi medan peperangan.

Kecepatan respon militer Indonesia menanggapi sangat penting di sini.

Dalam perjalanannya menuju medan operasi ada potensi gangguan dari unsur musuh.

Armada yang sedang berlayar sah-sah saja jika diserang lawan di tengah laut.

Jika tak bisa menanggulanginya, maka operasi terancam gagal total.

Ada satu cara ampuh bagi Indonesia agar armadanya tak diserang di tengah laut, yakni menyampaikan efek deteren kepada lawan.

Mempunyai armada perang yang terdiri dari kapal induk, kapal selam, fregat, korvet hingga destroyer yang membentuk sebuah Gugus Tempur Laut kuat sudah memberikan warning agar lawan tak mengganggu pelayaran.

Membuat lawan berpikir dua kali sebelum menyerang merupakan kemenangan taktis tanpa perlu menembakkan sebutir peluru.

Cara di atas sudah dilakukan oleh militer Indonesia.

Namun bagaimana bila setelah selesai di medan operasi satu langsung geser ke medan operasi lainnya tanpa perlu bekal ulang di dermaga keberangkatan?

Hal ini jarang sekali dipraktekkan oleh armada perang Indonesia, karena dalam perang memungkinkan hal itu terjadi.

Bila melihat US Navy dalam babakan perang Pasifik, mereka melakukan hal tersebut.

Armada US Navy tak kembali ke pangkalan, marathon melakukan misi-misi mendaratkan pasukan USMC ke gugus kepulauan Pasifik terus melaju sampai Okinawa.

Sebab US Navy punya kemampuan memproyeksikan kekuatan tempur skala besar dalam sekali waktu agar tak kehilangan momentum.

Proses embarkasi pasukan ke kapal LPD (foto : Pasmar 1)

Sementara Indonesia saat ini masih sangat terbatas kemampuannya memproyeksikan kekuatan tempur.

"Saat ini, Indonesia memiliki kapasitas terbatas untuk memproyeksikan kekuatan dan mengamankan jalur laut yang jauh.

Meskipun wilayah maritimnya sangat luas, Indonesia hanya memiliki tujuh fregat dan empat kapal selam serang, yang hanya mampu menjangkau titik-titik kritis.

Selain itu, angkatan udaranya juga kekurangan kemampuan tempur udara , dengan hanya 49 jet tempur yang dilengkapi dengan 42 pesawat tempur ringan dan pesawat latih canggih," jelas aspistrategist.org.au dalam artikelnya berjudul 'In contested region, Indonesia diversifies arms imports' pada 10 September 2025.

Yang terpenting saat ini Indonesia tengah menjadikan armada perang miliknya memiliki kemampuan memproyeksikan kekuatan tempur ke segala arah kapan pun dimanapun itu.*

Seto Ajinugroho
Seto Ajinugroho adalah seorang Wartawan yang berkecimpung di dunia Jurnalisme terutama menggeluti tentang informasi perkembangan teknologi pertahanan nasional dan internasional

Posting Komentar untuk "Armada Perang Indonesia Dinilai Kapasitasnya Masih Terbatas dalam Memproyeksikan Kekuatan Tempur ke Medan Operasi"