Kuat Dugaan Proyeksi Pertahanan Indonesia Berubah Doktrin Blue Water Navy Berkat KRI Brawijaya 320 dan Kapal Induk Giuseppe Garibaldi
![]() |
| Kapal Induk Giuseppe Garibaldi dan KRI Brawijaya 320 Diprediksi Rubah Proyeksi Pertahanan Indonesia Jadi Doktrin Blue Water Navy (YouTube Marine Militare) |
TIMEMOMENTS.COM- Puspen TNI dalam rilis resmi pada 8 Desember 2005 menyebut Indonesia selama ini punya pertimbangan sendiri untuk menganut Green Water Navy.
"Kalau dipelajari tentang geografi Indonesia termasuk cirri-cirinya dan lautnya yang terbuka, setengah terbuka dan tertutup, kemudian dikaitkan dengan posisi strategis maka sudah sepantasnya, Indonesia mempunyai kekuatan Angkatan Laut Kelas Green Water Navy untuk mengamankan dan menangkal setiap ancaman terhadap keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia", kata Kasal Indonesia saat itu Laksamana TNI Slamet Soebijanto seperti dikutip Timemoments.com.
Meski tak sebesar Blue Water Navy, Indonesia dengan TNI AL sebagai pelaksannya menitikberatkan operasi tempur di perbatasan negara.
Blue Water Navy adalah kelas Angkatan Laut di dunia yang paling besar, dibanding Brown Water Navy, Green Water Navy.
Green Water Navy yang dianut Indonesia dimana TNI AL pelaksananya merupakan tingkat kekuatan yang berada di atas Brown Water Navy tetapi berada di bawah Blue Water Navy.
Brown Water Navy adalah kekuatan Angkatan Laut yang biasanya dimiliki oleh negara-negara kecil yang jangkauannya yang tidak begitu luas.
Kemudian Green Water Navy adalah kekuatan Angkatan Laut yang mempunyai kemampuan menangkal agresi, menghancurkan agresi sekaligus mampu memberikan dukungan kepada pemerintah di dalam melaksanakan politik luar negerinya.
Sementara Blue Water Navy biasanya kekuatan Angkatan Laut negara-negara yang kuat, sifatnya lebih ofensif karena berupaya mempertahankan kepentingannya dimana saja tidak di wilayah negara itu sendiri.
Meski Indonesia sudah menganut Green Water Navy, tapi mantan anggota staf di Sekretariat Mekanisme Dialog dan Kerja Sama Tingkat Tinggi Indonesia–Tiongkok, Alfin Febrian dan Dosen Hubungan Internasional Universitas Airlangga Probo Darono mengungkap kenapa TNI AL Indonesia harus menjadi Blue Water Navy.
Dilansir Timemoments.com dari artikel terbitan East Asia Forum pada 27 November 2024, menurut mereka Indonesia juga terpengaruh oleh perilaku Tiongkok yang semakin agresif.
"Angkatan Laut Indonesia tergolong angkatan laut Green Water Navy, dengan kemampuan terbatas bahkan untuk mengamankan zona ekonomi eksklusifnya dan mengatasi ancaman skala kecil seperti penangkapan ikan ilegal," tulis keduanya.
"Indonesia berambisi untuk mengubah angkatan lautnya menjadi angkatan laut Blue Water Navy yang mampu memproyeksikan kekuatan di luar wilayah maritimnya.
Landasan bagi modernisasi angkatan laut Indonesia diletakkan selama pemerintahan mantan presiden Susilo Bambang Yudhoyono ketika menteri pertahanan saat itu Purnomo Yusgiantoro mengartikulasikan Kekuatan Pokok Minimum sebagai target militer Indonesia pada tahun 2024.
Ambisi Indonesia bahkan lebih luas untuk tahun 2045, membayangkan angkatan laut yang mampu memproyeksikan pengaruh secara regional dan global," tulis artikel berjudul Why Indonesia Needs a Blue-water Navy itu.
Rupanya ada alasan kuat yang mendasari kenapa Indonesia butuh menjadi Blue Water Navy.
"Blue Water Navy akan memungkinkan Indonesia untuk memainkan peran yang lebih signifikan dalam menjaga stabilitas geopolitik di Indo-Pasifik.
Hal ini akan meningkatkan kapasitas Indonesia untuk mencegah ancaman eksternal dan mengamankan jalur laut yang penting, termasuk Selat Malaka dan Laut Natuna Utara.
Kekuatan angkatan laut yang kuat ini akan meningkatkan pengaruh diplomatik Indonesia di Indo-Pasifik, memperkuat statusnya sebagai kekuatan menengah regional yang tidak berpihak," lanjut East Asia Forum dalam artikelnya.
Namun tak semudah membalikkan telapak tangan, untuk menjadikan TNI AL sebagai Blue Water Navy, Indonesia punya tantangannya tersendiri.
"Mewujudkan visi Blue Water Navy merupakan tujuan jangka panjang yang menuntut komitmen signifikan di berbagai sektor.
Indonesia harus memprioritaskan peningkatan anggaran pertahanan, investasi dalam industri teknologi maritim, dan pengembangan infrastruktur yang diperlukan untuk mendukung perluasan operasi angkatan laut.
Meskipun jalannya penuh tantangan, Blue Water Navy akan meningkatkan posisi strategis Indonesia dan berkontribusi pada stabilitas yang lebih baik di Indo-Pasifik," tutup artikel tersebut.
Kedatangan KRI Brawijaya 320 kapal perang terbesar dan tercanggih di Asia Tenggara dituding menjadi pertanda Indonesia akan menganut Blue Water Navy.
Dikutip Timemoments.com dari Defence Security Asia edisi 6 September 2025, Kedatangan KRI Brawijaya-320, kapal tempur multiperan PPA pertama Indonesia, disebut media Malaysia itu menandai lompatan strategis dalam modernisasi angkatan laut Jakarta dan keseimbangan kekuatan maritim di Asia Tenggara.
"Langkah ini (akuisisi kapal PPA Italia Red-) menandakan tekad Indonesia untuk beralih dari 'Brown Water Navy' menjadi 'Blue Water Navy' yang mampu melindungi jalur komunikasi laut (SLOC) penting yang merupakan urat nadi perekonomiannya.
Bagi Jakarta, pemilikan kapal ini hadir pada waktu yang strategik.
Sikap agresif China di Laut Cina Selatan dan meningkatnya serangan di sekitar Kepulauan Natuna telah memberikan tekanan mendesak kepada Indonesia untuk memiliki kapal perang dengan pertahanan udara canggih, anti-kapal selam, dan kemampuan serangan jarak jauh.
Selain dengan Tiongkok, Indonesia juga perlu mempertahankan perbatasan lautnya di Blok Ambalat, yang telah lama menjadi titik api dengan Malaysia dan telah menyaksikan konfrontasi laut, yang menjadikan keberadaan kapal PPA sebagai faktor pencegah terhadap aktor negara dan non-negara.
Kapal utama, KRI Brawijaya-320, sebelumnya dikenal sebagai Marcantonio Colonna (P433), menjadi tulang punggung perjanjian ini dan meningkatkan Angkatan Laut Indonesia dalam hal daya tembak, jangkauan operasi, dan kecanggihan sistem tempur," terang media Malaysia itu.
Belum usai sorotan pengadaan KRI Brawijaya 320 yang tersohor di ASEAN, dikutip Timemoments.com dari video bertajuk Perantara yang diunggah Antara pada 14 September 2025, TNI AL mengumumkan secara resmi upaya akuisisi kapal induk bekas Italia Giuseppe Garibaldi.
"Kemudian yang kapal induk, nanti bisa ditanyakan ke pihak Itali, tapi nanti kita berusaha untuk akusisi kapal induk yang dulu dimiliki oleh Angkatan Laut Itali, yaitu Garibaldi, dan harapannya nanti akan memperkuat jajaran armada kita.
Dan lebih akan kita gunakan untuk OMSP (Operasi Militer Selain Perang), tapi bisa juga digunakan untuk operasi militer untuk perang," terang Kepala Staf Angkatan Laut (KASAL) Laksmana TNI Muhammad Ali di acara penerimaan KRI Brawijaya 320, di Jakarta.
Makin kuat pula dugaan Indonesia beralih ke doktrin Blue Water Navy dengan pengadaan kapal induk bekas Italia.
"Jika rencana ini terwujud, maka keputusan pembelian kapal induk akan menjadi awal langkah bersejarah bagi militer dan pertahanan Indonesia.
Proyeksi pertahanan maritim Indonesia akan berubah yakni mengarah pada doktrin Blue Water Navy.
Dalam pemetaan kekuatan maritim dunia, dikenal tiga paradigma pemirsa.
Pertama ada Brown Water Navy yakni penggelaran kekuatan perairan pada are sungai, atau perairan pada wilayah daratan.
Lalu diatasnya, ada Green Water Navy, yakni kekuatan maritim dengan kemampuan penggelaran di area lepas pantai dan pertahanan nasional.
Terakhir, ada Blue Water Navy dimana kekuatan maritim sebuah negara sudah mampu digelar di perairan global dan biasanya memiliki armada yang sangat besar untuk mencapai kawasan di benua lain.
Kekuatan maritim berkapabilitas Blue Water Navy identik dengan keberadaan kapal induk," terang Antara lewat video unggahannya.
***

Posting Komentar untuk "Kuat Dugaan Proyeksi Pertahanan Indonesia Berubah Doktrin Blue Water Navy Berkat KRI Brawijaya 320 dan Kapal Induk Giuseppe Garibaldi"