Analis Militer Moskow : Indonesia Mungkin Dapat Menukar Rafale dengan J-10 yang Lebih Murah
TIMEMOMENTS.COM - Indonesia setuju untuk menambah Rafale yang awalnya 42 unit jadi 66.
Kontrak pembelian tambahan Rafale sebanyak 24 unit diteken pada Juli 2025.
Dengan hal ini resmi Indonesia menjadi operator Rafale terbesar di luar Eropa.
Dengan hal ini resmi Indonesia menjadi operator Rafale terbesar di luar Eropa.
Bertambahnya Rafale semakin menegaskan bahwa kekuatan udara Indonesia tak main-main di wilayah Asia Tenggara.
Bisa disimpulkan secara sederhana bahwa angkatan udara Indonesia mempunyai daya pukul mematikan bermodal 66 unit Rafale.
Satu unit Rafale bisa membawa beragam munisi dan bom dalam satu sortie penerbangan.
Sistem pertempuran SPECTRA membuatnya lebih awas dan menanggapi ancaman yang mengarah kepadanya di waktu tepat.
Yang terpenting Indonesia harus memiliki pesawat pendukung agar misi yang diemban Rafale sukses.
Wajib Indonesia memiliki pesawat AWACS dan pesawat Electronic Warfare untuk bersama-sama dengan Rafale terbang melakukan berbagai macam misi.
Gambaran sederhananya seperti ini, AWACS itu seperti pelatih dalam sepak bola, mengembangkan taktik untuk memenangkan pertandingan.
Pesawat peperangan elektronik sebagai Playmaker atau gelandang jangkar, pengendali tempo sekaligus merusak ritme permainan lawan.
Sementara Rafale si no.9, striker tugasnya cuma satu, cetak gol dimana semua yang sudah diatur disediakan oleh AWACS dan pesawat peperangan elektronik harus ia eksekusi secara sempurna.
Jika armada udara Indonesia komplit seperti ini maka tak ada alasan Rafale gagal dalam melaksanakan misinya.
Bahkan dengan komposisi seperti ini Rafale bisa melawan jet tempur siluman generasi kelima macam F-35 maupun Su-57.
Salah satu kemampuan Rafale yang justru membuat F-35 dan Su-57 kesulitan melawannya ialah kecilnya tingkat Radar Cross Section (RCS).
"Meskipun Rafale memiliki fitur mitigasi siluman yang jauh lebih sedikit daripada pesawat-pesawat sejenisnya yang lebih canggih, ia memiliki beberapa fitur yang mengurangi penampang radarnya.
Salah satu fitur yang paling menonjol adalah saluran masuk udara berkelok-kelok pada jet tersebut. Alih-alih langsung menyedot udara ke dalam mesin turbin jet, saluran masuk udara melengkung ini 'menyembunyikan' bilah turbin dari deteksi dan membantu mengurangi pantulan radar," jelas 19 Forty Five pada 25 April 2025.
Selain itu Rafale menawarkan kemampuan yang dinilai baik namun harganya terjangkau.
"Rafale merupakan pilihan yang diinginkan oleh negara-negara dengan anggaran pertahanan sederhana yang tidak memiliki alasan untuk menghadapi beberapa lawan yang lebih canggih di dunia dan, oleh karena itu, tidak memerlukan pesawat siluman," jelasnya.
Akan tetapi nama Rafale tercoreng karena ditembak jatuh J-10 AU Pakistan dengan rudal PL-15.
India dituding tak becus memanfaatkan keunggulan teknologi Rafale menghadapi J-10.
Satu unit Rafale bisa membawa beragam munisi dan bom dalam satu sortie penerbangan.
Sistem pertempuran SPECTRA membuatnya lebih awas dan menanggapi ancaman yang mengarah kepadanya di waktu tepat.
Yang terpenting Indonesia harus memiliki pesawat pendukung agar misi yang diemban Rafale sukses.
Wajib Indonesia memiliki pesawat AWACS dan pesawat Electronic Warfare untuk bersama-sama dengan Rafale terbang melakukan berbagai macam misi.
Gambaran sederhananya seperti ini, AWACS itu seperti pelatih dalam sepak bola, mengembangkan taktik untuk memenangkan pertandingan.
Pesawat peperangan elektronik sebagai Playmaker atau gelandang jangkar, pengendali tempo sekaligus merusak ritme permainan lawan.
Sementara Rafale si no.9, striker tugasnya cuma satu, cetak gol dimana semua yang sudah diatur disediakan oleh AWACS dan pesawat peperangan elektronik harus ia eksekusi secara sempurna.
Jika armada udara Indonesia komplit seperti ini maka tak ada alasan Rafale gagal dalam melaksanakan misinya.
Bahkan dengan komposisi seperti ini Rafale bisa melawan jet tempur siluman generasi kelima macam F-35 maupun Su-57.
Salah satu kemampuan Rafale yang justru membuat F-35 dan Su-57 kesulitan melawannya ialah kecilnya tingkat Radar Cross Section (RCS).
"Meskipun Rafale memiliki fitur mitigasi siluman yang jauh lebih sedikit daripada pesawat-pesawat sejenisnya yang lebih canggih, ia memiliki beberapa fitur yang mengurangi penampang radarnya.
Salah satu fitur yang paling menonjol adalah saluran masuk udara berkelok-kelok pada jet tersebut. Alih-alih langsung menyedot udara ke dalam mesin turbin jet, saluran masuk udara melengkung ini 'menyembunyikan' bilah turbin dari deteksi dan membantu mengurangi pantulan radar," jelas 19 Forty Five pada 25 April 2025.
Selain itu Rafale menawarkan kemampuan yang dinilai baik namun harganya terjangkau.
"Rafale merupakan pilihan yang diinginkan oleh negara-negara dengan anggaran pertahanan sederhana yang tidak memiliki alasan untuk menghadapi beberapa lawan yang lebih canggih di dunia dan, oleh karena itu, tidak memerlukan pesawat siluman," jelasnya.
Akan tetapi nama Rafale tercoreng karena ditembak jatuh J-10 AU Pakistan dengan rudal PL-15.
India dituding tak becus memanfaatkan keunggulan teknologi Rafale menghadapi J-10.
Nasi sudah jadi bubur, kini nama J-10 melambung tinggi bahkan Indonesia tergoda olehnya.
Vasily Kashin, seorang analis militer, direktur Pusat Studi Eropa dan Internasional Komprehensif di Sekolah Tinggi Ekonomi dan kepala peneliti di Institut Hubungan Internasional Negara Moskow bahkan berani mengatakan ada mungkin Indonesia bisa menukar beberapa Rafale dengan J-10.
"Dalam hal kemampuan tempur, kedua pesawat tempur ini memiliki level yang serupa, tetapi kita dapat berasumsi bahwa J-10 akan jauh lebih murah. Indonesia mungkin dapat menukar beberapa pesawat tempur Rafale-nya dengan J-10," jelas Kashin dikutip dari Sputniknews China pada 9 Juni 2025 dalam artikelnya berjudul 'Expert: Purchasing Chinese fighter jets is very beneficial for Indonesia'
Langkah ini sangat krusial bagi Indonesia namun sekarang bukan waktu yang tepat menukar Rafale dengan J-10.*
Vasily Kashin, seorang analis militer, direktur Pusat Studi Eropa dan Internasional Komprehensif di Sekolah Tinggi Ekonomi dan kepala peneliti di Institut Hubungan Internasional Negara Moskow bahkan berani mengatakan ada mungkin Indonesia bisa menukar beberapa Rafale dengan J-10.
"Dalam hal kemampuan tempur, kedua pesawat tempur ini memiliki level yang serupa, tetapi kita dapat berasumsi bahwa J-10 akan jauh lebih murah. Indonesia mungkin dapat menukar beberapa pesawat tempur Rafale-nya dengan J-10," jelas Kashin dikutip dari Sputniknews China pada 9 Juni 2025 dalam artikelnya berjudul 'Expert: Purchasing Chinese fighter jets is very beneficial for Indonesia'
Langkah ini sangat krusial bagi Indonesia namun sekarang bukan waktu yang tepat menukar Rafale dengan J-10.*
Posting Komentar untuk "Analis Militer Moskow : Indonesia Mungkin Dapat Menukar Rafale dengan J-10 yang Lebih Murah"