Mantan Presiden China Hu Jintao Beberkan Indonesia Pegang 'Senjata Rahasia' untuk Lumpuhkan Negaranya

Mantan Presiden China Hu Jintao


TIMEMOMENTS.COM - Sebelum era kepimpinan Presiden Xi Jinping, Republik Rakyat China (RRC) di bawah pemerintahan Hu Jintao.

Hu Jintao menjadi presiden ke-6 RRC pada 15 Maret 2003.

Wakil Presiden dijabat oleh Xi Jinping.

Hu Jintao menjabat selama 10 tahun dimana baru pada 15 Maret 2013 ia meletakkan jabatan.

Karir politik Hu dimulai usai ia menyelesaikan studi Rekayasa Konservasi Air setelah menuntut ilmu di universitas Tsinghua dan lulus pada 1965.

Di sana ia sampai dicap sebagai calon prospektif bagi Partai Komunis China (PKC) yang sangat potensial.

Kenapa Hu sampai bisa dilirik PKC? rupanya rektor Tsinghua saat itu, Jiang Nanxiang memiliki kedekatan dengan para Komite Central PKC.

Jiang dikenal sebagai pencari kader potensial dari mahasiswa Tsinghua yang nantinya dimasukkan sebagai anggota PKC.

Tentu saja Hu menerima hal ini, kapan lagi baginya bisa masuk ke dalam lingkaran atas PKC, partai tunggal penguasa China.

Hu masuk ke PKC pada 1964, satu tahun sebelum lulus kuliah.

Tetapi karir politiknya tak berjalan mulus, saat Revolusi Kebudayaan digelorakan Mao Zedong, Hu dikirim ke provinsi termiskin China yakni Gansu.

Di Gansu ia bertemu dengan pembesar PKC lainnya macam Hu Yaobang dan Song Ping.

Singkat cerita karir politiknya di Gansu lancar jaya hingga akhirnua Deng Xiaoping menunjuk Hu sebagai Sekretaris Jenderal PKC pada 2002.

Satu tahun setelahnya dirinya jadi Presiden RRC menggantikan Jiang Zemin.

Kepemimpinan Hu menandai transisi China menjadi negara yang lebih besar dari sebelumnya.

"Hu Jintao memimpin kebangkitan fenomenal Tiongkok sebagai kekuatan global dan perubahannya ke arah yang lebih tegas dalam urusan luar negeri," beber E-International Relations pada 8 Desember 2012.

Kenapa bisa China jadi besar? karena Hu berfokus pada pembangunan kekuatan nasional.

Juga menghindari benturan langsung dengan Barat karena tak mungkin saat itu bagi China melawan mereka.

"Ketika Hu mengambil alih kepemimpinan China, ia mengikuti kebijakan taoguangyanghui menyembunyikan kapabilitasnya, berfokus pada pembangunan kekuatan nasional, dan menunggu waktu yang tepatyang ditetapkan oleh Deng Xiaoping pada awal 1990-an untuk menghindari konfrontasi dengan AS dan kekuatan Barat lainnya karena kekuatan nasional dan posisi geostrategis Tiongkok yang terbatas tidak memungkinkannya untuk mengerahkan pengaruh yang cukup besar," ujarnya.

AS terutama memegang kunci agar China menjadi negara modern.

Salah satu dan paling penting ialah perekonomian.

"AS memegang kunci bagi upaya modernisasi Tiongkok yang berkelanjutan.

Dalam hubungan dengan negara-negara tetangganya di Asia, Beijing melanjutkan "mulin zhengce" (kebijakan bertetangga baik) untuk menciptakan lingkungan regional yang damai yang kondusif bagi pembangunan ekonominya," bebernya.

Dari sinilah tercetuskan One Belt One Road (OBOR) atau jalur sabuk yang membentang menghubungkan Asia dan Eropa demi kepentingan perekonomian China dalam jangka waktu panjang.

Salah satu jalur OBOR, urat nadi utamanya ialah selat Malaka.

Menurut Hu, ia menjuluki selat yang dikendalikan Indonesia itu sebagai 'dilema Malaka'

Karena Indonesia bisa menutup selat Malaka hanya berdasarkan keinginannya sendiri.

Selat Malaka jadi 'senjata rahasia' Indonesia dan dapat melumpuhkan perekonomian China dalam sekejap.

"Menurut Forum Ekonomi Dunia, 94 ribu kapal melewati selat ini setiap tahun, mengangkut sekitar 30% dari seluruh barang dunia. Tiongkok sangat bergantung padanya sekitar 80% minyak impor ke negara tersebut diangkut melalui Selat Malaka.

Pada tahun 2003, Sekretaris Jenderal PKC saat itu, Hu Jintao, bahkan memperkenalkan istilah "dilema Malaka" untuk menggambarkan ketergantungan Tiongkok pada jalur pelayaran ini.

Indonesia juga mengendalikan selat-selat penting lainnya yang menghubungkan Samudra Hindia dengan Pasifik: Selat Sunda, Selat Makassar, Selat Bali, Selat Maluku, dan selat-selat lainnya," jelas rbc.ru dalam artikelnya berjudul 'Experts assess the potential for military cooperation between Russia and Indonesia' pada 16 September 2024.

Bayangkan negara China tanpa 80 persen minyak bumi yang mentenagai alutsistanya, apa yang terjadi? Indonesia bisa melakukan hal tersebut.*
Seto Ajinugroho
Seto Ajinugroho adalah seorang Wartawan yang berkecimpung di dunia Jurnalisme terutama menggeluti tentang informasi perkembangan teknologi pertahanan nasional dan internasional

Posting Komentar untuk "Mantan Presiden China Hu Jintao Beberkan Indonesia Pegang 'Senjata Rahasia' untuk Lumpuhkan Negaranya"