Rusia Siap Bantu Indonesia Bentuk Armada Penjagal Kapal Induk Berisikan Kapal Cepat Rudal
TIMEMOMENTS.COM - Indonesia sebetulnya sudah sedari dulu akrab dengan Kapal Cepat Rudal (KCR).
Generasi pertama kapal cepat rudal Indonesia ialah Komar class.
Komar class dibuat oleh galangan kapal SSZ Leningrad no. 5 dan Vladivostok no. 602 Uni Soviet pada tahun 1952.
Total 112 Komar class telah dibangun dan digunakan oleh 10 angkatan laut di dunia di luar Soviet itu sendiri.
Indonesia membeli Komar class pada tahun 1961 sebagai bagian dari kampanye Trikora merebut Irian Barat.
Generasi pertama kapal cepat rudal Indonesia ialah Komar class.
Komar class dibuat oleh galangan kapal SSZ Leningrad no. 5 dan Vladivostok no. 602 Uni Soviet pada tahun 1952.
Total 112 Komar class telah dibangun dan digunakan oleh 10 angkatan laut di dunia di luar Soviet itu sendiri.
Indonesia membeli Komar class pada tahun 1961 sebagai bagian dari kampanye Trikora merebut Irian Barat.
12 unit Komar class dikirim Soviet dari armada Pasifik di Vladivostok.
KCR ini sekaligus membawa per kapalnya dua buah rudal P-15 Termit atau kode NATO menyebutnya SS-N-2 Styx.
Rudal anti kapal Styx inilah yang menjadi andalan bagi ALRI menggempur kapal induk Karel Doorman yang sengaja dikirim sebagai simbol kekuatan armada Belanda di Irian Barat.
Saat itu Indonesia berpikir bahwa melawan Karel Doorman menggunakan sesama kapal induk jelas tak mungkin.
KCR ini sekaligus membawa per kapalnya dua buah rudal P-15 Termit atau kode NATO menyebutnya SS-N-2 Styx.
Rudal anti kapal Styx inilah yang menjadi andalan bagi ALRI menggempur kapal induk Karel Doorman yang sengaja dikirim sebagai simbol kekuatan armada Belanda di Irian Barat.
Saat itu Indonesia berpikir bahwa melawan Karel Doorman menggunakan sesama kapal induk jelas tak mungkin.
Indonesia belum berpengalaman mengoperasikan kapal induk sehingga dibelilah Komar class.
Aspek peperangan asimetris perlu dilakukan mengingat anggaran pertahanan Indonesia kecil.
Uni Soviet kala itu mengerti kebutuhan ini, menggunakan kapal kecil guna menyerang armada kapal induk jelas menguntungkan.
Aspek peperangan asimetris perlu dilakukan mengingat anggaran pertahanan Indonesia kecil.
Uni Soviet kala itu mengerti kebutuhan ini, menggunakan kapal kecil guna menyerang armada kapal induk jelas menguntungkan.
Sementara itu untuk meneruskan tradisi, PT PAL Indonesia sudah membangun KCR 60 meter.
KCR 60 meter ini efektif melakukan operasi di wilayah littoral.
"Wilayah pantai atau littoral merupakan bagian dari strategi pertahanan dan keamanan maritim. Angkatan Laut memiliki tiga fungsi utama (Till, 2009) yaitu penegakan hukum, pertahanan, dan diplomasi.
"Wilayah pantai atau littoral merupakan bagian dari strategi pertahanan dan keamanan maritim. Angkatan Laut memiliki tiga fungsi utama (Till, 2009) yaitu penegakan hukum, pertahanan, dan diplomasi.
Masing-masing fungsi tersebut berlaku di semua wilayah yang masuk dalam strategi pertahanan dan keamanan maritim. Dalam ranah tiga fungsi tersebut wilayah pantai merupakan area dalam penerapan strategi pertahanan sea denial, sea control, dan power projection.
Dalam ranah diplomasi, wilayah pantai merupakan ranah pelaksanaan strategi deterrence. Sesuai dengan arah strategi green water navy TNI AL, maka kemampuan-kemampuan sea denial, sea control, law enforcement harus dimiliki dan prima untuk dapat mengamankan seluruh wilayah teritorial," jelas pal.co.id pada 14 Juli 2020.
KCR 60 meter ini punya kemampuan menembakkan rudal anti kapal yang mampu mengancam keberadaan kapal kombatan musuh yang ukurannya jauh lebih besar.
"KCR 60 Meter memiliki kepabilitas perang anti kapal permukaan (Anti Surface Warfare-ASW), perang anti pesawat udara (Anti Air Warfare-AAW), Electronic Warfare, dan Naval gun fire support. Dengan ukurannya yang tidak terlalu besar, KCR 60 Meter dengan sistem sensor dan senjata lengkap memiliki daya gempur dan kemampuan peperangan yang mematikan.
Rudal memiliki keunggulan daya hancur yang besar, kecepatan subsonik untuk mencapai target, presisi tinggi terhadap target berkat pemandu yang terus dikembangkan dan diperbaharui teknologinya. Sistem pemandu yang baik dapat meminimalisir kemungkinan tembakan meleset dari target, rudal dapat dikatakan ideal ketika memiliki kecepatan yang baik, daya hancur yang baik, dan memiliki circular error probality (CEP) kecil," jelasnya.
Jadi tak heran bila saat ini Indonesia memperbanyak alutsista jenis KCR.
Jumlah ideal KCR bagi Indonesia mungkin berkisar di angka 50-80 unit.
Menurut Kepala Pusat Wilayah Samudra Hindia di IMEMO RAS, Doktor Ilmu Sejarah Alexey Kupriyanov dikutip dari rbc.ru dalam artikelnya berjudul 'Experts assess the potential for military cooperation between Russia and Indonesia' pada 16 September 2024 menjelaskan negaranya siap membuka kerja sama pembuatan kapal jenis ini dan teknologi pertahanan maritim lainnya.
"Rusia akan terbuka untuk kerja sama militer dengan negara-negara ASEAN, terutama Indonesia. Kerja sama ini dapat mencakup penjualan dan pengembangan serta produksi bersama senjata angkatan laut modern, khususnya drone, serta sistem deteksi dan pelacakan.
Konsep 'armada nyamuk' yang terdiri dari kapal-kapal perang kecil yang lincah dan dapat bermanuver, yang digunakan dalam kelompok besar melawan kapal-kapal musuh yang lebih besar, kembali menjadi semakin relevan.
Karena kawasan maritim Asia Tenggara merupakan sistem laut dangkal yang terhubung oleh selat-selat sempit, fakta ‘revolusi maritim’ ini bisa jadi sangat penting bagi kawasan tersebut," jelas Kupriyanov.
Memang secara kemampuan Indonesia punya kans memperbanyak kapal cepat rudal namun saat ini yang sudah menjalin kerja sama dengannya justru Turki.*
Dalam ranah diplomasi, wilayah pantai merupakan ranah pelaksanaan strategi deterrence. Sesuai dengan arah strategi green water navy TNI AL, maka kemampuan-kemampuan sea denial, sea control, law enforcement harus dimiliki dan prima untuk dapat mengamankan seluruh wilayah teritorial," jelas pal.co.id pada 14 Juli 2020.
KCR 60 meter ini punya kemampuan menembakkan rudal anti kapal yang mampu mengancam keberadaan kapal kombatan musuh yang ukurannya jauh lebih besar.
"KCR 60 Meter memiliki kepabilitas perang anti kapal permukaan (Anti Surface Warfare-ASW), perang anti pesawat udara (Anti Air Warfare-AAW), Electronic Warfare, dan Naval gun fire support. Dengan ukurannya yang tidak terlalu besar, KCR 60 Meter dengan sistem sensor dan senjata lengkap memiliki daya gempur dan kemampuan peperangan yang mematikan.
Rudal memiliki keunggulan daya hancur yang besar, kecepatan subsonik untuk mencapai target, presisi tinggi terhadap target berkat pemandu yang terus dikembangkan dan diperbaharui teknologinya. Sistem pemandu yang baik dapat meminimalisir kemungkinan tembakan meleset dari target, rudal dapat dikatakan ideal ketika memiliki kecepatan yang baik, daya hancur yang baik, dan memiliki circular error probality (CEP) kecil," jelasnya.
Jadi tak heran bila saat ini Indonesia memperbanyak alutsista jenis KCR.
Jumlah ideal KCR bagi Indonesia mungkin berkisar di angka 50-80 unit.
Menurut Kepala Pusat Wilayah Samudra Hindia di IMEMO RAS, Doktor Ilmu Sejarah Alexey Kupriyanov dikutip dari rbc.ru dalam artikelnya berjudul 'Experts assess the potential for military cooperation between Russia and Indonesia' pada 16 September 2024 menjelaskan negaranya siap membuka kerja sama pembuatan kapal jenis ini dan teknologi pertahanan maritim lainnya.
"Rusia akan terbuka untuk kerja sama militer dengan negara-negara ASEAN, terutama Indonesia. Kerja sama ini dapat mencakup penjualan dan pengembangan serta produksi bersama senjata angkatan laut modern, khususnya drone, serta sistem deteksi dan pelacakan.
Konsep 'armada nyamuk' yang terdiri dari kapal-kapal perang kecil yang lincah dan dapat bermanuver, yang digunakan dalam kelompok besar melawan kapal-kapal musuh yang lebih besar, kembali menjadi semakin relevan.
Karena kawasan maritim Asia Tenggara merupakan sistem laut dangkal yang terhubung oleh selat-selat sempit, fakta ‘revolusi maritim’ ini bisa jadi sangat penting bagi kawasan tersebut," jelas Kupriyanov.
Memang secara kemampuan Indonesia punya kans memperbanyak kapal cepat rudal namun saat ini yang sudah menjalin kerja sama dengannya justru Turki.*
Posting Komentar untuk "Rusia Siap Bantu Indonesia Bentuk Armada Penjagal Kapal Induk Berisikan Kapal Cepat Rudal"