China Tawarkan Rudal Penjagal Kapal Induk AS YJ-18 kepada Indonesia
TIMEMOMENTS.COM - China sepertinya masih ngeyel berusaha menjual berbagai alutsista ke Indonesia.
Salah satunya ialah rudal anti kapal YJ-18.
China ingin menjual YJ-18 sepaket dengan kapal selam Yuan class atau kapal destroyer Type 052D.
Kedua alutsista itu bisa dimiliki Indonesia.
Apakah Indonesia membutuhkan kapal destroyer dan kapal selam?
Tentu saja iya, bahkan sebisa mungkin secepatnya tanpa harus menunggu proses pembuatan.
Indonesia tak bisa menunggu proses pembuatan karena situasi geopolitik di Indo Pasifik memanas.
Kita tak pernah tahu perang di Indo Pasifik kapan meletus.
Bisa hari ini, besok atau minggu depan.
Gambaran situasi di Indo Pasifik saat ini ruwet.
Klaim Nine Dash Line China menjadi akar permasalahan konflik di Indo Pasifik.
Bukan cuma itu, Nine Dash Line berbenturan dengan kepentingan AS di Indo Pasifik.
AS ingin selalu hadir di Indo Pasifik terutama melindungi kepentingan nasionalnya di Taiwan, Korea Selatan, Australia dan Jepang.
Untuk melindungi kepentingannya itu, AS memperkuat kekuatan militernya dengan membuka empat pangkalan baru di Filipina.
Filipina setuju akan hal ini, membuat AS mengumumkan pernyataan keras siapa yang menyerang kedaulatan Manila maka akan berurusan dengannya.
Pernyataan ini lebih ditunjukkan kepada pemerintah Komunis China yang sudah menduduki secara sepihak kepulauan Scarborough dan Spratly yang sejatinya milik Filipina.
Bahkan militer dan coast guard China mulai mendekati teluk Manila dimana di sana ada pangkalan angkatan laut Filipina.
"Menurut pelacak maritim SeaLight, CCG 3306 tampak menunggu di luar zona kontinen 24 mil laut, membayangi BRP Cape San Agustin milik Penjaga Pantai Filipina saat berlayar menuju Scarborough Shoal yang disengketakan.
Meskipun secara teknis kapal tersebut masih berada di luar perairan kepulauan Filipina, keberadaannya yang begitu dekat dengan ibu kota telah memicu perdebatan baru tentang semakin besarnya keinginan Tiongkok untuk menekan Manila di laut," jelas The Chronicle pada 15 Agustus 2025.
Aksi coast guard China di sini melecehkan kedaulatan Filipina.
AS sadar bahwa China hanya bisa dijinakkan dengan cara tegas maka dari itu melayarkan Carrier Strike Group (CSG) berisi kapal induk dan armada pengawalnya sering-sering ke Indo Pasifik.
Untuk menangkal hal tersebut dibuatlah YJ-18.
Menurut Missile Threat, YJ-18 merupakan rudal dengan dua kegunaan, anti kapal dan jelajah serang darat.
"YJ-18 adalah rudal jelajah Tiongkok dengan varian untuk misi antikapal dan serangan darat.
Rudal ini kabarnya merupakan turunan dari rudal 3M-54E 'Club' Rusia dan mulai beroperasi sekitar tahun 2014.
Spesifikasi YJ-18 menunjukkan peningkatan yang signifikan dibandingkan rudal antipesawat (ASCM) Tiongkok yang lebih tua, dengan jangkauan masing-masing dua dan tiga kali lipat dibandingkan 3M-54 dan YJ-83," jelasnya.
Apabila Indonesia mendapatkan YJ-18, bukan tak mungkin rudal ini ditempatkan sebagai unsur ofensif paling depan karena bisa menjagal armada kapal induk.*
China ingin menjual YJ-18 sepaket dengan kapal selam Yuan class atau kapal destroyer Type 052D.
Kedua alutsista itu bisa dimiliki Indonesia.
Apakah Indonesia membutuhkan kapal destroyer dan kapal selam?
Tentu saja iya, bahkan sebisa mungkin secepatnya tanpa harus menunggu proses pembuatan.
Indonesia tak bisa menunggu proses pembuatan karena situasi geopolitik di Indo Pasifik memanas.
Kita tak pernah tahu perang di Indo Pasifik kapan meletus.
Bisa hari ini, besok atau minggu depan.
Gambaran situasi di Indo Pasifik saat ini ruwet.
Klaim Nine Dash Line China menjadi akar permasalahan konflik di Indo Pasifik.
Bukan cuma itu, Nine Dash Line berbenturan dengan kepentingan AS di Indo Pasifik.
AS ingin selalu hadir di Indo Pasifik terutama melindungi kepentingan nasionalnya di Taiwan, Korea Selatan, Australia dan Jepang.
Untuk melindungi kepentingannya itu, AS memperkuat kekuatan militernya dengan membuka empat pangkalan baru di Filipina.
Filipina setuju akan hal ini, membuat AS mengumumkan pernyataan keras siapa yang menyerang kedaulatan Manila maka akan berurusan dengannya.
Pernyataan ini lebih ditunjukkan kepada pemerintah Komunis China yang sudah menduduki secara sepihak kepulauan Scarborough dan Spratly yang sejatinya milik Filipina.
Bahkan militer dan coast guard China mulai mendekati teluk Manila dimana di sana ada pangkalan angkatan laut Filipina.
"Menurut pelacak maritim SeaLight, CCG 3306 tampak menunggu di luar zona kontinen 24 mil laut, membayangi BRP Cape San Agustin milik Penjaga Pantai Filipina saat berlayar menuju Scarborough Shoal yang disengketakan.
Meskipun secara teknis kapal tersebut masih berada di luar perairan kepulauan Filipina, keberadaannya yang begitu dekat dengan ibu kota telah memicu perdebatan baru tentang semakin besarnya keinginan Tiongkok untuk menekan Manila di laut," jelas The Chronicle pada 15 Agustus 2025.
Aksi coast guard China di sini melecehkan kedaulatan Filipina.
AS sadar bahwa China hanya bisa dijinakkan dengan cara tegas maka dari itu melayarkan Carrier Strike Group (CSG) berisi kapal induk dan armada pengawalnya sering-sering ke Indo Pasifik.
Untuk menangkal hal tersebut dibuatlah YJ-18.
Menurut Missile Threat, YJ-18 merupakan rudal dengan dua kegunaan, anti kapal dan jelajah serang darat.
"YJ-18 adalah rudal jelajah Tiongkok dengan varian untuk misi antikapal dan serangan darat.
Rudal ini kabarnya merupakan turunan dari rudal 3M-54E 'Club' Rusia dan mulai beroperasi sekitar tahun 2014.
Spesifikasi YJ-18 menunjukkan peningkatan yang signifikan dibandingkan rudal antipesawat (ASCM) Tiongkok yang lebih tua, dengan jangkauan masing-masing dua dan tiga kali lipat dibandingkan 3M-54 dan YJ-83," jelasnya.
Apabila Indonesia mendapatkan YJ-18, bukan tak mungkin rudal ini ditempatkan sebagai unsur ofensif paling depan karena bisa menjagal armada kapal induk.*
Posting Komentar untuk "China Tawarkan Rudal Penjagal Kapal Induk AS YJ-18 kepada Indonesia"