Indonesia Berpotensi Akuisisi Sistem Pertahanan Udara HQ-9 Buatan China

Sistem pertahanan udara HQ-9


TIMEMOMENTS.COM - Perlu diketahui bahwa saat ini Indonesia masih kekurangan sistem pertahanan udara jarak sedang dan jauh.

Tidak bisa bila Indonesia selalu mengandalkan sistem pertahanan udara yang sudah tua.

Contohnya S-60, sistem pertahanan udara jarak pendek ini tak lagi efektif menangkal serangan udara musuh.

Saat ini serangan udara tak melulu berasal dari pesawat terbang.

Bisa dari drone bahkan rudal balistik.

Jadi yang datang menghampiri Indonesia tidak lagi pesawat terbang yang dikendalikan manusia, tapi cuma munisinya.

Perang udara modern seperti ini bakal menjadi role model.

Maka Indonesia harus sering-sering melakukan latihan menangkal serangan udara menggunakan Arhanud jarak jauh.

Selain itu alutsista lain seperti jet tempur pun harus mendukung pertahanan udara Indonesia.

Contohnya dalam latihan Kekah Gesit-25 dimana TNI AU melakukan simulasi serangan udara di Lanud Raden Sadjad Natuna.

"Pangkalan TNI AU Raden Sadjad (Lanud RSA) Natuna menggelar manuver lapangan bagian dari Latihan Kekah Gesit-25, Kamis 20 Februari 2025.

Latihan ini bertujuan untuk menguji kesiapan satuan dalam menghadapi berbagai skenario pertahanan udara dan operasi militer di wilayah strategis Natuna.

Manuver ini melibatkan berbagai unsur, termasuk pesawat intai Skadron Udara 52 Lanud RSA mendapat perintah dari Komando atas untuk melakukan pengamatan dan penghancuran terhadap instalasi komunikasi negara Wakanda di pesisir utara Pulau Natuna.

Satuan tugas pertahanan udara dari Denhanud 477 Kopasgat berperan dalam perlindungan udara dengan radar cover dan pertahanan titik," jelas TNI AU.

Selain dari angkatan udara, sistem pertahanan udara Indonesia bisa berasal dari angkatan laut dan darat.

Untuk angkatan laut, penggunaan kapal perang sebagai pertahanan udara sangat efektif.

Angkatan laut Indonesia punya rudal pertahanan udara jarak menengah VLS Mica yang dipasang di Martadinata class.

Kemudian kapal perang terbaru Indonesia, KRI Brawijaya yang dilengkapi Aster 30 yang lebih gahar dari Mica.

Namun Indonesia tetap perlu baterai arhanud jarak jauh yang berbasis di darat.

Sementara itu harga arhanud jarak menengah dan jauh lumayan mahal.

Tetap saja banyak jalan menuju Roma, China menawarkan banyak opsi bagi sistem pertahanan Indonesia.

China secara informal sudah menawarkan sistem pertahanan udara HQ-9 ke Indonesia.

HQ-9 sistem pertahanan hybrid, ia bisa di set jadi jarak menengah atau jauh.

"HQ-9 adalah sistem rudal pertahanan udara jarak menengah hingga jauh yang dirancang dan diproduksi di Tiongkok oleh Perusahaan Pertahanan CPMIEC (China Precision Machinery Import & Export Corporation).

Sistem HQ-9 dirancang untuk melacak dan menghancurkan pesawat, rudal jelajah, rudal udara-ke-permukaan, dan rudal balistik taktis. Sistem ini pertama kali diperkenalkan kepada publik saat parade militer peringatan 60 tahun berdirinya Republik Rakyat China.

Pengembangan HongQi 9 dimulai pada awal 1980-an, awalnya didasarkan pada sistem rudal pertahanan udara Patriot AS yang diperoleh Tiongkok melalui negara pihak ketiga yang tidak diketahui.

Seperti Patriot, HongQi 9 menggunakan sistem panduan terminal 'Track-Via-Missile' (TVM) dan awalnya dirancang untuk diluncurkan dari peluncur kontainer berbentuk kotak miring bergaya Patriot. Turki mungkin tertarik untuk membeli FD-2000, versi ekspor HQ-9," jelas Army Recognition.

Harga satu unit baterai HQ-9 komplit dengan sistem peluncur, radar dan pusat komando mencapai Rp 3,6 triliun.*

Posting Komentar untuk "Indonesia Berpotensi Akuisisi Sistem Pertahanan Udara HQ-9 Buatan China"