Ini Sebabnya Bambu Runcing Indonesia Ditakuti Penjajah, Sekali Kena Tusuk Menderita Infeksi Sebelum Tewas
TIMEMOMENTS.COM - Bambu Runcing, senjata tradisional ini memang sekarang menjadi simbol akan perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Keberadaanya merupakan jawaban atas keterbatasan senjata api di era perjuangan bersenjata merebut atau mempertahankan kemerdekaan.
Namun jangan pernah berpikir bahwa dengan bambu runcing sekarang pun militer Indonesia bisa menang perang.
Namun jangan pernah berpikir bahwa dengan bambu runcing sekarang pun militer Indonesia bisa menang perang.
Perjuangan yang perlu dilanjutkan generasi sekarang dari para Kusuma Bangsa ialah semangat mempertahankan dan mengisi kemerdekaan dengan hal positif.
Lantas bagaimana tercetusnya senjata bambu runcing ini?
Sebelum kemerdekaan rupanya di Hindia Belanda sudah terbentuk laskar-laskar perlawanan terhadap penjajah.
Sebab posisi Belanda semakin terdesak akibat negaraya diduduki Nazi Jerman pada 10 Mei 1940.
Hal ini menyebabkan kemampuan militer Belanda di Nusantara menurun drastis.
Sebelum kemerdekaan rupanya di Hindia Belanda sudah terbentuk laskar-laskar perlawanan terhadap penjajah.
Sebab posisi Belanda semakin terdesak akibat negaraya diduduki Nazi Jerman pada 10 Mei 1940.
Hal ini menyebabkan kemampuan militer Belanda di Nusantara menurun drastis.
Di tengah ancaman Bahaya Kuning Jepang, adanya Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928 yang meletakkan dasar berbangsa satu juga membuat pemerintah pendudukan semakin resah.
Situasi seperti ini dimanfaatkan oleh salah satunya Kyai Subkhi asal Temanggung, Jawa Tengah untuk membentuk laskar perlawanan bersama rakyat sekitar.
Kyai Subkhi lantas memperkenalkan senjata bambu runcing yang kemudian digunakan para santrinya.
Belum sempat digunakan menusuk tentara Belanda, keburu Jepang datang menjajah Indonesia.
Jepang lantas melakukan pendekatan berbeda terhadap rakyat.
Mereka bahkan melihat bambu runcing sebagai alat propaganda untuk merebut simpati rakyat pribumi.
Situasi seperti ini dimanfaatkan oleh salah satunya Kyai Subkhi asal Temanggung, Jawa Tengah untuk membentuk laskar perlawanan bersama rakyat sekitar.
Kyai Subkhi lantas memperkenalkan senjata bambu runcing yang kemudian digunakan para santrinya.
Belum sempat digunakan menusuk tentara Belanda, keburu Jepang datang menjajah Indonesia.
Jepang lantas melakukan pendekatan berbeda terhadap rakyat.
Mereka bahkan melihat bambu runcing sebagai alat propaganda untuk merebut simpati rakyat pribumi.
Yakni membentuk badan-badan keamanan seperi Heiho, Keibodan, Pembela Tanah Air (PETA), Seinendan, Fujinkai, Susintai dan Hizbullah.
Wait, kenapa ada Hizbullah? ternyata Jepang membentuk pasukan Islam ini pada 8 Desember 1944 sebagai perwujudan agar para santri mau membantunya berperang melawan Sekutu dalam teater Perang Pasifik.
Organisasi-organisasi di atas 'disatukan' menggunakan bambu runcing, selama masa pendidikan dasar militer, senjata yang digunakan untuk berlatih ialah bambu runcing.
Jepang menyebut bambu runcing sebagai Takeri.
Wait, kenapa ada Hizbullah? ternyata Jepang membentuk pasukan Islam ini pada 8 Desember 1944 sebagai perwujudan agar para santri mau membantunya berperang melawan Sekutu dalam teater Perang Pasifik.
Organisasi-organisasi di atas 'disatukan' menggunakan bambu runcing, selama masa pendidikan dasar militer, senjata yang digunakan untuk berlatih ialah bambu runcing.
Jepang menyebut bambu runcing sebagai Takeri.
Singkat cerita usai Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 diproklamirkan, organisasi bentukan Jepang tadi melebur dalam laskar-laskar atau bergabung ke Badan Keamanan Rakyat (NKR) cikal bakal Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Para personelnya masih ada yang membawa bambu runcing dan pada 10 November 1945 melakukan debut pertama kalinya bertempur melawan pasukan Inggris di Surabaya.
Meski babak belur di Surabaya, para pejuang kemerdekaan Indonesia menilai bambu runcing ternyata efektif digunakan dalam pertempuran.
Para personelnya masih ada yang membawa bambu runcing dan pada 10 November 1945 melakukan debut pertama kalinya bertempur melawan pasukan Inggris di Surabaya.
Meski babak belur di Surabaya, para pejuang kemerdekaan Indonesia menilai bambu runcing ternyata efektif digunakan dalam pertempuran.
Para pejuang kemudian memodifikasi bambu runcing dengan mengoleskan racun di ujungnya.
Supaya ketika ujungnya yang runcing melukai atau menusuk, lawan bakal kesakitan terkena infeksi sebelum tewas.
Supaya ketika ujungnya yang runcing melukai atau menusuk, lawan bakal kesakitan terkena infeksi sebelum tewas.
Efek psikologis inilah yang membuat nama bambu runcing kian terdengar di barisan pejuang mempertahankan kemerdekaan.
Usai di Surabaya, giliran Palagan Ambarawa pada 15 Desember 1945 menjadi saksi bahwa bambu runcing ikut bertempur lagi.
Kemenangan di Ambarawa dan ditentengnya bambu runcing dalam defile BKR usai pertempuran menjadi bukti bahwa ia saat itu bukan cuma simbol perjuangan Indonesia.(*)
Usai di Surabaya, giliran Palagan Ambarawa pada 15 Desember 1945 menjadi saksi bahwa bambu runcing ikut bertempur lagi.
Kemenangan di Ambarawa dan ditentengnya bambu runcing dalam defile BKR usai pertempuran menjadi bukti bahwa ia saat itu bukan cuma simbol perjuangan Indonesia.(*)
Posting Komentar untuk " Ini Sebabnya Bambu Runcing Indonesia Ditakuti Penjajah, Sekali Kena Tusuk Menderita Infeksi Sebelum Tewas"