Media China Yakin Rudal Balistik KHAN Indonesia Bukan Ancaman Bagi Beijing

Media China pastikan rudal balistik KHAN Indonesia bukan ancaman bagi Beijing


TIMEMOMENTS.COM - Akuisisi Indonesia atas rudal balistik KHAN boleh dibilang tepat.

Indonesia mendapat 'mainan baru' karena selama ini belum pernah mengoperasikan alutsista jenis ini.

Dilihat dari segi kemampuan, alutsista buatan Roketsan, Turki itu bisa dibilang gacor.

Daya tembak mencapai 280 km serta mampu membawa 470 kg hulu ledak.

Circular Error Probability (CEP) atau gampangnya kesalahan meleset dari target cuma 10 meter.

Namun impact dari daya ledaknya sudah menjangkau lebih dari 10 meter.

KHAN dilengkapi Inertial Navigation System (INS) agar dirinya tak kebingungan melacak target.

Target kesukaannya ialah artileri pertahanan udara musuh, situs radar, pusat komando, gudang militer hingga sasaran bernilai tinggi lainnya.

Ia dibuat sebagai platform ofensif yang bisa menyerang target jauh dari perbatasan.

Roketsan membuat KHAN bukan tanpa sebab.

Awalnya mereka ingin sistem rudal balistik macam ATACMS buatan Lockheed Martin, AS.

Namun karena ditolak untuk membelinya, Turki beralih mencari sumber daya lain.

Ankara menghubungi Beijing yang memang sudah sangat maju dalam pembuatan rudal balistik.

Pemerintah China punya program rudal balistik nasional yang dinamai Dongfeng (DF).

Maka dibentuklah China Aerospace Studies Institute yang bertugas membuat roket pengantar wahana antariksa serta rudal.

Air University, universitas yang operasionalnya di bawah USAF dalam sebuah penelitian menjelaskan bahwa saat ini rudal balistik merupakan tonggak reformasi kekuatan pemukul strategis People's Liberation Army (PLA) China yang bisa diisi hulu ledak nuklir.

"Meskipun PLA telah menempatkan penekanan kuat pada kekuatan rudalnya sejak mereka memasuki klub senjata nuklir, baru dalam beberapa dekade terakhir kekuatan rudal mulai menjadi yang terdepan dalam pemikiran strategis PLA," jelasnya.

Selain itu keberagaman proyek rudal balistik telah membuat China mendapatkan banyak perhatian.

"Barat baru menyadari kembalinya perhatian terhadap rudal balistik di PLA pada awal tahun 2000-an, tepatnya dengan munculnya Dongfeng (Angin Timur) -21D, yang sering dijuluki "Pembunuh Kapal Induk".

China terus memiliki program pengembangan rudal balistik yang paling aktif dan beragam di dunia, dan telah menarik perhatian khusus," ungkapnya.

Karena China sangat maju dalam teknologi rudal, Turki tertarik bekerja sama dengannya.

Sejak tahun 1997 rupanya Turki membeli peluncur roket WS-1A dan WS-1B dari China disertai alih teknologi.

Melihat kinerja WS-1A dan WS-1B yang optimal, Ankara berpikir untuk meningkatkan kemampuannya dengan rudal balistik.

Pada tahun berikutnya tepatnya 1998, Turki resmi meminta agar China mau menjual 300 unit sistem rudal balistik jarak pendek B611 atau dijuluki Bora senilai 300 juta dolar AS.

Kontrak yang sangat besar waktu itu.

"B611M merupakan versi terbaru dari B611, dengan jangkauan maksimum melebihi 260 kilometer dan kaliber 610 mm," jelas media asal China, Sohu dalam artikelnya yang berjudul 'Turkey is selling ballistic missiles to countries in the South China Sea. Further investigation reveals the technology originated in China!' pada 23 Maret 2024.

Lagi, Turki juga meminta alih teknologi B611M dan merekayasa sendiri sesuai kebutuhannya.

Hasil rekayasa ini kemudian melahirkan J600T Yildirim berdaya jangkau 300 km.

Versi ekspor dari J600T Yildirim ialah KHAN.

"Dari data ini, mudah untuk menyimpulkan bahwa rudal yang diekspor ke Indonesia adalah versi buatan Turki dari rudal B611M yang diekspor oleh China," jelas Sohu.

Beijing pun tak risau bahwasanya KHAN Indonesia bukan ancaman baginya.

"Saat ini, sistem ini telah diekspor ke Indonesia dan telah menjadi 'sumber penangkalan penting' di sekitar China.

Namun, hubungan antara China dan Indonesia relatif stabil saat ini, dan kinerja rudal ini terbatas.

Beijing juga sangat menyadari kinerja spesifik rudal ini, sehingga tidak khawatir rudal ini akan menjadi ancaman baginya," bebernya.

Meski demikian patut ditegaskan kepemilikan Indonesia atas rudal balistik munri untuk menjaga kedaulatan negara bukan menggunakannya dalam sebuah invasi.***



















Posting Komentar untuk "Media China Yakin Rudal Balistik KHAN Indonesia Bukan Ancaman Bagi Beijing"