AS Cuma Bisa Diam Lihat Armada Pasifik Rusia Kirim Kapal Destroyer ke Indonesia

Kapal destroyer armada Pasifik Rusia berkunjung ke Indonesia


TIMEMOMENTS.COM - Rusia di Eropa tak pernah mendapat kawan karena kebanyakan merapat ke aliansi NATO bentukan Amerika Serikat alias AS.

Untuk mengimbangi hal tersebut, Rusia mulai mengalihkan perhatiannya ke Asia Timur dan Tenggara.

Jangan heran dari dulu hingga saat ini Rusia terus menerus menjalin hubungan se-intens mungkin dengan Indonesia, Vietnam hingga Korea Utara.

China menjadi negara penerima manfaat paling besar dari Rusia atau semenjak Uni Soviet.

Baca Juga : Uni Soviet Sadar Pakta Warsawa Tak Selevel NATO Tanpa Bantuan Kekuatan Regional Asia Tenggara Bernama Indonesia

Angkatan bersenjata China sedari dulu sudah menerima persenjataan dari Uni Soviet.

Segala alutsista macam kapal perang, kapal selam, jet tempur hingga rudal mereka membelinya.

Selain membeli, China juga meminta alih teknologi ke Kremlin.

Soviet menyetujui dengan syarat Beijing membeli banyak alutsista kepadanya dalam waktu lama.

Terhitung ada alih teknologi kapal selam, jet tempur, pesawat pembom hingga rudal jarak jauh.

Dari sinilah saat ini militer China berkembang pesat dibarengi riset di dalam negerinya.

Kenapa Soviet mau melakukan hal demikian?

Alasannya cuma dua, Perdana Menteri Soviet Nikita Khrushchev membutuhkan peran Mao Zedong untuk mendukungnya di percaturan politik dalam negeri.

Serta adanya masalah Taiwan yang mana keberadaan angkatan bersenjata AS di sana.

"Perdana Menteri Soviet Nikita Khrushchev hanya setuju untuk membantu Tiongkok mengembangkan energi nuklir pada tahun 1954 karena ia membutuhkan dukungan Mao dalam perjuangan politik domestiknya.

Namun, krisis Selat Taiwan tahun 1958 membuat Rusia resah," jelas John Hopkins University Press dalam penelitiannya berjudul 'Between Aid and Restriction: The Soviet Union’s Changing Policies on China’s Nuclear Weapons Program, 1954-1960' April 2012.

Selain itu dukungan China bagi keberlangsungan paham Sosialis di Asia dibutuhkan.

Misal ke Vietnam dan Korea Utara, pengiriman bantuan ke kedua negara tersebut lebih efektif melalui China.

Selain China sebetulnya ada satu negara lagi yakni Indonesia yang bisa menerima manfaat berupa transfer teknologi alutsista Soviet.

Yakni Indonesia, saat Trikora 1961 banyak sekali alutsista Soviet dibeli oleh Indonesia.

Pengiriman alutsista ke Indonesia dipelototi AS dan Sekutu.

Namun pangkalan militer AS di Filipina dan Jepang cuma bisa saat armada Pasifik Soviet di Vladivostok terang-terangan melayarkan kapal destroyer ke Indonesia mendukung operasi Jayawijaya.

RI Irian, salah satu kapal perang Indonesia yang dibeli dari Rusia

"Pada tahun 1959, empat kapal perusak dan dua kapal selam dari armada Laut Hitam dan Pasifik Uni Soviet tiba di Surabaya. Reaksi Barat tertahan. Maka, pada tahun 1960, Uni Soviet memutuskan untuk memasok persenjataan ke Indonesia tanpa mengambil rute memutar.

Juga pada tahun 1959, dalam sebuah demonstrasi langka kemampuan proyeksi kekuatan pada saat itu, sebuah kelompok tugas Armada Pasifik Soviet (SOVPAC) yang terdiri dari kapa penjelajah Laksamana Senyavin dan kapal perusak Vyderzhanny dan Vozbuzhdenny mengunjungi Indonesia.

Pengerahan pasukan ini menandakan sejauh mana hubungan strategis antara kedua negara berkembang," jelas Australian National University berjudul 'Strategic Realignment or Deja vu?  Russia-Indonesia Defence Cooperation in the 
Twenty-First Century' pada Desember 2008.

Tapi yang patut sangat disayangkan Indonesia tak meminta lebih jauh alih teknologi alutsista dari Rusia ini sehingga sekarang tak berdampak sama sekali bagi industri pertahanan dalam negeri.*

Posting Komentar untuk "AS Cuma Bisa Diam Lihat Armada Pasifik Rusia Kirim Kapal Destroyer ke Indonesia"