AS Kirim Tim Pantau ScanEagle Drone Intai TNI AL Indonesia Seharga Lebih dari 1 Juta Dolar Per Unit Bikinan Insitu Boeing Pemberiannya
![]() |
AS Kirim Tim Tinjau ScanEagle Drone Intai TNI AL Indonesia Seharga Lebih dari 1 Juta Dolar Per Unit Bikinan Insitu Boeing (TNI AL) |
TIMEMOMENTS.COM- TNI AL Indonesia adalah salah satu operator drone intai canggih ScanEagle buatan Insitu Boeing Amerika Serikat (AS).
Menariknya, Unmanned Aerial Vehicle (UAV) ScanEagle buatan Insiitu Boeing ini tidak dibeli oleh Indonesia untuk TNI AL, melainkan AS kasih cuma-cuma.
Dikutip Timemoments.com dari rilis resmi Kemhan pada 26 Februari 2020, Kementrian Pertahanan (Kemhan) mendapat hibah 14 drone ScanEagle dari pemerintah Amerika Serikat (AS) guna memperkuat Alat utama sistem senjata (Alutsista) Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL).
Pemerintah AS sejak tahun 2014 sampai 2015 menawarkan program hibah (FMF) kepada TNI, atas dasar itu, maka pada tahun 2017 TNI AL mengambil program FMF Hibah tersebut berupa Unmanned Aerial Vehicle (UAV) dan upgrade helikopter Bell 412.
Drone ScanEagle memiliki nilai US$28,3 juta, dibutuhkan TNI AL utk meningkatkan kemampuan ISR maritim guna memperkuat pertahanan negara.
ScanEagle adalah bagian dari ScanEagle Unmanned Aircraft Systems, yang dikembangkan dan dibangun oleh Insitu Inc., anak perusahaan The Boeing Company.
Baca Juga: AS Buktikan dengan Proposal, Jet Tempur F-15EX Incaran Indonesia Bukan Pesawat Cemoohan
UAV ini didasarkan pada pesawat miniatur robot SeaScan Insitu yang dikembangkan untuk industri perikanan komersial.
Menurut laman Boeing, drone ScanEagle dapat beroperasi di atas 15.000 kaki (4.572 m) dan berkeliaran di medan perang untuk misi yang diperpanjang hingga 20 jam.
Drone dengan bobot maksimum tempat pilot diizinkan untuk lepas landas atau maximum takeoff weight (MTOW) 22 kg ini, digerakkan mesin piston model pusher berdaya 15 hp.
Kecepatan terbang jelajah ScanEagle berada di kisaran 111 km/jam dan kecepatan maksimum 148 km/jam.
Batas ketinggian terbang mencapai 5.950 m.
ScanEagle sanggup berada di udara dengan lama terbang (endurance) lebih dari 24 jam.
ScanEagle akan digunakan untuk melaksanakan patroli maritim, integrasi ISR (intelijen, pengawasan, dan pengintaian).
Di kawasan Asia Tenggara-Pasifik, drone ScanEagle sudah digunakan oleh Angkatan Laut Singapura.
Pengguna lainnya adalah AL dan Angkatan Darat Australia.
Bahkan, ScanEagle milik Militer Australia telah teruji perang (battle proven) di Irak.
Dikutip Timemoments.com dari Indo Pacific Defense Forum edisi 12 Juli 2020, AS beralasan pemberian drone ScanEagle itu sebagai Prakarsa Keamanan Maritim Laut Cina Selatan dari Badan Kerja Sama Keamanan Pertahanan, diprakarsai untuk “melakukan pembangunan kapasitas mitra di kawasan Laut Cina Selatan,” demikian menurut lembar fakta pemerintah A.S.
Muatan sensor yang tersedia untuk ScanEagle, ditampilkan dalam foto, mencakup kamera video elektro-optik dan inframerah dengan resolusi tinggi yang memungkinkan operator untuk memantau target diam dan bergerak.
Dengan panjang 1,7 meter dan lebar sayap 3,1 meter, UAV itu cukup kecil untuk diluncurkan dan didaratkan dari berbagai kapal maritim dengan bantuan sistem rel peluncur katapel dan pendaratan kabel penangkap Skyhook-nya.
UAV itu juga sangat cocok untuk bantuan bencana.
AS mendanai dengan sepenuhnya program itu dengan biaya sekitar 20,35 miliar rupiah (1,4 juta dolar AS) per wahana.
Drone berharga mahal pemberian AS ini rupanya dirawat dengan baik oleh TNI AL Indonesia.
Bahkan, dikutip Timemoments.com dari rilis resmi TNI AL pada 8 September 2025, Pesawat Nirawak (Unmanned Aerial Vehicle/UAV) ScanEagle menjadi topik utama dalam agenda Program Management Review (PMR) yang digelar selama dua hari, mulai Senin (8/9/2025) hingga Selasa (9/9/2025), di Gedung Orion Naval Aviation Combat Simulator (NACS), Skuadron Udara 400 Wing Udara 2 Puspenerbal, Senin (8/9/2025).
Pertemuan yang bertujuan untuk meninjau program-program terkait penggunaan alutsista UAV ScanEagle ini, dihadiri oleh sejumlah pejabat penting dari Markas Besar TNI AL, Puspenerbal, serta perwakilan dari berbagai tim, diantaranya Tim Navy International Program Office (NIPO), Tim Navair, Tim Insitu, dan Tim Office of Defense Cooperation (ODC).
Wakil Komandan Puspenerbal, Laksma TNI Catur Nur Ardiantoro, turut hadir dalam kegiatan tersebut didampingi oleh sejumlah pejabat Puspenerbal, termasuk Dirlambangja Kolonel Laut (P) Sahid Hamdani dan Komandan Wing Udara 2 Puspenerbal Kolonel Laut (P) Adam Firmansyah.
Selain itu hadir pula perwira staf dijajaran Skuadron Udara 700 Wing Udara 2 Puspenerbal yang sekaligus juga sebagai peserta dalam pertemuan.
Dalam sambutannya, Wakil Komandan Skuadron Udara 700 Wing Udara 2 Puspenerbal, Mayor Laut (E) Dhaesa Pramana, menyambut hangat seluruh peserta yang hadir dalam Program Management Review tersebut.
Skuadron Udara 700 Wing Udara 2 Puspenerbal merupakan unit yang mengoperasikan langsung pesawat ScanEagle yang didatangkan langsung dari Amerika Serikat sebagai alutsista untuk memperkuat misi Intelligence, Surveillance, and Reconnaissance (ISR) dalam mendukung operasi militer selain perang ((OMSP) dan operasi militer perang (OMP).
Pentingnya PMR untuk Efektivitas Misi Operasi memegang peranan krusial sebagai wadah untuk mengevaluasi berbagai kendala yang dihadapi dalam pengoperasian UAV ScanEagle, sekaligus merumuskan harapan dan strategi untuk pengembangan di masa depan.
Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan efektivitas penggunaan alutsista dalam mendukung berbagai misi dan operasi TNI AL.
ScanEagle sendiri lanjutnya, merupakan pesawat tanpa awak yang dirancang untuk menjalankan misi pengawasan, pengintaian, dan pengumpulan data intelijen.
Dengan teknologi canggihnya, ScanEagle memberikan kemampuan pengawasan yang lebih fleksibel dan efisien bagi TNI AL dalam menjaga kedaulatan wilayah perairan Indonesia.
Selain itu, untuk memperkuat kesiapan Operasional dan Dukungan Alutsista, Pada kesempatan tersebut, Komandan Wing Udara 2 Puspenerbal, Kolonel Laut (P) Adam Firmansyah, memberikan penekanan terkait pentingnya dukungan operasional dan alutsista yang memadai.
Menurutnya, PMR ini adalah momen yang tepat untuk membahas secara mendalam segala aspek terkait pengoperasian UAV ScanEagle.
"Kegiatan ini harus dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk mengevaluasi kinerja, mengidentifikasi tantangan, dan memastikan bahwa kita memiliki kesiapan operasional yang tinggi," ujar Kolonel Adam.
Senada dengan Kolonel Adam, Mayor Laut (E) Dhaesa Pramana selaku Wakil Komandan Skuadron Udara 700 Wing Udara 2 Puspenerbal, menyampaikan apresiasinya atas kolaborasi yang terjalin.
Ia menegaskan.
"Sinergi antara semua pihak, mulai dari pembuat kebijakan, operator di lapangan, hingga tim pendukung, sangat penting untuk memaksimalkan potensi ScanEagle dalam menunjang tugas-tugas TNI Angkatan Laut.
Melalui PMR ini kita bisa menyelaraskan visi dan misi untuk memastikan setiap penerbangan ScanEagle berjalan efektif dan aman," pungkasnya.
***
Posting Komentar untuk "AS Kirim Tim Pantau ScanEagle Drone Intai TNI AL Indonesia Seharga Lebih dari 1 Juta Dolar Per Unit Bikinan Insitu Boeing Pemberiannya"