Indonesia Bisa Ambil Pelajaran, Qatar Punya F-15 AS, Rafale Prancis, Eurofighter Typhoon & NASAMS Tapi Kebobolan Diserang Israel

Indonesia Bisa Ambil Pelajaran, Qatar Punya F-15 AS, Rafale Prancis Eurofighter Typhoon & NASAMS Tapi Tetap Kebobolan Diserang Israel (Kementerian Pertahanan Qatar)


TIMEMOMENTS.COM- Qatar negara yang diperkuat dengan jet tempur buatan Amerika Serikat (AS) dan Eropa, menjadi sorotan usai diserang Israel.

Dikutip Timemoments.com dari The War Zone edisi 9 September 2025, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dan Badan Keamanan Israel (ISA; lebih dikenal sebagai Shin Bet) mengeluarkan pernyataan bersama setelah ledakan mengguncang wilayah Doha, Qatar.

“IDF dan ISA melancarkan serangan tepat sasaran terhadap pimpinan senior organisasi teroris Hamas.

Selama bertahun-tahun, para anggota pimpinan Hamas ini telah memimpin operasi organisasi teroris tersebut, bertanggung jawab langsung atas pembantaian brutal 7 Oktober, dan telah mengatur serta mengelola perang melawan Negara Israel.

Sebelum serangan, berbagai langkah telah diambil untuk mengurangi kerugian bagi warga sipil, termasuk penggunaan amunisi presisi dan intelijen tambahan.

IDF dan ISA akan terus beroperasi dengan tekad untuk mengalahkan organisasi teroris Hamas yang bertanggung jawab atas pembantaian 7 Oktober,” terang IDF lewat unggahan akun X miliknya pada 9 September 2025.

Baca Juga: Ladeni Jet Tempur F-15 USAF Kiriman AS di Cope West 2025, TNI AU Indonesia Kerahkan Satu Flight F-16 dari Pulau Jawa

Akibat serangan ini, Gulfnews edisi 10 September 2025 menyebut Hamas mengonfirmasi bahwa lima pejabatnya tewas, termasuk putra sekaligus direktur kantor kepala Hamas di Gaza yang diasingkan, Khalil Al Hayya, meskipun Al Hayya sendiri tidak termasuk di antara korban tewas.

Seorang petugas keamanan Qatar juga tewas.

Dikutip Timemoments.com dari ABC edisi 10 September 2025, Israel belum pernah melakukan serangan udara di Qatar, negara Teluk yang didukung Barat itu sebelumnya.

Serangan Israel ini cukup menjadi tanda tanya, apalagi, daerah West Bay Lagoon yang menjadi sasaran berada dalam pengamanan ketat.

Letaknya dekat dengan distrik bisnis pusat Doha, dan merupakan rumah bagi banyak kedutaan besar asing, tempat tinggal orang kaya, sekolah, dan pasar swalayan.

Ahmed Hashim, profesor studi perang di Universitas Deakin yakin kemungkinan besar Israel menggunakan versi Adir yang dimodifikasi dari jet tempur F-35 AS, disertai dengan F-15I Ra'am yang dikustomisasi untuk "perlindungan udara".

Baca Juga: AS Buktikan dengan Proposal, Jet Tempur F-15EX Incaran Indonesia Bukan Pesawat Cemoohan

Israel biasanya menyimpan sekitar 46 jet Adir F-35 di pangkalan udara Nevatim, yang berjarak 2.250 kilometer dari Doha, kata Profesor Hashim.

Adir dapat dilengkapi dengan tangki bahan bakar yang memungkinkannya terbang sejauh sekitar 2.200 km, tetapi tidak perlu diterbangkan sampai ke sasaran.

"Rudal-rudal itu akan berfungsi dari jarak jauh," kata Profesor Hashim.

"Saya rasa pesawat-pesawat itu tidak berada di atas distrik Doha.

Mereka menyerang dari jarak jauh dengan presisi tinggi.

Dan saya rasa mereka dipandu ke sana oleh intelijen yang diberikan dari darat," terangnya.

Jet-jet itu harus terbang di atas Arab Saudi, dan kemungkinan besar Yordania, untuk mencapai Qatar.

Konyolnya, serangan terhadap Qatar ini terjadi saat Komando Pusat AS bermarkas di Pangkalan Udara Al Udeid , yang berjarak sekitar 30 km dari tempat serangan terjadi.

Dikutip Timemoments.com dari The Times of Israel edisi 9 September 2025, Israel dailporkan Channel 12 memberi tahu AS tentang niatnya untuk menyerang para pemimpin Hamas di Qatar ketika jet-jet tempur sudah berada di udara.

Mengutip beberapa pejabat AS, laporan itu mengatakan bahwa AS, yang memiliki pangkalan militer besar di Qatar, mengidentifikasi jet Israel yang menuju ke arah timur dan menuntut penjelasan dari Israel.

Israel memberi tahu AS bahwa mereka akan melancarkan serangan terhadap para pemimpin Hamas di Qatar.

Informasi tersebut dikirimkan kepada Presiden AS Donald Trump, yang memberi perintah untuk menginformasikan Qatar.

Namun, laporan itu mengatakan bahwa informasi tersebut dikirim ketika rudal sudah berada di udara.

Meskipun mengoperasikan Rafale, Typhoon, pesawat tempur F-15QA Ababil, serta sistem pertahanan Patriot dan NASAMS yang didukung AS, Qatar gagal menghentikan serangan Israel di Doha yang menargetkan para pemimpin Hamas, sehingga menimbulkan pertanyaan tentang keterlibatan atau ketidakmampuan.

Dikutip Timemoments.com dari Defence Security Asia edisi 10 September 2025, angkatan udara Qatar yang memiliki pesawat tempur Dassault Rafale Prancis, Eurofighter Typhoon, dan Boeing F-15QA 'Ababil' buatan Amerika, pesawat yang dianggap sebagai salah satu pesawat tempur generasi 4,5 tercanggih yang beroperasi di seluruh dunia nyatanya tak mampu menghalau serangan Israel.

"Setiap platform dilengkapi dengan sistem mutakhir—Rafale dengan radar AESA dan BVRAAM Meteor, Typhoon yang dilengkapi untuk serangan presisi dan superioritas udara multiperan, dan F-15QA, varian Qatar yang disesuaikan dan dilengkapi dengan avionik, perangkat peperangan elektronik, dan senjata jarak jauh terkini.

Armada ini didukung oleh jaringan pertahanan udara berlapis, termasuk sistem Patriot PAC-3 yang dipasok AS yang mampu mencegat rudal balistik taktis, NASAMS Norwegia untuk perlindungan udara jarak menengah, dan jaringan pengawasan radar terpadu yang terhubung langsung ke pusat komando dan kontrol CENTCOM AS di Al-Udeid.

Dengan lebih dari 10.000 personel Amerika dan markas depan Komando Pusat AS yang berpusat di Al-Udeid, Qatar sering digambarkan sebagai salah satu wilayah yang paling termiliterisasi di Teluk.

Secara teori, bidang radar yang tumpang tindih dan integrasi pengawasan multinasional seharusnya membuat wilayah udara Doha menjadi salah satu yang paling tidak bisa ditembus di Timur Tengah," terang Defence Security Asia.

Meski Qatar sudah lama memproyeksikan dirinya sebagai salah satu negara paling maju secara militer di Timur Tengah, menggelontorkan miliaran dolar untuk membangun angkatan udara yang modern dan ramping yang tak tertandingi di Teluk, tapi West Bay Lagoon yang makmur di Doha tetap luluh lantak karena serangan Israel.

Baik Rafale maupun Typhoon Qatar dilaporkan Defense Security Asia tidak terbang tepat waktu, tidak ada pencegat Patriot atau NASAMS yang ditembakkan, dan pelacak radar tidak mencatat pengejaran udara atau upaya intersepsi.

"Bagi negara yang telah menginvestasikan puluhan miliar dolar dalam jet tempur canggih, baterai rudal tercanggih, dan integrasi mendalam dengan jaringan pertahanan AS, kegagalan Qatar untuk mencegah atau bahkan mendeteksi serangan Israel tidak lebih dari sebuah penghinaan strategis.

Jet tempur siaga reaksi cepatnya, termasuk Dassault Rafale yang dipersenjatai rudal jarak jauh Meteor, Eurofighter Typhoon yang dikonfigurasi untuk intersepsi multiperan, dan jet tempur serang F-15QA “Ababil” yang dirancang untuk mendominasi langit regional, gagal berebut tepat waktu untuk mencegat atau menghalangi serangan.

Baterai Patriot PAC-3 miliknya, yang dirancang untuk mencegat rudal balistik jarak pendek dan menengah serta dipersenjatai dengan pencegat serang-bunuh, tetap diam selama serangan berlangsung, sehingga menimbulkan pertanyaan mengenai status kesiapan dan integrasinya ke dalam rantai komando nasional Qatar.

Sistem rudal NASAMS (National Advanced Surface-to-Air Missile Systems) miliknya, yang dioptimalkan untuk melawan rudal jelajah dan ancaman udara rendah, juga gagal merespons, yang menunjukkan adanya kegagalan sistem, ketidakpedulian yang disengaja, atau keberhasilan Israel dalam melakukan penekanan melalui peperangan elektronik.

Bahkan kehadiran CENTCOM AS dan Pusat Operasi Udara Gabungan (CAOC) di Pangkalan Udara Al-Udeid, yang mengoordinasikan operasi udara untuk seluruh Timur Tengah, terbukti tidak relevan dalam mempertahankan kedaulatan Qatar, sehingga menimbulkan keraguan atas keandalan payung pertahanan yang didukung AS di seluruh Teluk.

Kredibilitas sistem pertahanan berlapis Qatar—yang sering dipamerkan dalam pameran pertahanan sebagai contoh kemampuan negara Teluk dalam mencegah ancaman regional—telah terguncang secara mendasar.

Alih-alih menunjukkan pencegahan, serangan itu mengungkap kerentanan: ketergantungan pada sistem impor tanpa kendali otonom, ketergantungan pada arsitektur pengawasan AS, dan kurangnya komando dan kendali yang mulus antara skuadron tempur dan jaringan pertahanan rudal," terang media Malaysia itu.

"Serangan itu menjadi preseden berbahaya bagi kawasan, membuktikan bahwa bahkan negara yang dipersenjatai dengan Rafale, Typhoon, F-15QA, dan baterai Patriot dapat dikejutkan dalam sekejap oleh musuh yang menggunakan siluman, amunisi jarak jauh, dan peperangan elektronik," lanjut Defense Security Asia.

Insinden ini cukup menjadi pelajaran penting bagi Indonesia yang telah memesan Rafale dan menunggu persetujuan pembelian F-15EX dari AS.

***

Posting Komentar untuk "Indonesia Bisa Ambil Pelajaran, Qatar Punya F-15 AS, Rafale Prancis, Eurofighter Typhoon & NASAMS Tapi Kebobolan Diserang Israel"