Pembelian KRI Brawijaya Jadi Persiapan TNI AL Menggelar Operasi Perang Laut Modern
TIMEMOMENTS.COM - Pembelian KRI Brawijaya menjadi penegas bahwa TNI AL sangat serius menjaga kedaulatan NKRI.
KRI Brawijaya memiliki kemampuan serba bisa sebagai kapal perang modern.
Salah satu kemampuan KRI Brawijaya ialah mendeteksi sasaran dari jarak amat jauh bila ia dilengkapi dengan radar AESA Kronos Grand Naval.
Mendeteksi sedari dini sebuah ancaman merupakan syarat kapal perang yang siap menghadapi perang laut modern.
"Medan tempur kontemporer tidak lagi didominasi oleh keunggulan platform individual, melainkan oleh efektivitas jaringan sensor dan efektor yang terintegrasi dalam sebuah arsitektur perang jaringan-sentris (network-centric warfare).
KRI Brawijaya memiliki kemampuan serba bisa sebagai kapal perang modern.
Salah satu kemampuan KRI Brawijaya ialah mendeteksi sasaran dari jarak amat jauh bila ia dilengkapi dengan radar AESA Kronos Grand Naval.
Mendeteksi sedari dini sebuah ancaman merupakan syarat kapal perang yang siap menghadapi perang laut modern.
Baca Juga : Keduanya Bergelar Raja, Intip Perbandingan KRI Brawijaya Vs HTMS Bhumibol Adulyadej
Perang laut modern sendiri dimulai pada perang Malvinas tahun 1982.
Perang Malvinas antara Inggris Vs Argentina yang berlangsung selama dua bulan itu mempertontonkan jual beli serangan rudal anti kapal.
AL Argentina mengandalkan jet tempur Super Etendard yang membawa rudal Exocet generasi awal.
Super Etendard berkomunikasi dengan stasiun radar hingga kapal perang AL Argentina untuk meminta data real time posisi musuh.
Interoperabilitas ini sukses mengantar HMS Sheffield Royal Navy ke dasar laut.
Padahal HMS Sheffield kapal perang baru Royal Navy yang didedikasikan menanggulangi serangan dari udara sepertu yang dilakukan jet tempur Super Etendard AL Argentina.
Mirisnya ia tenggelam karena serangan udara tersebut.
Kenapa kapal perang canggih di masanya itu bisa dengan mudah kena hantam Exocet?
Seperti yang sudah disampaikan bahwa interoperabilitas AL Argentina berjalan dengan semestinya.
Sementara HMS Sheffield melakukan sebuah kesalahan yakni tak mendeteksi sedari awal ancaman karena tengah 'berdiri sendiri' tanpa bertukar data secara intens dengan kapal perang Royal Navy lainnya.
Ya, interoperabilitas alias kerja sama tim sangat penting di medan tempur.
Interoperabilitas yang efektif meningkatkan keberhasilan sebuah operasi militer secara signifikan dan yang paling penting menghindari Friendly Fire.
AS bisa menguasai Irak dalam operasi Iraqi Freedom karena faktor interoperabilitas ini.
Mereka membentuk Network Centric Warfare (NCW) yang membagi data pertempuran terkini, tugas serta posisi kawan lawan ada di mana.
Dengan demikian obyektif misi bisa tercapai secepat mungkin.
Sementara itu posisi angkatan bersenjata Irak tak punya interoperabilitas sekuat AS, sehingga banyak satuan-satuan tempur mereka bingung mesti kemana, berbuat apa bahkan lebih banyak diam mengamati situasi.
Padahal situasi peperangan cepat sekali berubah, menuntut mobilitas tinggi dari pasukan di lapangan.
Hal inilah yang tengah dibangun oleh angkatan bersenjata Indonesia, terkhusus TNI AL pembelian KRI Brawijaya membuatnya selangkah lebih maju soal aspek interoperabilitas.
"Modernisasi alutsista TNI AL, yang diwujudkan melalui program pengembangan kekuatan dan
kemampuan sampai dengan Postur ideal TNI AL merupakan respons logis terhadap realitas strategis ini.
Fregat PPA, dengan Sistem Manajemen Tempur (CMS) Leonardo ATHENA yang canggih dan konsep 'Naval Cockpit' yang revolusioner, merepresentasikan sebuah lompatan kuantum dalam kapabilitas perang permukaan dan pertahanan udara," jelas majalah Cakrawala terbitan Dinas Penerangan Angkatan Laut (Dispenal) Edisi 466 Tahun 2025 berjudul 'Menjawab Tuntuntan Peperangan Modern dari Akuisisi Fregat PPA dan Kemampuan Drone Nirawak'
TNI AL harus menjawab berbagai tantangan perang laut modern dengan membentuk NCW.
Perang laut modern sendiri dimulai pada perang Malvinas tahun 1982.
Perang Malvinas antara Inggris Vs Argentina yang berlangsung selama dua bulan itu mempertontonkan jual beli serangan rudal anti kapal.
AL Argentina mengandalkan jet tempur Super Etendard yang membawa rudal Exocet generasi awal.
Super Etendard berkomunikasi dengan stasiun radar hingga kapal perang AL Argentina untuk meminta data real time posisi musuh.
Interoperabilitas ini sukses mengantar HMS Sheffield Royal Navy ke dasar laut.
Padahal HMS Sheffield kapal perang baru Royal Navy yang didedikasikan menanggulangi serangan dari udara sepertu yang dilakukan jet tempur Super Etendard AL Argentina.
Mirisnya ia tenggelam karena serangan udara tersebut.
Kenapa kapal perang canggih di masanya itu bisa dengan mudah kena hantam Exocet?
Seperti yang sudah disampaikan bahwa interoperabilitas AL Argentina berjalan dengan semestinya.
Sementara HMS Sheffield melakukan sebuah kesalahan yakni tak mendeteksi sedari awal ancaman karena tengah 'berdiri sendiri' tanpa bertukar data secara intens dengan kapal perang Royal Navy lainnya.
Ya, interoperabilitas alias kerja sama tim sangat penting di medan tempur.
Interoperabilitas yang efektif meningkatkan keberhasilan sebuah operasi militer secara signifikan dan yang paling penting menghindari Friendly Fire.
AS bisa menguasai Irak dalam operasi Iraqi Freedom karena faktor interoperabilitas ini.
Mereka membentuk Network Centric Warfare (NCW) yang membagi data pertempuran terkini, tugas serta posisi kawan lawan ada di mana.
Dengan demikian obyektif misi bisa tercapai secepat mungkin.
Sementara itu posisi angkatan bersenjata Irak tak punya interoperabilitas sekuat AS, sehingga banyak satuan-satuan tempur mereka bingung mesti kemana, berbuat apa bahkan lebih banyak diam mengamati situasi.
Padahal situasi peperangan cepat sekali berubah, menuntut mobilitas tinggi dari pasukan di lapangan.
Hal inilah yang tengah dibangun oleh angkatan bersenjata Indonesia, terkhusus TNI AL pembelian KRI Brawijaya membuatnya selangkah lebih maju soal aspek interoperabilitas.
"Modernisasi alutsista TNI AL, yang diwujudkan melalui program pengembangan kekuatan dan
kemampuan sampai dengan Postur ideal TNI AL merupakan respons logis terhadap realitas strategis ini.
Fregat PPA, dengan Sistem Manajemen Tempur (CMS) Leonardo ATHENA yang canggih dan konsep 'Naval Cockpit' yang revolusioner, merepresentasikan sebuah lompatan kuantum dalam kapabilitas perang permukaan dan pertahanan udara," jelas majalah Cakrawala terbitan Dinas Penerangan Angkatan Laut (Dispenal) Edisi 466 Tahun 2025 berjudul 'Menjawab Tuntuntan Peperangan Modern dari Akuisisi Fregat PPA dan Kemampuan Drone Nirawak'
TNI AL harus menjawab berbagai tantangan perang laut modern dengan membentuk NCW.
![]() |
Network Centric Warfare yang digagas TNI AL (foto : Defense Studies) |
"Medan tempur kontemporer tidak lagi didominasi oleh keunggulan platform individual, melainkan oleh efektivitas jaringan sensor dan efektor yang terintegrasi dalam sebuah arsitektur perang jaringan-sentris (network-centric warfare).
Dalam arena ini, kecepatan dan kualitas pengambilan keputusan, yang didukung oleh aliran data secara masif, cepat dan kecerdasan buatan (AI), menjadi faktor penentu keunggulan dalam pertempuran yang sesungguhnya," ungkapnya.
Memang tak mudah membuat sebuah armada yang mampu melaksanakan perang laut modern.
Namun hal itu bukan tak mungkin, dengan modernisasi alutsista secara bertahap serta peningkatan profesionalisme prajurit diyakini membuat TNI AL mampu melaksanakan tugasnya sesuai dengan tuntutan tugas.*
Memang tak mudah membuat sebuah armada yang mampu melaksanakan perang laut modern.
Namun hal itu bukan tak mungkin, dengan modernisasi alutsista secara bertahap serta peningkatan profesionalisme prajurit diyakini membuat TNI AL mampu melaksanakan tugasnya sesuai dengan tuntutan tugas.*
Posting Komentar untuk "Pembelian KRI Brawijaya Jadi Persiapan TNI AL Menggelar Operasi Perang Laut Modern"