Pengamat Heran Anggaran Pertahanan Indonesia Rapuh Tapi Berhasil Amankan Fregat Canggih Eropa dalam Tempo Setahun

Pengamat heran Indonesia bisa amankan fregat canggih Eropa dalam tempo setahun (foto : TNI AL)


TIMEMOMENTS.COM - Militer Indonesia itu sulit sekali ditebak pergerakannya terutama dalam pembelian kapal perang baik itu kapal selam maupun fregat.

Sedari dulu incaran fregat yang diinginkan Indonesia selalu keren seperti dari Inggris, Belanda dan Italia.

Misalnya baru-baru ini membeli fregat sejenis FREMM Brawijaya class dari Fincantieri, Italia.

Dijamin negara Asia tak pernah menyangka Indonesia bisa membeli korvet PPA yang terlalu canggih di kawasan.

Baca Juga : Fincantieri Keberatan Alih Teknologi Fregat Berujung Pembelian FREMM Indonesia Tersendat

Saingan terberat Brawijaya class ialah Formidable class dan HTMS Bhumibol Adulyadej.

Membeli kapal perang dari Eropa merupakan sebuah kewajiban bagi Indonesia.

Apalagi membeli dari Prancis, Inggris, Italia atau Belanda, keempat negara itu punya manufaktur pembuatan fregat kelas wahid.

Belanda punya proyek SIGMA dan OMEGA yang merupakan kapal perang konsep modular.

Bahkan desain OMEGA dipakai AL Jerman membuat kapal destroyer F126 atau Niedersachsen class.

Sebetulnya desain OMEGA ditawarkan sebelumnya ke Indonesia namun tak dibeli.

Indonesia memilih konsep Babcock Arrowhead 140 untuk fregat masa depannya.

Juga memilih enam unit FREMM dari Fincantieri sebagai pengganti Ahmad Yani class.

Indonesia membutuhkan tambahan 36 fregat yang harus ada sampai 2045.

Ahmad Yani class memang harus segera dipensiunkan karena umurnya sudah mencapai 50 tahun lebih.

Pengganti fregat Ahmad Yani class sangat mendesak.

Karena FREMM masih belum jelas rimbanya, maka Ahmad Yani class bakal digantikan Fregat Merah Putih.

Sekiranya untuk memenuhi kebutuhan fregat yang terlampau banyak, industri pertahanan dalam negeri mesti turut andil.

Diharapkan andilnya besar, major karena wajib jadi kontraktor utama.

"Industri pertahanan merupakan suatu sektor industri yang berfokus pada produksi, pengembangan, dan penjualan peralatan serta teknologi yang terkait untuk kebutuhan pertahanan dan keamanan suatu negara," jelas Kementerian Pertahanan Republik Indonesia pada 26 Agustus 2024 lalu.

Mempunyai industri pertahanan yang mandiri mampu membuat bermacam alutsista merupakan daya gentar tersendiri bagi calon lawan.

Industri pertahanan itu layaknya alutsista itu sendiri.

Salah satu contoh industri pertahanan menimbulkan rasa gentar sebelum terjadinya Perang Pasifik.

Kekaisaran Jepang sudah diperingatkan oleh kalangan akademisi jika mereka tak bisa menang perang melawan AS.

Bukan karena kualitas persenjataan tapi menyoal seberapa cepat industri pertahanan AS memproduksi alutsista.

Perbandingannya 1:10, jika Jepang memproduksi satu kapal perang maka AS bisa menghasilkan 10 kapal perang dalam periode yang sama.

Pun sekarang, kapasitas galangan kapal perang China 293 kali lipat lebih besar dibanding milik AS.

China dalam setahun mampu memproduksi 14 kapal perang sementara AS malah menurunkan kapabilitas galangannya.

Terbukti AS memilih membeli fregat ke Italia dan meminta beberapa produksi Constellation class dilakukan di negeri Pizza.

Seperti inilah fungsi dari industri pertahanan itu, memberikan efek deteren ke lawan sebelum perang itu dimulai.

Indonesia ingin menjadikan industri pertahanan seperti itu, bukan cuma di lini angkatan laut tapi di semua matra termasuk mandiri memproduksi berbagai jenis rudal.

Percuma punya alutsista canggih tapi rudal masih impor, harus bisa produksi sendiri.

Karena rudal inilah senjata utama militer Indonesia untuk menyerang musuh di kesempatan pertama.

Selain itu militer Indonesia bisa salvo rudal terus menerus ke sasaran memperbesar probabilitas mengenai target.

Namun membuat sendiri maupun membeli memerlukan pendanaan.

Karena anggaran pertahanan Indonesia cekak, perlu diperlukan improvisasi.

Taktik Indonesia ialah meminjam pendanaan dari negara produsen alutsista.

FREMM yang diincar Indonesia

Pengamat bernama James Guild dari Sekolah Studi Internasional S. Rajaratnam heran meski anggaran pertahanan Indonesia rapuh tapi berhasil mengamankan dua fregat canggih dari Eropa dalam tempo kurang dari setahun.

"Fakta bahwa Indonesia berhasil mencapai kesepakatan senilai €1,2 miliar, mendapatkan persetujuan dari para pemberi pinjaman Eropa untuk membiayainya dalam waktu singkat, dan memperoleh dua kapal tempur permukaan canggih dalam waktu kurang dari setahun merupakan bukti kapasitas fiskal negara untuk membelanjakan lebih banyak untuk perangkat keras militer jika diinginkan.

Kemampuan untuk menyelesaikan kesepakatan dengan cepat dan memperoleh pembiayaan asing juga menunjukkan bahwa Indonesia memang memiliki kemampuan untuk meningkatkan investasi dalam modernisasi militernya dan menutup kesenjangan operasional, jika diinginkan," jelas James yang diterbitkan oleh S. Rajaratnam School of Internationat Studies (RSIS) dalam artikelnya berjudul 'Analysing the Indonesian Navy’s Recent Frigate Procurement: A Pivot Towards Europe?' pada 13 Februari 2025.

Dengan demikian jangan pernah anggap Indonesia lemah dalam pengadaan alutsista terutama fregat.*




Posting Komentar untuk "Pengamat Heran Anggaran Pertahanan Indonesia Rapuh Tapi Berhasil Amankan Fregat Canggih Eropa dalam Tempo Setahun"