Rudal Jelajah Anti Kapal C-301 Masuk Daftar Belanja Pembentukan Coastal Defence Indonesia
TIMEMOMENTS.COM - Indonesia tengah bersiap membangun Coastal Defence guna membungkam segala jenis ancaman yang datang dari arah laut.
Sebetulnya Coastal Defence ini sebagai pertahanan Tier 2.
Sebelum musuh berhadapan dengan Coastal Defence, mereka mesti bertarung dengan armada perang Indonesia di perairan internasional.
Tentu saja bila musuh sudah berurusan dengan coastal defence bisa jadi armada perang Indonesia gagal menghalau ancaman di perairan internasional yang hendak masuk ke NKRI.
Ia ditenagai Ramjet untuk meningkatkan daya lesat.
"HY-3 adalah rudal berukuran besar dengan badan depan ramping dan hidung tajam, dan bagian belakang yang lebih gemuk dengan empat pendorong roket padat dan dua mesin ramjet yang terletak di belakang badan rudal.
Ada sepasang canard depan di badan pesawat depan, empat permukaan kontrol di badan pesawat belakang, dan empat sirip penstabil yang lebih kecil yang terpasang pada pendorong roket padat.
Motor pendorong mempercepat rudal hingga melewati Mach 1,8, sementara mesin ramjet berbahan bakar minyak tanah mempercepat rudal hingga kecepatan jelajah Mach 2.0," ungkapnya.
Jangkauan jelajahnya mencapai 130 km.
Sebetulnya Coastal Defence ini sebagai pertahanan Tier 2.
Sebelum musuh berhadapan dengan Coastal Defence, mereka mesti bertarung dengan armada perang Indonesia di perairan internasional.
Tentu saja bila musuh sudah berurusan dengan coastal defence bisa jadi armada perang Indonesia gagal menghalau ancaman di perairan internasional yang hendak masuk ke NKRI.
Baca Juga : Bentuk Coastal Defence, Indonesia Siap Boyong Rudal Balistik Hipersonik yang Ditakuti NATO Yakni YJ-21
Harus dipastikan bila sudah menembus jaring pertahanan Tier 1 yakni armada perang, musuh mesti musnah menghadapi pertahanan pesisir ini.
Tak ada kata gagal karena jika tertembus maka lawan segera masuk ke jantung pertahanan republik.
Merunut euro-sd.com 14 Maret 2024, ada beberapa kunci membentuk pertahanan pesisir yang mumpuni.
Karena seperti dijelaskan di atas bila sampai tertembus musuh bakal langsung menyerang jantung pertahanan Indonesia.
"Pertahanan pantai yang layak membutuhkan berbagai sistem yang bekerja sama untuk mengatasi berbagai aspek skenario ancaman. Sistem-sistem ini harus membentuk struktur berlapis untuk menghadapi dan menetralisir serangan musuh.
Idealnya, musuh harus dicegah mendekati pantai, atau setidaknya dilemahkan saat masih berada di wilayah terluar zona litoral. Karena hal ini tidak selalu memungkinkan, jaringan pertahanan pantai juga harus dipersiapkan untuk mengusir musuh hingga ke garis pantai," jelasnya.
Yang paling pertama membentuk pertahanan pantai ialah unsur pengawasan dan pengintaian.
Solusi irit ialah menggunakan radar pengawasan pesisir khusus yang sudah dijual di pasaran misalnya Terma SCANTER.
"Keluarga radar SCANTER yang diproduksi oleh perusahaan Denmark, Terma A/S.
Menurut perusahaan tersebut, lebih dari 3.000 sistem SCANTER beroperasi, dengan 65% dari seluruh sistem radar pengawasan pesisir mengandalkan teknologi sensor Terma. Seri SCANTER terdiri dari radar 2D X-band dalam berbagai ukuran dan jangkauan instrumen.
Pada rentang yang lebih kecil, transceiver yang beroperasi di X-band seri SCANTER berkisar antara 26 kg (untuk seri SCANTER 2000) hingga 77 kg (untuk seri SCANTER 5000), sehingga cukup mudah untuk diganti," jelasnya.
Selain menggunakan radar, pengintaian memakai UAV juga sangat efektif mendeteksi ancaman sedari dini.
Menggunakan UAV menghemat biaya patroli tempur bila mengoperasikan pesawat terbang atau kapal perang.
Tujuannya di sini ialah mengetahui posisi tepat dimana ancaman berasal maka UAV sudah cukup.
Jikalau punya modal lebih banyak cara paling efektif ialah penggunaan satelit militer.
Tentunya selain itu ada unsur manusia yang mengoperasikan pertahanan pesisir termasuk pengintaian.
"Angkatan Darat Kanada memiliki pasukan cadangan berkekuatan 5.000 orang yang dikenal sebagai Canadian Rangers, yang terdiri dari penduduk komunitas pesisir terpencil; para Rangers melakukan patroli pengawasan rutin dan melaporkan aktivitas yang tidak biasa serta penampakan kapal atau pesawat," ungkapnya.
Kemudian unsur yang kedua ialah elemen penindak.
Setelah selesai mengidentifikasi lawan beserta posisinya, saatnya Coastal Defence Indonesia mengambil tindakan.
Bila sasaran merupakan kapal perang dan memang semestinya demikian maka meluncurkan rudal jadi kewajiban.
Di sini Indonesia jangan menanam statis sistem peluncur rudalnya.
Gunakan platform truk untuk menggeser posisi rudal dimanapun ia diperlukan nantinya.
Juga setelah dioperasikan bisa disembunyikan agar tak menjadi sasaran serangan balasan musuh.
Baterai rudal anti kapal ini menjadi pemukul utama Coastal Defence Indonesia.
"Mengingat maraknya rudal serang presisi jarak jauh, baterai pesisir tetap menjadi terlalu rentan terhadap serangan preemptif. Sebaliknya, sistem bergerak tetap menjadi senjata yang layak dan vital untuk melawan kapal musuh yang diposisikan untuk misi serangan darat atau serangan amfibi.
Selain kemampuannya untuk benar-benar merusak atau menenggelamkan kapal, baterai rudal antikapal (ASM) jarak jauh mendorong kapal perang musuh untuk tetap berada pada jarak yang lebih jauh di lepas pantai," ungkapnya.
Satu keuntungan yang bisa dicapai pertahanan pesisir ialah ia tak bisa ditenggelamkan meski dihujani bom berkali-kali.
Sebaliknya kapal perang lawan berpotensi tenggelam jika kena sengat rudal.
Efek psikologis ini memudahkan Indonesia menekan potensi ancaman menjauhi wilayahnya.
Pun adanya rudal anti kapal memaksa musuh menurunkan pasukan Marinir amat jauh dari bibir pantai, membuat mereka lebih rentan diserang.
"Hal ini mengurangi efektivitas rudal serang darat musuh sendiri, dan memaksa kapal amfibi untuk meluncurkan kapal pendarat mereka dari balik cakrawala, yang semuanya menguntungkan pihak bertahan," jelasnya.
Selain itu rudal anti kapal yang nantinya dioperasikan Indonesia mesti dapat terbang rendah Sea Skimming.
Tujuannya supaya rudal tak terdeteksi radar lalu menghantam telak garis batas air lambung kapal perang lawan.
Oleh sebab itu Indonesia mengincar rudal jelajah anti kapal C-301 dari China.
C-301 ialah versi ekspor, nama aslinya HaiYing (HY-3).
"HaiYing-3 (HY-3, juga dikenal sebagai C-301 dalam nama ekspornya; nama kode NATO: CSS-C-6 Sawhorse) adalah rudal darat-ke-kapal supersonik bertenaga ramjet dengan radar homing aktif yang dikembangkan oleh China Haiying Electro-Mechanical Technology Academy (CHETA, juga dikenal sebagai 3rd Space Academy)," jelas army.mil pada 19 Juli 2024.
Menurut situs resmi AD AS itu, C-301 merupakan rudal yang berukuran besar.
Harus dipastikan bila sudah menembus jaring pertahanan Tier 1 yakni armada perang, musuh mesti musnah menghadapi pertahanan pesisir ini.
Tak ada kata gagal karena jika tertembus maka lawan segera masuk ke jantung pertahanan republik.
Merunut euro-sd.com 14 Maret 2024, ada beberapa kunci membentuk pertahanan pesisir yang mumpuni.
Karena seperti dijelaskan di atas bila sampai tertembus musuh bakal langsung menyerang jantung pertahanan Indonesia.
"Pertahanan pantai yang layak membutuhkan berbagai sistem yang bekerja sama untuk mengatasi berbagai aspek skenario ancaman. Sistem-sistem ini harus membentuk struktur berlapis untuk menghadapi dan menetralisir serangan musuh.
Idealnya, musuh harus dicegah mendekati pantai, atau setidaknya dilemahkan saat masih berada di wilayah terluar zona litoral. Karena hal ini tidak selalu memungkinkan, jaringan pertahanan pantai juga harus dipersiapkan untuk mengusir musuh hingga ke garis pantai," jelasnya.
Yang paling pertama membentuk pertahanan pantai ialah unsur pengawasan dan pengintaian.
Solusi irit ialah menggunakan radar pengawasan pesisir khusus yang sudah dijual di pasaran misalnya Terma SCANTER.
"Keluarga radar SCANTER yang diproduksi oleh perusahaan Denmark, Terma A/S.
Menurut perusahaan tersebut, lebih dari 3.000 sistem SCANTER beroperasi, dengan 65% dari seluruh sistem radar pengawasan pesisir mengandalkan teknologi sensor Terma. Seri SCANTER terdiri dari radar 2D X-band dalam berbagai ukuran dan jangkauan instrumen.
Pada rentang yang lebih kecil, transceiver yang beroperasi di X-band seri SCANTER berkisar antara 26 kg (untuk seri SCANTER 2000) hingga 77 kg (untuk seri SCANTER 5000), sehingga cukup mudah untuk diganti," jelasnya.
Selain menggunakan radar, pengintaian memakai UAV juga sangat efektif mendeteksi ancaman sedari dini.
Menggunakan UAV menghemat biaya patroli tempur bila mengoperasikan pesawat terbang atau kapal perang.
Tujuannya di sini ialah mengetahui posisi tepat dimana ancaman berasal maka UAV sudah cukup.
Jikalau punya modal lebih banyak cara paling efektif ialah penggunaan satelit militer.
Tentunya selain itu ada unsur manusia yang mengoperasikan pertahanan pesisir termasuk pengintaian.
"Angkatan Darat Kanada memiliki pasukan cadangan berkekuatan 5.000 orang yang dikenal sebagai Canadian Rangers, yang terdiri dari penduduk komunitas pesisir terpencil; para Rangers melakukan patroli pengawasan rutin dan melaporkan aktivitas yang tidak biasa serta penampakan kapal atau pesawat," ungkapnya.
Kemudian unsur yang kedua ialah elemen penindak.
Setelah selesai mengidentifikasi lawan beserta posisinya, saatnya Coastal Defence Indonesia mengambil tindakan.
Bila sasaran merupakan kapal perang dan memang semestinya demikian maka meluncurkan rudal jadi kewajiban.
Di sini Indonesia jangan menanam statis sistem peluncur rudalnya.
Gunakan platform truk untuk menggeser posisi rudal dimanapun ia diperlukan nantinya.
Juga setelah dioperasikan bisa disembunyikan agar tak menjadi sasaran serangan balasan musuh.
Baterai rudal anti kapal ini menjadi pemukul utama Coastal Defence Indonesia.
"Mengingat maraknya rudal serang presisi jarak jauh, baterai pesisir tetap menjadi terlalu rentan terhadap serangan preemptif. Sebaliknya, sistem bergerak tetap menjadi senjata yang layak dan vital untuk melawan kapal musuh yang diposisikan untuk misi serangan darat atau serangan amfibi.
Selain kemampuannya untuk benar-benar merusak atau menenggelamkan kapal, baterai rudal antikapal (ASM) jarak jauh mendorong kapal perang musuh untuk tetap berada pada jarak yang lebih jauh di lepas pantai," ungkapnya.
Satu keuntungan yang bisa dicapai pertahanan pesisir ialah ia tak bisa ditenggelamkan meski dihujani bom berkali-kali.
Sebaliknya kapal perang lawan berpotensi tenggelam jika kena sengat rudal.
Efek psikologis ini memudahkan Indonesia menekan potensi ancaman menjauhi wilayahnya.
Pun adanya rudal anti kapal memaksa musuh menurunkan pasukan Marinir amat jauh dari bibir pantai, membuat mereka lebih rentan diserang.
"Hal ini mengurangi efektivitas rudal serang darat musuh sendiri, dan memaksa kapal amfibi untuk meluncurkan kapal pendarat mereka dari balik cakrawala, yang semuanya menguntungkan pihak bertahan," jelasnya.
Selain itu rudal anti kapal yang nantinya dioperasikan Indonesia mesti dapat terbang rendah Sea Skimming.
Tujuannya supaya rudal tak terdeteksi radar lalu menghantam telak garis batas air lambung kapal perang lawan.
Oleh sebab itu Indonesia mengincar rudal jelajah anti kapal C-301 dari China.
C-301 ialah versi ekspor, nama aslinya HaiYing (HY-3).
"HaiYing-3 (HY-3, juga dikenal sebagai C-301 dalam nama ekspornya; nama kode NATO: CSS-C-6 Sawhorse) adalah rudal darat-ke-kapal supersonik bertenaga ramjet dengan radar homing aktif yang dikembangkan oleh China Haiying Electro-Mechanical Technology Academy (CHETA, juga dikenal sebagai 3rd Space Academy)," jelas army.mil pada 19 Juli 2024.
Menurut situs resmi AD AS itu, C-301 merupakan rudal yang berukuran besar.
![]() |
| HY-3, versi asli dari C-301 |
Ia ditenagai Ramjet untuk meningkatkan daya lesat.
"HY-3 adalah rudal berukuran besar dengan badan depan ramping dan hidung tajam, dan bagian belakang yang lebih gemuk dengan empat pendorong roket padat dan dua mesin ramjet yang terletak di belakang badan rudal.
Ada sepasang canard depan di badan pesawat depan, empat permukaan kontrol di badan pesawat belakang, dan empat sirip penstabil yang lebih kecil yang terpasang pada pendorong roket padat.
Motor pendorong mempercepat rudal hingga melewati Mach 1,8, sementara mesin ramjet berbahan bakar minyak tanah mempercepat rudal hingga kecepatan jelajah Mach 2.0," ungkapnya.
Jangkauan jelajahnya mencapai 130 km.
Rudal ini akan meluncur setinggi 50 meter di atas permukaan laut.
Jika sudah mendekati sasaran ketinggiannya berkurang menjadi 30 m, hal ini ditujukan agar tak ditembak jatuh oleh CIWS lawan.
Juga untuk mengincar lambung batas air kapal sehingga ketika dihantam air laut langsung membanjiri badan kapal perang supaya cepat tenggelam.
"Jangkauannya dilaporkan mencapai 130 km, dan dapat terbang serendah 50 m pada fase serangan terminalnya. Rudal diprogram untuk menukik dari ketinggian jelajah hingga di bawah 30 m sebelum fase terminal radar aktif dimulai, lalu menukik ke target tepat sebelum tumbukan. Rudal seberat 3,5 ton ini diluncurkan dari peluncur darat," ungkapnya.
Belum diketahui pasti berapa harga dari C-301 namun rudal jelajah ini sangat cocok digunakan sistem coastal defence Indonesia.*
Jika sudah mendekati sasaran ketinggiannya berkurang menjadi 30 m, hal ini ditujukan agar tak ditembak jatuh oleh CIWS lawan.
Juga untuk mengincar lambung batas air kapal sehingga ketika dihantam air laut langsung membanjiri badan kapal perang supaya cepat tenggelam.
"Jangkauannya dilaporkan mencapai 130 km, dan dapat terbang serendah 50 m pada fase serangan terminalnya. Rudal diprogram untuk menukik dari ketinggian jelajah hingga di bawah 30 m sebelum fase terminal radar aktif dimulai, lalu menukik ke target tepat sebelum tumbukan. Rudal seberat 3,5 ton ini diluncurkan dari peluncur darat," ungkapnya.
Belum diketahui pasti berapa harga dari C-301 namun rudal jelajah ini sangat cocok digunakan sistem coastal defence Indonesia.*


Posting Komentar untuk "Rudal Jelajah Anti Kapal C-301 Masuk Daftar Belanja Pembentukan Coastal Defence Indonesia"