Analis NATO Akui Diplomasi Luar Negeri Indonesia Berhasil Kendalikan Raksasa Asia China dan Jepang
TIMEMOMENTS.COM - Untuk sekedar diketahui bahwa Aliansi Pertahanan Atlantik Utara atau yang dikenal NATO tengah sibuk di Indo Pasifik.
Terakhir, kemahiran diplomatik Indonesia berada di peringkat kesepuluh, yang tercermin melalui jaringan diplomatik yang luas dengan kekuatan-kekuatan tetangga dan ekstraregional, lembaga-lembaga regional, serta kekuatan multilateralnya untuk memengaruhi dan berpartisipasi dalam investasi regional dan perjanjian perdagangan dengan Tiongkok, Jepang, Singapura, dan sesama anggota ASEAN," jelas Erskine dikutip dari airuniversity.af.edu dalam artikelnya berjudul 'The Middle Power Dynamic in the Indo-Pacific: Unpacking How Vietnam and Indonesia Can Shape Regional Security and Economic Issues' pada 8 Februari 2022.
Jangan kaget pula bahwa beberapa waktu lalu ada perwakilan Indonesia mengunjungi markas besar NATO di Brussel, Belgia, untuk memperkuat relasi diplomatik Jakarta dengan pakta pertahanan terbesar dunia itu.*
Medan tugasnya di Atlantik tengah ditanggalkan karena urusan Indo Pasifik lebih penting dikelola bagi NATO.
Kebangkitan Republik Rakyat China di Asia menjadikan NATO dan tentunya AS membidik Beijing saat ini.
China membuktikan diri bahwa yang hanya bisa mengancam eksistensinya ialah AS.
Kebangkitan Republik Rakyat China di Asia menjadikan NATO dan tentunya AS membidik Beijing saat ini.
China membuktikan diri bahwa yang hanya bisa mengancam eksistensinya ialah AS.
Pertumbuhan militer China yakni People's Liberation Army (PLA) terlalu pesat bagi negara lain.
Yang menyebabkan PLA tumbuh pesat karena industri pertahanan militer China sangat mandiri.
Apa pun kebutuhan PLA macam senjata perseorangan hingga alutsista berat bisa dicukupi tanpa perlu impor.
"Percepatan pembangunan militer Beijing dan kemajuan teknologi strategis menimbulkan kekhawatiran mendesak bagi AS dan sekutunya di seluruh dunia," jelas gisreportsonline.com pada 16 Desember 2024.
Industri pertahanan China bagai anomali.
Bagaimana tidak, saat perekonomian dunia melemah malah industri pertahanan China semakin memperbanyak produksi senjata.
Pemerintah China juga meningkatkan anggaran pertahanannya secara bertahap menuju terbesar kedua di dunia.
"Meskipun ada hambatan ekonomi saat ini , militer China berada pada pijakan masa perang, didukung oleh basis industri pertahanan yang dengan cepat mengembangkan dan memproduksi sistem persenjataan yang dimaksudkan untuk menghalangi AS atau, jika pencegahan gagal, untuk memposisikan Beijing untuk meraih kemenangan dalam konflik kekuatan besar," jelasnya.
Paling meresahkan NATO ialah kemampuan industri pertahanan mereka semakin tergerus oleh China.
Usai Perang Dingin, pabrik-pabrik senjata negara-negara NATO mulai ditutup atau dirampingkan skala produksinya.
Mereka mengira tak akan ada lagi ancaman seperti Uni Soviet namun prediksi itu salah.
"Sejauh ini, negara-negara maju telah menunjukkan ketidakmampuan atau, dalam beberapa kasus, tampaknya enggan mengimbangi.
Produksi pertahanan AS terhenti setelah berakhirnya Perang Dingin, meninggalkan sistem yang tidak dapat secara kredibel menghalangi Tiongkok, apalagi mempertahankan perang dua atau mungkin tiga front di Indo-Pasifik, Eropa, dan Timur Tengah jika konflik baru pecah," jelasnya.
Untuk mengatasi hal ini maka NATO berpikir membentuk pertahanan kolektif dengan Sekutunya di Asia.
Yang menyebabkan PLA tumbuh pesat karena industri pertahanan militer China sangat mandiri.
Apa pun kebutuhan PLA macam senjata perseorangan hingga alutsista berat bisa dicukupi tanpa perlu impor.
"Percepatan pembangunan militer Beijing dan kemajuan teknologi strategis menimbulkan kekhawatiran mendesak bagi AS dan sekutunya di seluruh dunia," jelas gisreportsonline.com pada 16 Desember 2024.
Industri pertahanan China bagai anomali.
Bagaimana tidak, saat perekonomian dunia melemah malah industri pertahanan China semakin memperbanyak produksi senjata.
Pemerintah China juga meningkatkan anggaran pertahanannya secara bertahap menuju terbesar kedua di dunia.
"Meskipun ada hambatan ekonomi saat ini , militer China berada pada pijakan masa perang, didukung oleh basis industri pertahanan yang dengan cepat mengembangkan dan memproduksi sistem persenjataan yang dimaksudkan untuk menghalangi AS atau, jika pencegahan gagal, untuk memposisikan Beijing untuk meraih kemenangan dalam konflik kekuatan besar," jelasnya.
Paling meresahkan NATO ialah kemampuan industri pertahanan mereka semakin tergerus oleh China.
Usai Perang Dingin, pabrik-pabrik senjata negara-negara NATO mulai ditutup atau dirampingkan skala produksinya.
Mereka mengira tak akan ada lagi ancaman seperti Uni Soviet namun prediksi itu salah.
"Sejauh ini, negara-negara maju telah menunjukkan ketidakmampuan atau, dalam beberapa kasus, tampaknya enggan mengimbangi.
Produksi pertahanan AS terhenti setelah berakhirnya Perang Dingin, meninggalkan sistem yang tidak dapat secara kredibel menghalangi Tiongkok, apalagi mempertahankan perang dua atau mungkin tiga front di Indo-Pasifik, Eropa, dan Timur Tengah jika konflik baru pecah," jelasnya.
Untuk mengatasi hal ini maka NATO berpikir membentuk pertahanan kolektif dengan Sekutunya di Asia.
Nama Jepang, Korea Selatan dan Taiwan menjadi tiga negara yang akan mendukung kepentingan AS di kawasan Indo Pasifik.
Selain itu AS berusaha merebut simpati dari negara Asia lain agar tak mendukung apa yang mereka sebut ekspansi kerajaan China.
"Waktunya telah tiba bagi Amerika Serikat untuk membangun pakta pertahanan kolektif di Asia.
Selama beberapa dekade, pakta semacam itu tidak mungkin dan tidak perlu. Kini, menghadapi ancaman yang semakin besar dari China, pakta ini layak dan penting," jelas foreignaffairs.com pada 27 Mei 2025.
Selain itu AS berusaha merebut simpati dari negara Asia lain agar tak mendukung apa yang mereka sebut ekspansi kerajaan China.
"Waktunya telah tiba bagi Amerika Serikat untuk membangun pakta pertahanan kolektif di Asia.
Selama beberapa dekade, pakta semacam itu tidak mungkin dan tidak perlu. Kini, menghadapi ancaman yang semakin besar dari China, pakta ini layak dan penting," jelas foreignaffairs.com pada 27 Mei 2025.
Untungnya bagi Washington, banyak negara di Asia tak suka ekspansi China yang dibungkus dalam klaim Nine Dash Line.
Nine Dash Line merenggut kedaulatan berbagai negara seperti Taiwan, Vietnam, Malaysia, Filipina hingga Brunei Darussalam.
Indonesia tak mengklaim adanya konflik melawan China soal Nine Dash Line, namun sembilan garis putus-putus itu mencaplok sebagian ZEE Natuna Utara.
"Sekutu Amerika di kawasan ini telah berinvestasi dalam pertahanan mereka sendiri dan menjalin ikatan militer yang lebih erat.
Nine Dash Line merenggut kedaulatan berbagai negara seperti Taiwan, Vietnam, Malaysia, Filipina hingga Brunei Darussalam.
Indonesia tak mengklaim adanya konflik melawan China soal Nine Dash Line, namun sembilan garis putus-putus itu mencaplok sebagian ZEE Natuna Utara.
"Sekutu Amerika di kawasan ini telah berinvestasi dalam pertahanan mereka sendiri dan menjalin ikatan militer yang lebih erat.
Namun, tanpa komitmen yang kuat terhadap pertahanan kolektif, Indo-Pasifik berada di jalur menuju ketidakstabilan dan konflik," bebernya.
AS mencoba memanfaatkan kegelisahan negara-negara Asia Tenggara dengan mengajaknya latihan militer bersama.
Garuda Shield Indonesia, Cobra Gold Thailand, Salaknib Filipina hingga Trilateral Yama Sakura jadi tajuk latihan perang bersama AS.
Itu belum termasuk latihan lain macam Talisman Sabre di Australia, Cope West, Flash Thunder Iron, Keris Marine Exercise hingga CARAT (Cooperation Afloat Readiness and Training).
Terkhusus CARAT, latihan tempur laut dan amfibi ini AS mengerahkan Armada Ketujuh ke Indonesia.
Melihat begitu banyaknya interaksi militer Indonesia dan AS menunjukkan adanya sesuatu bagi kedua negara.
Rupanya hal ini sudah diprediksi oleh analis NATO Research Group Andrew Erskine.
Menurut Erskine, diplomasi luar negeri Indonesia mampu mempengaruhi dan mengendalikan raksasa Asia seperti Jepang dan China.
Serta angkatan bersenjata Indonesia mesti diperhitungkan sebagai kekuatan regional Asia Tenggara.
"Hal yang memperkuat posisi Indonesia di tingkat menengah adalah kemampuan ekonominya yang berada di peringkat kesepuluh, dengan ukuran ekonominya menyumbang 40 persen dari total PDB ASEAN, kemampuan teknologinya yang mendorong peningkatan kekuatan lunaknya, dan kemampuannya untuk memanfaatkan investasi internasional.
Militer dan pertahanan Indonesia berada di peringkat ketiga belas, dengan ukuran angkatan bersenjatanya, postur geografis militer, dan belanja pertahanan yang berkontribusi pada signifikansi negara kepulauan ini dalam proyeksi kekuatan menengah.
AS mencoba memanfaatkan kegelisahan negara-negara Asia Tenggara dengan mengajaknya latihan militer bersama.
Garuda Shield Indonesia, Cobra Gold Thailand, Salaknib Filipina hingga Trilateral Yama Sakura jadi tajuk latihan perang bersama AS.
Itu belum termasuk latihan lain macam Talisman Sabre di Australia, Cope West, Flash Thunder Iron, Keris Marine Exercise hingga CARAT (Cooperation Afloat Readiness and Training).
Terkhusus CARAT, latihan tempur laut dan amfibi ini AS mengerahkan Armada Ketujuh ke Indonesia.
Melihat begitu banyaknya interaksi militer Indonesia dan AS menunjukkan adanya sesuatu bagi kedua negara.
Rupanya hal ini sudah diprediksi oleh analis NATO Research Group Andrew Erskine.
Menurut Erskine, diplomasi luar negeri Indonesia mampu mempengaruhi dan mengendalikan raksasa Asia seperti Jepang dan China.
Serta angkatan bersenjata Indonesia mesti diperhitungkan sebagai kekuatan regional Asia Tenggara.
"Hal yang memperkuat posisi Indonesia di tingkat menengah adalah kemampuan ekonominya yang berada di peringkat kesepuluh, dengan ukuran ekonominya menyumbang 40 persen dari total PDB ASEAN, kemampuan teknologinya yang mendorong peningkatan kekuatan lunaknya, dan kemampuannya untuk memanfaatkan investasi internasional.
Militer dan pertahanan Indonesia berada di peringkat ketiga belas, dengan ukuran angkatan bersenjatanya, postur geografis militer, dan belanja pertahanan yang berkontribusi pada signifikansi negara kepulauan ini dalam proyeksi kekuatan menengah.
![]() |
Perwakilan Indonesia mengunjungi NATO |
Terakhir, kemahiran diplomatik Indonesia berada di peringkat kesepuluh, yang tercermin melalui jaringan diplomatik yang luas dengan kekuatan-kekuatan tetangga dan ekstraregional, lembaga-lembaga regional, serta kekuatan multilateralnya untuk memengaruhi dan berpartisipasi dalam investasi regional dan perjanjian perdagangan dengan Tiongkok, Jepang, Singapura, dan sesama anggota ASEAN," jelas Erskine dikutip dari airuniversity.af.edu dalam artikelnya berjudul 'The Middle Power Dynamic in the Indo-Pacific: Unpacking How Vietnam and Indonesia Can Shape Regional Security and Economic Issues' pada 8 Februari 2022.
Jangan kaget pula bahwa beberapa waktu lalu ada perwakilan Indonesia mengunjungi markas besar NATO di Brussel, Belgia, untuk memperkuat relasi diplomatik Jakarta dengan pakta pertahanan terbesar dunia itu.*
Posting Komentar untuk "Analis NATO Akui Diplomasi Luar Negeri Indonesia Berhasil Kendalikan Raksasa Asia China dan Jepang"