Tipu Muslihat Rusia Ekspor Jet Tempur ke Indonesia Agar Jakarta Tak Kena Sanksi AS
TIMEMOMENTS.COM - Saat ini Rusia dan Indonesia terus melihat situasi guna melakukan jual beli jet tempur Su-35.
Seperti diketahui bahwa Indonesia membeli 11 unit Su-35 dari Rusia.
Jet tempur tersebut harusnya sudah dikirim sejak tahun 2019-2020 lalu.
Namun semua jadi berantakan karena AS mengeluarkan sanksi CAATSA.
Seperti diketahui bahwa Indonesia membeli 11 unit Su-35 dari Rusia.
Jet tempur tersebut harusnya sudah dikirim sejak tahun 2019-2020 lalu.
Namun semua jadi berantakan karena AS mengeluarkan sanksi CAATSA.
Baca Juga : Uni Soviet Sadar Pakta Warsawa Tak Selevel NATO Tanpa Bantuan Kekuatan Regional Asia Tenggara Bernama Indonesia
Inti dari CAATSA ialah menjatuhkan sanksi kepada siapa pun itu yang melakukan transaksi senjata dengan Rusia.
Bahkan salah satu anggota NATO, Turki kena CAATSA karena membeli S-400 dari Rusia.
Meski demikian AS nampaknya akan mengecualikan India soal ini.
Angkatan bersenjata India diketahui mengoperasikan banyak sekali alutsista buatan Rusia.
Bahkan mereka menyewa kapal selam nuklir Rusia untuk dipelajari cara operasionalnya.
Di atas kertas yang menjual MiG-15 ke Indonesia ialah Cekoslowakia bukan Soviet.
Di sini Indonesia aman dari sanksi.
"Mengikuti pola yang telah ditetapkan sebelumnya di bidang perdagangan, dan khawatir akan kemungkinan reaksi negatif terhadap pasokan militer Soviet yang dikirim langsung ke Indonesia, baik dari negara-negara Barat maupun dari dalam negeri Indonesia, transfer senjata awal antara Indonesia dan Uni Soviet terjadi melalui jaringan negara transit 'garis depan'.
Misalnya, pada bulan Agustus 1958, pesawat latih jet MiG-15 dikirim ke Indonesia dari Cekoslowakia.
Pada Hari Angkatan Bersenjata (5 Oktober) 1958, kata seorang komentator, "masyarakat Indonesia dikejutkan oleh kemunculan pesawat tempur MIG-15 pertama di Jakarta yang dipiloti oleh warga negara Indonesia, yang tampaknya telah dilatih di Cekoslowakia dan Mesir." jelas Working Paper terbitan Australian National University berjudul 'Strategic Realignment or Deja vu? Russia-Indonesia Defence Cooperation in the Twenty-First Century' pada Desember 2008.
Inti dari CAATSA ialah menjatuhkan sanksi kepada siapa pun itu yang melakukan transaksi senjata dengan Rusia.
Bahkan salah satu anggota NATO, Turki kena CAATSA karena membeli S-400 dari Rusia.
Meski demikian AS nampaknya akan mengecualikan India soal ini.
Angkatan bersenjata India diketahui mengoperasikan banyak sekali alutsista buatan Rusia.
Bahkan mereka menyewa kapal selam nuklir Rusia untuk dipelajari cara operasionalnya.
Tapi karena India anggota The Quad, aliansi militer melawan China, ia punya keistimewaan.
Selain India, baru-baru ini Aljazair nampaknya mendapat durian runtuh atas pertemuan Presiden AS Donald Trump dengan Vladimir Putin di Alaska belakangan ini.
Yakni AS tak akan menghalangi lagi penjualan senjata Rusia ke negara tertentu dan salah satunya Aljazair.
"Meskipun adanya ancaman-ancaman ini dan potensi beratnya sanksi Amerika, beberapa minggu lalu Moskow mengonfirmasi bahwa kontrak ekspor pertama telah ditandatangani, terkait Su-57, namun tanpa menyebutkan nama pemesan, justru untuk melindunginya dari tekanan dan ancaman Amerika dan internasional.
Pada 11 Februari 2025, identitas klien ini, Aljazair, terungkap setelah perintah tersebut diumumkan langsung di salah satu saluran publik negara tersebut. Namun, pengumuman ini menunjukkan adanya perubahan signifikan dalam undang-undang CAATSA," jelas meta-defense.fr.
Banyak yang menduga konsensi ini diberikan namun dengan ganti Rusia mengendurkan serangannya ke Ukraina.
Yang pasti AS-Rusia akan terus melakukan kesepakatan di bawah meja dan siapa yang akan dirugikan? tentu Ukraina.
Trump merupakan pebisnis, ia sangat paham membuat keputusan berdasarkan untung rugi meski itu harus menyakiti sekutunya di Eropa.
Namun ternyata langkah AS memberikan sanksi ke negara lain ini sudah ada sedari dulu kala.
Contohnya saat Rusia masih bernama Uni Soviet hendak menjual alutsista secara besar-besaran ke Indonesia tahun 1959-1963.
Soviet mesti memakai tipu muslihat mengirim MiG-15 ke Indonesia agar Jakarta tak dijatuhi sanksi AS.
Yakni 'menjual' lebih dulu MiG-15 ke Cekoslowakia lalu negara itu menjualnya lagi ke Indonesia.
Selain India, baru-baru ini Aljazair nampaknya mendapat durian runtuh atas pertemuan Presiden AS Donald Trump dengan Vladimir Putin di Alaska belakangan ini.
Yakni AS tak akan menghalangi lagi penjualan senjata Rusia ke negara tertentu dan salah satunya Aljazair.
"Meskipun adanya ancaman-ancaman ini dan potensi beratnya sanksi Amerika, beberapa minggu lalu Moskow mengonfirmasi bahwa kontrak ekspor pertama telah ditandatangani, terkait Su-57, namun tanpa menyebutkan nama pemesan, justru untuk melindunginya dari tekanan dan ancaman Amerika dan internasional.
Pada 11 Februari 2025, identitas klien ini, Aljazair, terungkap setelah perintah tersebut diumumkan langsung di salah satu saluran publik negara tersebut. Namun, pengumuman ini menunjukkan adanya perubahan signifikan dalam undang-undang CAATSA," jelas meta-defense.fr.
Banyak yang menduga konsensi ini diberikan namun dengan ganti Rusia mengendurkan serangannya ke Ukraina.
Yang pasti AS-Rusia akan terus melakukan kesepakatan di bawah meja dan siapa yang akan dirugikan? tentu Ukraina.
Trump merupakan pebisnis, ia sangat paham membuat keputusan berdasarkan untung rugi meski itu harus menyakiti sekutunya di Eropa.
Namun ternyata langkah AS memberikan sanksi ke negara lain ini sudah ada sedari dulu kala.
Contohnya saat Rusia masih bernama Uni Soviet hendak menjual alutsista secara besar-besaran ke Indonesia tahun 1959-1963.
Soviet mesti memakai tipu muslihat mengirim MiG-15 ke Indonesia agar Jakarta tak dijatuhi sanksi AS.
Yakni 'menjual' lebih dulu MiG-15 ke Cekoslowakia lalu negara itu menjualnya lagi ke Indonesia.
![]() |
MiG-15 |
Di atas kertas yang menjual MiG-15 ke Indonesia ialah Cekoslowakia bukan Soviet.
Di sini Indonesia aman dari sanksi.
"Mengikuti pola yang telah ditetapkan sebelumnya di bidang perdagangan, dan khawatir akan kemungkinan reaksi negatif terhadap pasokan militer Soviet yang dikirim langsung ke Indonesia, baik dari negara-negara Barat maupun dari dalam negeri Indonesia, transfer senjata awal antara Indonesia dan Uni Soviet terjadi melalui jaringan negara transit 'garis depan'.
Misalnya, pada bulan Agustus 1958, pesawat latih jet MiG-15 dikirim ke Indonesia dari Cekoslowakia.
Pada Hari Angkatan Bersenjata (5 Oktober) 1958, kata seorang komentator, "masyarakat Indonesia dikejutkan oleh kemunculan pesawat tempur MIG-15 pertama di Jakarta yang dipiloti oleh warga negara Indonesia, yang tampaknya telah dilatih di Cekoslowakia dan Mesir." jelas Working Paper terbitan Australian National University berjudul 'Strategic Realignment or Deja vu? Russia-Indonesia Defence Cooperation in the Twenty-First Century' pada Desember 2008.
Taktik seperti ini efektif membuat AS tak bisa seenaknya menjatuhkan sanksi ke Indonesia.
Meski demikian apakah cara ini akan digunakan Rusia dalam menjual Su-35 atau Su-57 ke Indonesia?*
Meski demikian apakah cara ini akan digunakan Rusia dalam menjual Su-35 atau Su-57 ke Indonesia?*
Posting Komentar untuk " Tipu Muslihat Rusia Ekspor Jet Tempur ke Indonesia Agar Jakarta Tak Kena Sanksi AS"