Doktrin Artileri Malaysia Menghadapi Perang, Tembak Lalu Lari Mundur Kebelakang
![]() |
| Artileri Malaysia dalam sebuah latihan tembakan dukungan |
Saat 400 milisi Kesultanan Sulu Filipina memasuki Lahad Datu, Sabah Malaysia secara ilegal lalu melakukan perjuangan bersenjata di sana.
Milisi Sulu tak mau disebut penceroboh oleh militer Malaysia.
Mereka mengklaim sebagai Pasukan Keamanan Kerajaan Kesultanan Sulu dan Borneo Utara yang dikirim oleh Raja Sulu Jamalul Kiram III.
Baca Juga : Ngeyel Ganggu Mercusuar Karang Unarang Indonesia, Kisah KD Rencong Malaysia Kabur Usai Diseruduk KRI Tedong Naga
Tak berselang lama militer Malaysia mengumumkan Operasi Daulat untuk menetralisir ancaman pasukan itu.
Operasi Daulat berjalan cukup gegap gempita dengan mengerahkan jet tempur sebagai dukungan tembakan udara bagi AD Malaysia.
Operasi ini sukses dilaksanakan namun pejabat pertahanan Malaysia melihat dari sisi lain bahwa ada lubang kenapa para penceroboh bisa sampai ke Lahad Datu tanpa dideteksi aparat keamanan.
Smart Army 2030
Pengalaman di Lahad Datu memberikan gambaran jelas bahwa angkatan bersenjata Tentera Diraja Malaysia (TDM) harus diperkuat.
Setidaknya sisi Intelligence, Surveillance, and Reconnaissance (ISR) TDM mesti ditingkatkan secara signifikan.
Selain itu modernisasi alutsista juga perlu disegerakan.
Memanasnya Indo Pasifik dan diklaimnya Luconia Shoals oleh China membuat TDM tak mungkin menunda modernisasi alutsistanya.
Tak berselang lama militer Malaysia mengumumkan Operasi Daulat untuk menetralisir ancaman pasukan itu.
Operasi Daulat berjalan cukup gegap gempita dengan mengerahkan jet tempur sebagai dukungan tembakan udara bagi AD Malaysia.
Operasi ini sukses dilaksanakan namun pejabat pertahanan Malaysia melihat dari sisi lain bahwa ada lubang kenapa para penceroboh bisa sampai ke Lahad Datu tanpa dideteksi aparat keamanan.
Smart Army 2030
Pengalaman di Lahad Datu memberikan gambaran jelas bahwa angkatan bersenjata Tentera Diraja Malaysia (TDM) harus diperkuat.
Setidaknya sisi Intelligence, Surveillance, and Reconnaissance (ISR) TDM mesti ditingkatkan secara signifikan.
Selain itu modernisasi alutsista juga perlu disegerakan.
Memanasnya Indo Pasifik dan diklaimnya Luconia Shoals oleh China membuat TDM tak mungkin menunda modernisasi alutsistanya.
Target pada 2030 angkatan bersenjata berkualifikasi Smart Army yakni berfokus pada transisi kekyatan yang berpusat pada jaringan dan multi-domain operation.
TDM ingin memanfaatkan sistem siber, drone dan wahana tanpa awak untuk meningkatkan ISR dan jikalau bisa melakukan serangan udara ringan ke target.
Kemudian AU Malaysia, TUDM membuat sebuah langkah modernisasi yang dijuluki Rencana Pengembangan Kemampuan 2055 (CAP55).
CAP55 mengikuti langkah Smart Army 2023 yakni mengandalkan integrasi teknologi untuk mendukung pertahanan udara yang komprehensif.
Yang jadi permasalahan pendanaan untuk menjalankan program tersebut tidak banyak.
Pemerintah Malaysia kesulitan mencukupi pendanaan bagi program modernisasi angkatan bersenjata.
Bahkan mereka mengharapkan hibah F-18 Hornet Kuwait serta menyewa helikopter militer.
Semua dilakukan untuk mengakali anggaran pertahanan yang terbatas.
Doktrin Hit and Run
Selain modernisasi alutsista, strategi bertempur prajurit Malaysia juga terus diasah.
Salah satu yang dilakukan ialah memperbarui Batalion Artileri Howitzer.
Kementerian Pertahanan Malaysia merilis tender resmi untuk pengadaan 36 pucuk artileri 105 mm.
Tender ditutup pada 27 November 2025 dan menginginkan Howitzer segera datang beberapa tahun kedepan.
Kementerian Pertahanan Malaysia sudah menyiapkan 165 juta dolar AS atau sekiranya Rp 2,3 triliun untuk menjalankan program ini.
Kandidatnya ada dua yakni Boran buatan Turki dan LG1 Mk III dari Prancis.
AD Malaysia ingin menyeragamkan jenis Howitzernya supaya mampu meningkatkan interoperabilitas dengan pasukan Sekutu.
Baterai Howitzer ini nantinya akan dilengkapi drone sebagai pengintai garis depan untuk memandu tembakan.
Juga memandu doktrin tembak dan lari artileri Malaysia, setelah menembak lalu mundur berpindah tempat.
TDM ingin memanfaatkan sistem siber, drone dan wahana tanpa awak untuk meningkatkan ISR dan jikalau bisa melakukan serangan udara ringan ke target.
Kemudian AU Malaysia, TUDM membuat sebuah langkah modernisasi yang dijuluki Rencana Pengembangan Kemampuan 2055 (CAP55).
CAP55 mengikuti langkah Smart Army 2023 yakni mengandalkan integrasi teknologi untuk mendukung pertahanan udara yang komprehensif.
Yang jadi permasalahan pendanaan untuk menjalankan program tersebut tidak banyak.
Pemerintah Malaysia kesulitan mencukupi pendanaan bagi program modernisasi angkatan bersenjata.
Bahkan mereka mengharapkan hibah F-18 Hornet Kuwait serta menyewa helikopter militer.
Semua dilakukan untuk mengakali anggaran pertahanan yang terbatas.
Doktrin Hit and Run
Selain modernisasi alutsista, strategi bertempur prajurit Malaysia juga terus diasah.
Salah satu yang dilakukan ialah memperbarui Batalion Artileri Howitzer.
Kementerian Pertahanan Malaysia merilis tender resmi untuk pengadaan 36 pucuk artileri 105 mm.
Tender ditutup pada 27 November 2025 dan menginginkan Howitzer segera datang beberapa tahun kedepan.
Kementerian Pertahanan Malaysia sudah menyiapkan 165 juta dolar AS atau sekiranya Rp 2,3 triliun untuk menjalankan program ini.
Kandidatnya ada dua yakni Boran buatan Turki dan LG1 Mk III dari Prancis.
AD Malaysia ingin menyeragamkan jenis Howitzernya supaya mampu meningkatkan interoperabilitas dengan pasukan Sekutu.
Baterai Howitzer ini nantinya akan dilengkapi drone sebagai pengintai garis depan untuk memandu tembakan.
Juga memandu doktrin tembak dan lari artileri Malaysia, setelah menembak lalu mundur berpindah tempat.
![]() |
| Taktik Howitzer diangkut helikopter untuk mempermudah mobilitas |
"Dengan radar anti-baterai, amunisi yang berkeliaran, dan penargetan berbasis UAV yang kini menjamur di wilayah tersebut, doktrin 'tembak-dan-lari' menuntut senjata yang dapat menembak dan berpindah tempat dalam hitungan menit," jelas Defence Security Malaysia dalam artikelnya berjudul 'Malaysia’s RM697.7 Million Artillery Tender Sets Stage for Showdown Between Europe’s LG1 Mk III and Türkiye’s MKE Boran' pada 16 Oktober 2025.
Maka dari itu Howitzer yang akan dibeli mesti bisa diangkut dengan helikopter.
Strategi ini sengaja dilakukan agar musuh tak mengetahui secara pasti dimana posisi baterai Howitzer Malaysia ketika pertempuran terjadi.
Strategi yang acap digunakan untuk mengelabui tembakan balasan lawan.
Namun hal ini tak berlaku bila lawan memiliki daya tembak lebih besar, jauh dan presisi karena kemanapun berpindah baterai Howitzer itu akan kena serang.*


Posting Komentar untuk "Doktrin Artileri Malaysia Menghadapi Perang, Tembak Lalu Lari Mundur Kebelakang"