Indonesia Incar Fregat Tua Type 053H3 Jiangwei II Class dari China
![]() |
| Type 053H3 Jiangwei II class yang diincar Indonesia |
Wahid tak harus baru, misal fregat FREMM second hand dari AL Italia meski bekas tapi daya pukulnya amat kerasa.
Namun Indonesia terlalu lama menanggapi tawaran Italia sehingga dua unit FREMM keburu disikat Yunani.
Bahkan dengan pesanan fregat Istif class dari Turki, FREMM masih lebih baik walau bekas.
Baca Juga : Potensi Indonesia Borong Fregat Type 054A Jiangkai II Class Terbuka Lebar
Sebetulnya Indonesia bisa meningkatkan pesanan ke FREMM Evo.
Tetapi negeri ini tak mau menunggu pembuatan kapal perang yang bisa mencapai dua tahun lebih.
Prediksi pemerintah Indonesia, perang di Indo Pasifik akan datang dalam waktu dekat.
Meski Indonesia tak terlibat, tapi dampak perang bisa datang ke wilayahnya.
Misal terjadi perang China Vs Sekutu, AS yang mempunyai pangkalan militer di Australia bakal melewati perairan Indonesia menuju Indo Pasifik.
Belum lagi ada rudal nyasar ke sini, keberadaan kapal perang dengan sistem pertahanan udara canggih bakal menembak jatuh proyektil itu.
Maka jangan salahkan bila pemerintah memacu secepat mungkin pengadaan alutsista.
Sebetulnya Indonesia bisa meningkatkan pesanan ke FREMM Evo.
Tetapi negeri ini tak mau menunggu pembuatan kapal perang yang bisa mencapai dua tahun lebih.
Prediksi pemerintah Indonesia, perang di Indo Pasifik akan datang dalam waktu dekat.
Meski Indonesia tak terlibat, tapi dampak perang bisa datang ke wilayahnya.
Misal terjadi perang China Vs Sekutu, AS yang mempunyai pangkalan militer di Australia bakal melewati perairan Indonesia menuju Indo Pasifik.
Belum lagi ada rudal nyasar ke sini, keberadaan kapal perang dengan sistem pertahanan udara canggih bakal menembak jatuh proyektil itu.
Maka jangan salahkan bila pemerintah memacu secepat mungkin pengadaan alutsista.
Potensi Perang di Indo Pasifik
Militer Indonesia sudah mempelajari dan menetapkan beberapa hipotesis seperti apa nantinya dampak perang di Indo Pasifik.
Hipotesis yang bakal terbukti bahkan sebelum pecah perang pun di sana sudah terlihat saat ini.
Yakni banyaknya kapal perang dan niaga berlalu lalang di perairan Indonesia.
"Kawasan Indo-Pasifik kian menjadi magnet kekuatan militer dunia.
Lalu lintas armada kapal perang dari berbagai negara besar yang melintasi perairan Indonesia menandai tingginya tensi strategis dan kepentingan geopolitik di kawasan," jelas TNI AL dalam artikelnya berjudul 'Merespons Tantangan Global, TNI AL Rumuskan Strategi Operasi dan Latihan di Era Perang Modern' pada 22 Juli 2025.
Menurut TNI AL, setiap unsur yang mereka punyai harus meningkatkan interoperabilitas, mengedepankan respon cepat, presisi serta mampu berkolaborasi antar satuan baik AD dan AU.
Sehingga nantinya terwujud efektivitas pertahanan maritim nasional yang mampu menanggapi dinamika ancaman global.
Untuk hal ini diperlukan alutsista yang saling berkomunikasi, bertukar data medan operasi secara real time. Inilah yang dimaksud interoperabilitas.
Tetapi ada beberapa masalah mengganjal, bahwa alutsista Indonesia tak selalu bisa melakukan hal demikian.
Sebab sistem tempur alutsista Indonesia campur aduk.
Indonesia mengoperasikan Diponegoro class yang berteknologi Barat, ia tak bisa berbagi data pertempuran dengan Parchim class yang berteknologi Timur.
Belum lagi saat ini Indonesia mengincar kapal destroyer Type 052D dari China, apakah sistem kapal itu bisa terintegrasi dengan alutsista buatan Barat yang dioperasikan Indonesia?
Diversifikasi alutsista ini simalakama, tak dilakukan ada potensi embargo militer.
Dilaksanakan melahirkan Logistic Nightmare.
Hal yang tak diharapkan tentunya membengkaknya biaya perawatan alutsista karena terlalu banyak barang berbeda di inventori.
Hasilnya perawatan alutsista tak maksimal berujung pada ketidaksiapannya ketika diperintahkan beroperasi.
Fregat Tua Type 053H3
Karena Indonesia butuhnya kapal perang yang sudah tersedia tanpa menunggu proses pembangunan maka solusi yang bisa ditempuh membeli second hand.
Beberapa negara hendak mempensiunkan fregat miliknya seperti Italia, Norwegia dan Denmark.
Bahkan ketiga negara itu mempensiunkan fregat yang umurnya belum mencapai 20 tahun.
Militer Indonesia sudah mempelajari dan menetapkan beberapa hipotesis seperti apa nantinya dampak perang di Indo Pasifik.
Hipotesis yang bakal terbukti bahkan sebelum pecah perang pun di sana sudah terlihat saat ini.
Yakni banyaknya kapal perang dan niaga berlalu lalang di perairan Indonesia.
"Kawasan Indo-Pasifik kian menjadi magnet kekuatan militer dunia.
Lalu lintas armada kapal perang dari berbagai negara besar yang melintasi perairan Indonesia menandai tingginya tensi strategis dan kepentingan geopolitik di kawasan," jelas TNI AL dalam artikelnya berjudul 'Merespons Tantangan Global, TNI AL Rumuskan Strategi Operasi dan Latihan di Era Perang Modern' pada 22 Juli 2025.
Menurut TNI AL, setiap unsur yang mereka punyai harus meningkatkan interoperabilitas, mengedepankan respon cepat, presisi serta mampu berkolaborasi antar satuan baik AD dan AU.
Sehingga nantinya terwujud efektivitas pertahanan maritim nasional yang mampu menanggapi dinamika ancaman global.
Untuk hal ini diperlukan alutsista yang saling berkomunikasi, bertukar data medan operasi secara real time. Inilah yang dimaksud interoperabilitas.
Tetapi ada beberapa masalah mengganjal, bahwa alutsista Indonesia tak selalu bisa melakukan hal demikian.
Sebab sistem tempur alutsista Indonesia campur aduk.
Indonesia mengoperasikan Diponegoro class yang berteknologi Barat, ia tak bisa berbagi data pertempuran dengan Parchim class yang berteknologi Timur.
Belum lagi saat ini Indonesia mengincar kapal destroyer Type 052D dari China, apakah sistem kapal itu bisa terintegrasi dengan alutsista buatan Barat yang dioperasikan Indonesia?
Diversifikasi alutsista ini simalakama, tak dilakukan ada potensi embargo militer.
Dilaksanakan melahirkan Logistic Nightmare.
Hal yang tak diharapkan tentunya membengkaknya biaya perawatan alutsista karena terlalu banyak barang berbeda di inventori.
Hasilnya perawatan alutsista tak maksimal berujung pada ketidaksiapannya ketika diperintahkan beroperasi.
Fregat Tua Type 053H3
Karena Indonesia butuhnya kapal perang yang sudah tersedia tanpa menunggu proses pembangunan maka solusi yang bisa ditempuh membeli second hand.
Beberapa negara hendak mempensiunkan fregat miliknya seperti Italia, Norwegia dan Denmark.
Bahkan ketiga negara itu mempensiunkan fregat yang umurnya belum mencapai 20 tahun.
![]() |
| Iver Huitfeldt class yang hendak dipensiunkan Denmark |
Inggris lebih gila lagi, mereka sudah bersiap mempensiunkan kapal destroyer Type 45.
Fregat buatan Eropa punya kualitas mumpuni, sekelas Maestrale class pun masih cukup menggigit meski sudah dipensiunkan.
Tetapi Indonesia menjatuhkan pilihan pada fregat tua China yakni Type 053H3 Jiangwei II Class.
China saat ini mengoperasikan 8 unit Type 053H3.
Berat fregat ini mencapai 2.393 ton dengan panjang 112 meter.
Tak ada yang istimewa dengan fregat ini, semua serba nanggung.
Misal ia memiliki rudal pertahanan udara jarak pendek HQ-8 yang kualitasnya kalah jauh dari VLS Mica Martadinata class.
Rudal anti kapalnya pun sangat biasa yakni YJ-83, dengan Atmaca pun kualitasnya kalah.
AL China yakni PLAN mau mempensiunkan Type 053H3 karena sudah tak relevan digunakan untuk pertempuran laut modern.
Bahkan ada dua unit kapal ini sudah dijual ke Bangladesh pada 2020.
Usia kapal ini juga tergolong tua, unit pertama yakni Jiaxing 521 sudah dioperasikan sejak Agustus 1998.
Unit terbarunya yakni Luoyang 527 sudah dioperasikan sejak Januari 2005, artinya umur termuda kapal perang ini 20 tahun!
Maaf saja, untuk kali ini selera fregat Indonesia jelek sekali bila tetap membeli Type 053H3 Jiangwei II class.*
Unit terbarunya yakni Luoyang 527 sudah dioperasikan sejak Januari 2005, artinya umur termuda kapal perang ini 20 tahun!
Maaf saja, untuk kali ini selera fregat Indonesia jelek sekali bila tetap membeli Type 053H3 Jiangwei II class.*


Posting Komentar untuk "Indonesia Incar Fregat Tua Type 053H3 Jiangwei II Class dari China"