Militer Indonesia Butuh 300 Unit Kapal Perang Guna Awasi Perairan Nusantara
TIMEMOMENTS.com - Militer Indonesia tengah memperbanyak kapal perang.
Bukan cuma soal kuantitas, kapal perang Indonesia juga diberikan kualitas.
Misalnya pembelian kapal perang Brawijaya class.
Kapal perang ini secara kualitas sangat baik.
Bukan cuma soal kuantitas, kapal perang Indonesia juga diberikan kualitas.
Misalnya pembelian kapal perang Brawijaya class.
Kapal perang ini secara kualitas sangat baik.
Baca Juga : Kapal Perang Buatan Blok Timur Harganya Murah dan Mudah Dimodifikasi Oleh Militer Indonesia
Ia dilengkapi VLS Sylver A50 yang mampu meluncurkan berbagai jenis rudal.
Ada rudal anti serangan udara Aster 30 hingga jelajah serang darat Storm Shadow.
Bisa dikatakan Brawijaya class bisa melakukan berbagai peran tempur dalam satu wadah.
Para awak kapal Indonesia dituntut lebih cermat dan cerdik menyikapi situasi.
Misal adanya kapal coast guard asing yang menerobos masuk ZEE Natuna Utara, prosedur tetap harus diikuti agar ancaman bisa dinetralisir tanpa menimbulkan ketegangan berlebih.
Ia dilengkapi VLS Sylver A50 yang mampu meluncurkan berbagai jenis rudal.
Ada rudal anti serangan udara Aster 30 hingga jelajah serang darat Storm Shadow.
Bisa dikatakan Brawijaya class bisa melakukan berbagai peran tempur dalam satu wadah.
Hadirnya Korvet PPA ini memperkuat armada perang Indonesia bila ingin beroperasi di lautan lepas.
Kapal perang tipe Ocean Going lah yang saat ini digandrungi Indonesia.
Kapal perang tipe Ocean Going lah yang saat ini digandrungi Indonesia.
Fregat Merah Putih, Istif class, Raja Fisabilillah class merupakan tipe Ocean Going.
Kepemilikkan kapal perang dalam jumlah banyak dibarengi kualitas alutsista membuat militer Indonesia lebih mudah menjalankan berbagai jenis operasi tempur.
Ingat, perang laut modern menuntut kecepatan respon.
Ketika rudal pertama ditembakkan, armada perang Indonesia mesti siap menangkis sekaligus menyerang balik.
Kepemilikkan kapal perang dalam jumlah banyak dibarengi kualitas alutsista membuat militer Indonesia lebih mudah menjalankan berbagai jenis operasi tempur.
Ingat, perang laut modern menuntut kecepatan respon.
Ketika rudal pertama ditembakkan, armada perang Indonesia mesti siap menangkis sekaligus menyerang balik.
Pola seperti ini hanya bisa didapat dengan kapal kombatan kelas wahid.
Karena kawasan Indo Pasifik semakin menghangat imbas persaingan China dan AS.
"Kawasan Indo-Pasifik kian menjadi magnet kekuatan militer dunia.
Lalu lintas armada kapal perang dari berbagai negara besar yang melintasi perairan Indonesia menandai tingginya tensi strategis dan kepentingan geopolitik di kawasan," jelas TNI AL pada 22 Juli 2025.
Nah, dinamisnya geopolitik Indo Pasifi membuat TNI AL mesti beradaptasi.
Segala bentuk potensi ancaman dari laut yang mengarah ke Indonesia harus ditanggulangi.
"Ekosistem operasi, latihan dan diplomasi jajaran TNI AL harus segera beradaptasi dengan perkembangan yang terus dinamis.
Kegiatan operasi, latihan dan diplomasi harus dikemas secara efektif dan efisien dalam rangka mengamankan kepentingan nasional dalam operasi militer perang maupun operasi militer selain perang," jelasnya.
Salah satu hal yang perlu dicermati ialah pengerahan aset ke wilayah operasi.
Pengerahan aset harus disesuaikan dengan tingkat ancaman, supaya tak terlalu banyak membuang sumber daya.
Sekali lagi, Quick Response harus diutamakan.
"Komunitas operasional TNI Angkatan Laut harus mampu berfikir dan bertindak secara cermat dengan pelibatan berbagai sumber daya yang ada.
Interoperabilitas komunitas intelijen, coastal radar, Puskodal dan penindak harus menjadi ekosistem yang diintegrasikan dengan baik agar kecepatan dan ketepatan bertindak semakin lebih baik," ungkapnya.
Karena kawasan Indo Pasifik semakin menghangat imbas persaingan China dan AS.
"Kawasan Indo-Pasifik kian menjadi magnet kekuatan militer dunia.
Lalu lintas armada kapal perang dari berbagai negara besar yang melintasi perairan Indonesia menandai tingginya tensi strategis dan kepentingan geopolitik di kawasan," jelas TNI AL pada 22 Juli 2025.
Nah, dinamisnya geopolitik Indo Pasifi membuat TNI AL mesti beradaptasi.
Segala bentuk potensi ancaman dari laut yang mengarah ke Indonesia harus ditanggulangi.
"Ekosistem operasi, latihan dan diplomasi jajaran TNI AL harus segera beradaptasi dengan perkembangan yang terus dinamis.
Kegiatan operasi, latihan dan diplomasi harus dikemas secara efektif dan efisien dalam rangka mengamankan kepentingan nasional dalam operasi militer perang maupun operasi militer selain perang," jelasnya.
Salah satu hal yang perlu dicermati ialah pengerahan aset ke wilayah operasi.
Pengerahan aset harus disesuaikan dengan tingkat ancaman, supaya tak terlalu banyak membuang sumber daya.
Sekali lagi, Quick Response harus diutamakan.
"Komunitas operasional TNI Angkatan Laut harus mampu berfikir dan bertindak secara cermat dengan pelibatan berbagai sumber daya yang ada.
Interoperabilitas komunitas intelijen, coastal radar, Puskodal dan penindak harus menjadi ekosistem yang diintegrasikan dengan baik agar kecepatan dan ketepatan bertindak semakin lebih baik," ungkapnya.
![]() |
Armada perang Indonesia (foto : Kemhan RI) |
Para awak kapal Indonesia dituntut lebih cermat dan cerdik menyikapi situasi.
Misal adanya kapal coast guard asing yang menerobos masuk ZEE Natuna Utara, prosedur tetap harus diikuti agar ancaman bisa dinetralisir tanpa menimbulkan ketegangan berlebih.
Hal-hal seperti ini perlu dilatih terus menerus karena kedepan kerap kejadian seperti ini.
Setidaknya memang Indonesia perlu 300 unit kapal perang untuk mengawasi seluruh perairan Nusantara.
"Sedangkan jumlah kapal permukaan mencapai 114 unit.
Padahal untuk mengawasi seluruh perairan Indonesia minimal diperlukan 300 kapal," jelas Puspen TNI dalam artikelnya berjudul 'TNI AL Lirik Enam Kapal Selam Rusia' pada 5 Januari 2006.
Padahal untuk mengawasi seluruh perairan Indonesia minimal diperlukan 300 kapal," jelas Puspen TNI dalam artikelnya berjudul 'TNI AL Lirik Enam Kapal Selam Rusia' pada 5 Januari 2006.
Jumlah ini terus dikejar karena memang Indonesia kekurangan kapal perang.*
Posting Komentar untuk "Militer Indonesia Butuh 300 Unit Kapal Perang Guna Awasi Perairan Nusantara"