Pemilihan J-10 Indonesia Disebut Membuat Reputasi Rafale Kini Dipertanyakan


TIMEMOMENTS.COM - Indonesia memutuskan untuk mengakuisisi jet tempur J-10 dari China sebanyak 42 unit.

Keputusan ini menandai ketidakpastian yang selama ini menjadi pertanyaan mengenai minat Indonesia terhadap jet tempur tersebut.

EurAsian Times, pada 19 Oktober 2025, memapasrkan bahwa hal ini menunjukkan kemunduran bagi Prancis dengan jet tempur Rafale-nya.

Pasalnya, Indonesia sempat disebut akan memperluas armada Rafalenya dengan pembelian tambahan.

Pengumuman Indonesia ini disebut sebagai kemenangan signifikan bagi industri pertahanan China, hanya ekspor kedua J-10 setelah Pakistan.

Kesepakatan ini juga telah memicu perdebatan tentang apakah ini menandakan kemunduran bagi pesawat tempur Dassault Rafale milik Prancis.

Modernisasi Angkatan Udara Indonesia merupakan upaya yang multifaset, didorong oleh kebutuhan untuk mengganti pesawat-pesawat usang seperti F-16A/B buatan AS dan Su-27/30 buatan Rusia. 

Pada tahun 2022, Jakarta menandatangani kontrak untuk 42 pesawat tempur Dassault Rafale F4 dari Prancis, dengan pengiriman dijadwalkan akan dimulai pada awal tahun 2026.

Kesepakatan Rafale, yang dilakukan secara bertahap selama beberapa tahun.

Hal ini dipandang sebagai landasan strategi Indonesia untuk meningkatkan kemampuannya di kawasan Indo-Pasifik, di mana ketegangan di Laut Cina Selatan dan sengketa wilayah tampak besar.

Jet-jet tempur Prancis, yang dikenal karena avioniknya yang canggih, sistem peperangan elektronik, dan fleksibilitas multiperannya, diharapkan akan menjadi tulang punggung armada Indonesia di masa depan. 

Namun, laporan mengenai minat Indonesia terhadap J-10C muncul secara berkala sepanjang tahun 2025, yang berpuncak pada konfirmasi resmi dari pejabat Indonesia.

J-10C, yang sering dijuluki Naga Tangguh, adalah pesawat tempur generasi keempat yang dilengkapi radar AESA (active electronically scanned array), rudal udara-ke-udara canggih seperti PL-15, dan kompatibilitas dengan berbagai amunisi berpemandu presisi.

Pilot Indonesia akan berlatih di China, dan jet tempur tersebut bahkan bisa tiba lebih awal daripada Rafale, sehingga berpotensi mengisi kesenjangan kemampuan yang ada.

Waktu dan konteks pembelian J-10 telah menyebabkan beberapa analis melihatnya sebagai pukulan potensial bagi jet Rafale.

Indonesia awalnya berencana memperluas pesanan Rafale melebihi 42 unit awal, dengan laporan pada bulan Juli 2025.

Kesepakatan ini awalnya menunjukkan kemungkinan kesepakatan untuk tambahan 24 jet selama kunjungan Presiden Prabowo Subianto ke Prancis.

Akan tetapi, hal itu tampaknya tidak mungkin sekarang karena Jakarta tampaknya telah beralih ke diversifikasi, memilih alternatif Cina di tengah keterbatasan anggaran.

Salah satu faktor kunci yang dibahas adalah kinerja J-10C yang dilaporkan dalam skenario dunia nyata. 

Media sosial dan forum pertahanan ramai dengan klaim bahwa jet J-10CE Pakistan menunjukkan keunggulan selama konflik India-Pakistan pada Mei 2025, yang diduga menjatuhkan pesawat India, termasuk Rafale.

Meskipun banyak klaim ini yang belum diverifikasi dan dibantah oleh sumber-sumber India.

Klaim tersebut telah memicu narasi bahwa J-10 menawarkan kemampuan yang sebanding atau lebih unggul dengan biaya lebih rendah.

Hal tersebut berpotensi memengaruhi keputusan pengadaan di pasar yang sensitif terhadap biaya seperti Indonesia.

Intelijen Prancis bahkan menuduh China mengatur kampanye disinformasi melalui kedutaan besarnya untuk melemahkan penjualan Rafale.

Menunjukkan bahwa laporan berlebihan mengenai kerentanan jet tersebut disebarkan untuk mempengaruhi calon pembeli seperti Indonesia.

Namun jika hal ini benar, ini dapat mencerminkan pola sabotase persaingan yang lebih luas di pasar senjata global, di mana persepsi sering kali mengalahkan fakta.

Bahkan, keputusan Indonesia dianggap pukulan telak bagi Prancis dalam bersaing dengan Tiongkok untuk memperebutkan Indonesia, dalam penjualan jet tempur.

Baca Juga : Pembelian J-10 Indonesia Disebut Pergeseran Arah Politik dan Keseimbangan Kekuatan

***


Afif Khoirul M
Afif Khoirul M Saya merupakan penulis di website sejak 2017, sempat menulis di berbagai media seperti Intisari Online dan National Geographic dengan mengikuti berbagai isu terkini.

Posting Komentar untuk " Pemilihan J-10 Indonesia Disebut Membuat Reputasi Rafale Kini Dipertanyakan"