Pengamat Pertahanan Ungkap Indonesia Kesulitan Rawat Jet Tempurnya Tapi Masih Nekat Beli J-10
![]() |
| J-10 berpotensi lahirkan Logistic Nightmare jet tempur Indonesia |
Belum diketahui J-10 tipe apa yang dibeli Indonesia.
Meski beberapa media China melaporkan Indonesia membeli J-10C.
Rencananya Indonesia membeli 42 unit J-10.
Baca Juga : Bukan J-35, Strategi PLAAF Tetapkan J-10 Sebagai Kunci Menangkan Pertempuran Udara
Jumlah ini bisa berkurang atau bertambah, tergantung kebutuhan Indonesia akan jet tempur itu.
Sebetulnya Indonesia ditawari F-15 Eagle II dari Boeing, AS.
Penawaran Boeing cukup mahal, 36 unit F-15 Eagle II paket komplit.
Namun bila Indonesia membeli F-15 Eagle II paket komplit, kemampuan udara militer republik terdongkrak naik.
Bayangkan saja Trio F-15 Eagle II, Rafale dan KF-21 Boramae bukan cuma kualitas namun dibarengi kuantitas membuat angkatan udara Indonesia sangat disegani di kawasan.
Pilihan Masuk Akal
Bagi Indonesia saat ini pilihan paling masuk akal ialah mengedepankan pembelian Rafale, KF-21 Boramae dan F-15 Eagle II.
Sebagai catatan Indonesia harus mandiri membuat KF-21 Boramae kedepannya.
Jika perlu mengikuti program jet tempur tersebut sampai ke Block III generasi keenam.
Harapannya di masa depan Indonesia hanya mengoperasikan dua jenis jet tempur saja yakni F-35 dan KF-21 Boramae Block II dan III dengan jumlah yang mesti diperbanyak.
Sebab perang udara modern menitikberatkan pada serangan dan penginderaan jarak jauh.
Musuh harus dihancurkan sejauh mungkin sebelum masuk ke wilayah Indonesia.
Peperangan seperti ini bakal terus terjadi kedepannya.
Jika Indonesia tak bersiap dan hanya bergantung pada J-10 saja, tak bakal bisa bertahan dalam peperangan.
Harus ada solusi konkret bila memang membeli J-10 sebagai jet tempur garis depan Indonesia.
Logistic Nightmare
Saat ini Indonesia mengoperasikan beragam jet tempur dari berbagai negara.
T-50i Korea Selatan, F-16, Hawk 109 209, Su-27 dan Su-30.
Jenisnya bakal bertambah dengan Rafale, F-15 Eagle II, KAAN, J-10 bahkan Su-35 bila dilanjutkan.
Diversifikasi alutsista seperti ini rentan melahirkan Logistic Nightmare, kesulitan Depo Pemeliharaan memenuhi perawatan jet tempur agar siap operasional kala dibutuhkan.
Bila ditambah lagi dengan J-10 maka kesiapan tempur armada udara Indonesia bakal lebih rendah karena kesulitan perawatan.
Harapannya di masa depan Indonesia hanya mengoperasikan dua jenis jet tempur saja yakni F-35 dan KF-21 Boramae Block II dan III dengan jumlah yang mesti diperbanyak.
Sebab perang udara modern menitikberatkan pada serangan dan penginderaan jarak jauh.
Musuh harus dihancurkan sejauh mungkin sebelum masuk ke wilayah Indonesia.
Peperangan seperti ini bakal terus terjadi kedepannya.
Jika Indonesia tak bersiap dan hanya bergantung pada J-10 saja, tak bakal bisa bertahan dalam peperangan.
Harus ada solusi konkret bila memang membeli J-10 sebagai jet tempur garis depan Indonesia.
Logistic Nightmare
Saat ini Indonesia mengoperasikan beragam jet tempur dari berbagai negara.
T-50i Korea Selatan, F-16, Hawk 109 209, Su-27 dan Su-30.
Jenisnya bakal bertambah dengan Rafale, F-15 Eagle II, KAAN, J-10 bahkan Su-35 bila dilanjutkan.
Diversifikasi alutsista seperti ini rentan melahirkan Logistic Nightmare, kesulitan Depo Pemeliharaan memenuhi perawatan jet tempur agar siap operasional kala dibutuhkan.
Bila ditambah lagi dengan J-10 maka kesiapan tempur armada udara Indonesia bakal lebih rendah karena kesulitan perawatan.
![]() |
| Masa depan jet tempur Indonesia ada di KF-21 Boramae |
Hal ini diungkapkan oleh dua pengamat militer Euan Graham dari ASPI Strategist Australia dan Collin Koh peneliti senior di Sekolah Studi Internasional S. Rajaratnam Singapura.
Keduanya sepakat menambahkan J-10 ke inventori jet tempur Indonesia tidak akan membuatnya semakin baik malah buruk.
Kementerian Pertahanan Republik Indonesia ada baiknya menelaah ulang rencana pembelian J-10 agar tak jadi bumerang di kemudian hari.
Jangan sampai merawat berbagai jenis jet tempur menjadi beban berlebih bagi anggaran pertahanan yang harusnya bisa dialihkan mendanai operasi militer guna menjaga kedaulatan negara.
"Mempertahankan pasokan dari berbagai pemasok asing yang ada saat ini saja sudah sulit, dan menambahkan negara lain ke dalam lini terdepan berarti mimpi buruk bagi seorang ahli logistik," ujar Graham dikutip dari Breaking Defense dalam artikelnya berjudul 'Indonesia’s J-10 fighter buy from China a geopolitical play with capability risks: Experts' pada 27 Oktober 2025.
Harapannya para pengambil kebijakan pertahanan melek mata hati mana alutsista yang berkualitas, dibutuhkan dan lethal bagi lawan karena yang dipertaruhkan amat mahal yakni kedaulatan bangsa dan negara.*


Posting Komentar untuk "Pengamat Pertahanan Ungkap Indonesia Kesulitan Rawat Jet Tempurnya Tapi Masih Nekat Beli J-10"