Tiga Alutsista dari China yang Harus Diperoleh Indonesia Selain J-10
TIMEMOMENTS.COM - J-10 menjadi jawaban bahwa Indonesia berani mengimplementasikan sikap Bebas Aktif.
China menjual bebas J-35, jet tempur siluman terbaru miliknya khusus dibangun memenuhi skadron kapal induk.
Meski ditempatkan di kapal induk, J-35 bisa dioperasikan seperti layaknya jet tempur konvensional yang bisa beroperasi di landasan.
Bahkan Indonesia bisa meralat pembelian J-10 langsung loncat ke J-35.
Apa pun itu masyarakat Indonesia berharap yang terbaik dari Kementerian Pertahanan agar mengakuisisi alutsista yang benar-benar proven demi menjaga kedaulatan NKRI.*
Sebelum ini pembelian jet tempur bagi militer Indonesia cenderung berteknologi negara Barat seperti Rafale dan T-50i. Kali ini J-10 memainkan perbedaan tersebut.
Sebetulnya sejak angkatan bersenjata Republik Indonesia berdiri pada 5 Oktober 1945, diversifikasi alutsista seperti saat ini di J-10 hingga F-16 sudah ada.
Dulu diversifikasi senjata didapat dari pampasan perang seperti pesawat Yokosuka K5Y 'Cureng', Ki-51 Guntei hingga B-25, P-51 Mustang.
Sebetulnya sejak angkatan bersenjata Republik Indonesia berdiri pada 5 Oktober 1945, diversifikasi alutsista seperti saat ini di J-10 hingga F-16 sudah ada.
Dulu diversifikasi senjata didapat dari pampasan perang seperti pesawat Yokosuka K5Y 'Cureng', Ki-51 Guntei hingga B-25, P-51 Mustang.
Baca Juga : Proses Cangkok Avionik dan Radar AESA J-10 Incaran Indonesia ke Jet Tempur Siluman J-20
Setelahnya ada zaman Indonesia memakai banyak sekali jet tempur dari Uni Soviet seperti MiG-17, MiG-19 dan MiG-21.
Namun Indonesia juga mengoperasikan C-130 Hercules, C-47 Dakota, A-26 Invader, B-25 Mitchell dan P-51 Mustang.
Meski persentase alutsista Barat lebih sedikit namun sangat berguna saat itu untuk persiapan operasi Jayawijaya.
Dalam berbagai operasi infiltrasi, C-130 dan C-47 Dakota benar-benar memainkan peran penting menerjunkan pasukan khusus.
Bahkan P-51 Mustang lah yang mengawal operasi Linud ke Irian Barat.
Terkadang pemandangan aneh terlihat kala C-47 dan C-130 buatan AS dikawal MiG-17 lansiran Uni Soviet sesaat sebelum menerjunkan pasukan.
Doktrin Preemptive Strike
Militer Indonesia sengaja membeli banyak alutsista saat ini.
Alasan pertama ialah modernisasi persenjataan yang sudah usang.
Indonesia masih memakai alutsista sejak era Trikora seperti tank amfibi PT-76 hingga AMX-13.
Sebab kedua ialah penguatan angkatan bersenjata ke tingkat ideal.
Bagi Singapura memiliki 12 kapal selam lebih dari cukup.
Bagi Indonesia memiliki 12 kapal selam merupakan jumlah minimum.
Militer negeri ini diharuskan besar dan kuat karena luas wilayah Indonesia 1,9 juta km persegi.
Ketika dua alasan di atas sudah terpenuhi secara kualitas kuantitas langkah selanjutnya menjalankan taktik Preemptive strike.
Militer Indonesia diharapkan mampu menyerang lawan bahkan di wilayah musuh itu sendiri.
Setelahnya ada zaman Indonesia memakai banyak sekali jet tempur dari Uni Soviet seperti MiG-17, MiG-19 dan MiG-21.
Namun Indonesia juga mengoperasikan C-130 Hercules, C-47 Dakota, A-26 Invader, B-25 Mitchell dan P-51 Mustang.
Meski persentase alutsista Barat lebih sedikit namun sangat berguna saat itu untuk persiapan operasi Jayawijaya.
Dalam berbagai operasi infiltrasi, C-130 dan C-47 Dakota benar-benar memainkan peran penting menerjunkan pasukan khusus.
Bahkan P-51 Mustang lah yang mengawal operasi Linud ke Irian Barat.
Terkadang pemandangan aneh terlihat kala C-47 dan C-130 buatan AS dikawal MiG-17 lansiran Uni Soviet sesaat sebelum menerjunkan pasukan.
Doktrin Preemptive Strike
Militer Indonesia sengaja membeli banyak alutsista saat ini.
Alasan pertama ialah modernisasi persenjataan yang sudah usang.
Indonesia masih memakai alutsista sejak era Trikora seperti tank amfibi PT-76 hingga AMX-13.
Sebab kedua ialah penguatan angkatan bersenjata ke tingkat ideal.
Bagi Singapura memiliki 12 kapal selam lebih dari cukup.
Bagi Indonesia memiliki 12 kapal selam merupakan jumlah minimum.
Militer negeri ini diharuskan besar dan kuat karena luas wilayah Indonesia 1,9 juta km persegi.
Ketika dua alasan di atas sudah terpenuhi secara kualitas kuantitas langkah selanjutnya menjalankan taktik Preemptive strike.
Militer Indonesia diharapkan mampu menyerang lawan bahkan di wilayah musuh itu sendiri.
Atau setidaknya menghancurkan musuh di ruang internasional sebelum ancaman itu memasuki NKRI.
Era Persenjataan Made in China
Jika melihat situasi geopolitik Indo Pasifik, telaah mendalam diperlukan untuk menemukan jawaban pasti.
Indonesia mau bagaimana menyikapi persaingan AS-China.
Jawabannya sudah pasti Non Blok, diwujudkan dengan pembelian J-10.
Namun apakah akan berhenti di J-10?
Kelihatannya tidak karena sebelum J-10, Indonesia sudah membeli lumayan senjata dri China.
UAV CH-4 Rainbow, rudal anti kapal C-802, C-705, Manpads QW-3 hingga penangkis serangan udara Giant Bow.
Dan saat ini Indonesia membutuhkan lebih dari sekedar senjata ringan.
Kebutuhan empat kapal destroyer Indonesia bisa disuplai China.
Type 052D sudah dijual bebas oleh China, bisa dibeli di kisaran harga Rp 12 triliun per unit.
Kapal destroyer ini mulai diwaspadai AS karena kemampuannya mendekati Arleigh Burke class.
Selain kapal destroyer, alutsista paling penting yang bisa didapatkan Indonesia dari China ialah rudal hipersonik.
YJ-21 Eagle Srike bisa didapatkan Indonesia.
Rudal hipersonik ini memungkinkan militer Indonesia menyerang target di lautan tanpa bisa ditangkis sistem pertahanan lawan.
Sehingga probabilitas YJ-21 hit ke lawan sangat tinggi.
Terakhir ialah J-35.
Era Persenjataan Made in China
Jika melihat situasi geopolitik Indo Pasifik, telaah mendalam diperlukan untuk menemukan jawaban pasti.
Indonesia mau bagaimana menyikapi persaingan AS-China.
Jawabannya sudah pasti Non Blok, diwujudkan dengan pembelian J-10.
Namun apakah akan berhenti di J-10?
Kelihatannya tidak karena sebelum J-10, Indonesia sudah membeli lumayan senjata dri China.
UAV CH-4 Rainbow, rudal anti kapal C-802, C-705, Manpads QW-3 hingga penangkis serangan udara Giant Bow.
Dan saat ini Indonesia membutuhkan lebih dari sekedar senjata ringan.
Kebutuhan empat kapal destroyer Indonesia bisa disuplai China.
Type 052D sudah dijual bebas oleh China, bisa dibeli di kisaran harga Rp 12 triliun per unit.
Kapal destroyer ini mulai diwaspadai AS karena kemampuannya mendekati Arleigh Burke class.
Selain kapal destroyer, alutsista paling penting yang bisa didapatkan Indonesia dari China ialah rudal hipersonik.
YJ-21 Eagle Srike bisa didapatkan Indonesia.
Rudal hipersonik ini memungkinkan militer Indonesia menyerang target di lautan tanpa bisa ditangkis sistem pertahanan lawan.
Sehingga probabilitas YJ-21 hit ke lawan sangat tinggi.
Terakhir ialah J-35.
![]() |
| J-35 |
China menjual bebas J-35, jet tempur siluman terbaru miliknya khusus dibangun memenuhi skadron kapal induk.
Meski ditempatkan di kapal induk, J-35 bisa dioperasikan seperti layaknya jet tempur konvensional yang bisa beroperasi di landasan.
Bahkan Indonesia bisa meralat pembelian J-10 langsung loncat ke J-35.
Apa pun itu masyarakat Indonesia berharap yang terbaik dari Kementerian Pertahanan agar mengakuisisi alutsista yang benar-benar proven demi menjaga kedaulatan NKRI.*


Posting Komentar untuk " Tiga Alutsista dari China yang Harus Diperoleh Indonesia Selain J-10"