Proses Cangkok Avionik dan Radar AESA J-10 Incaran Indonesia ke Jet Tempur Siluman J-20
TIMEMOMENTS.COM - Warganet sedikit dibuat resah dengan kepastian seri J-10 mana yang akan dibeli Indonesia.
42 unit J-10 segera didatangkan Indonesia dan yang paling membuat bingung adanya seri BD.
Tak ada J-10 seri BD, yang ada seri A, AH, AY, S, SH, B, Demonstrator TVC, C, CE dan CY.
Saat ini pabrikan pembuat J-10 hanya memproduksi seri C dan CE.
Karena sama-sama berasal dari CAC, berbagai piranti J-10C dikembangkan untuk nantinya mengisi J-20.
Rupanya saat membuat J-10, CAC sudah merancang jet tempur itu agar adaptif terhadap peningkatan teknologi dirgantara modern.
Maka ia bisa dijadikan 'kelinci percobaan' teknologi terbaru CAC yang nantinya dicangkokkan ke J-20.
"Yang terpenting, avionik dan radar canggih J-10C dikembangkan sangat dekat dengan peralatan yang sesuai dengan J-20.
Oleh karena itu, meskipun produksi massal J-20 mungkin tampak tiba-tiba, avionik inti, radar, dan mesinnya telah terbukti pada J-10C dan pesawat tempur lainnya," beber xinghuozhiku.com.
Proyek berjalan sempurna, J-10C Vigorous Dragon membidani kelahiran J-20 Mighty Dragon yang meneruskan tongkat estafet fighter garis depan Chengdu Series.
Apakah Indonesia tak mau membeli J-10C saja? setidaknya bisa melepas dahaga akan kebutuhan pespur baru yang kemampuannya mendekati J-20.*
42 unit J-10 segera didatangkan Indonesia dan yang paling membuat bingung adanya seri BD.
Tak ada J-10 seri BD, yang ada seri A, AH, AY, S, SH, B, Demonstrator TVC, C, CE dan CY.
Saat ini pabrikan pembuat J-10 hanya memproduksi seri C dan CE.
Baca Juga : Menunggu Reaksi F-15 Eagle II Usai Indonesia Membeli J-10 dari China
Jadi bila ingin jet tempur baru maka cuma seri itu saja yang tersedia.
Jika mau seri lainnya maka jawabannya cuma bisa membeli dalam kondisi second hand.
PLAAF tak keberatan melepas beberapa puluh J-10 miliknya ke negara lain asal harganya pas.
PLAAF mengoperasikan lebih dari 530 unit J-10 berbagai varian.
Semua dalam kondisi aktif namun tak selalu oke dipakai tempur.
Maksudnya seri J-10A dan B yang dinilai kurang mumpuni dalam pertempuran udara.
PLAAF dan Ketidakpuasaan Atas J-10A
AU China yakni PLAAF sebetulnya telah menerima J-10 sejak tahun 1990 an.
Seri A pertama kali dioperasikan oleh skuadron Resimen ke-131 dan Divisi ke-44 yang dikirim pada 23 Februari 2003.
Chengdu membanjiri secara cepat J-10A sebanyak 236 unit langsung ditransfer ke skuadron garis depan PLAAF yang berpotensi bentrok dengan Mirage 2000 Taiwan.
Justru saat itulah PLAAF mengetahui kelemahan J-10A yang tak mampu diajak duel udara beronde-ronde.
Kecepatan menanjak J-10A dikenal lelet, mudah ditikung oleh F-16 atau Mirage 2000 yang punya sudut serang tajam.
"Secara objektif, J-10A bukanlah pesawat yang sangat mengesankan," jelas situs berbahasa Mandarin xinghuozhiku.com dalam artikelnya berjudul 'After exporting 36 J-10CE, will Chengdu Aircraft Corporation stop production of the J-10C to focus on the J-20?' pada 26 Juni 2022.
Keresahan ini ditangkap langsung Chengdu Aircraft yang lantas membangun versi selanjutnya yakni J-10B.
Apa yang terjadi setelahnya? versi B tak jauh berbeda dengan A.
Bahkan Chengdu hanya memproduksi sebanyak 55 unit J-10B seakan PLAAF mengatakan tak ada bedanya B dan A.
Kurang diapresiasi lalu dikritik tajam, Chengdu membuat versi lanjutan yakni J-10C.
Kali ini PLAAF lumayan puas karena J-10C benar-benar berbeda dari dua versi butut sebelumnya.
Jadi bila ingin jet tempur baru maka cuma seri itu saja yang tersedia.
Jika mau seri lainnya maka jawabannya cuma bisa membeli dalam kondisi second hand.
PLAAF tak keberatan melepas beberapa puluh J-10 miliknya ke negara lain asal harganya pas.
PLAAF mengoperasikan lebih dari 530 unit J-10 berbagai varian.
Semua dalam kondisi aktif namun tak selalu oke dipakai tempur.
Maksudnya seri J-10A dan B yang dinilai kurang mumpuni dalam pertempuran udara.
PLAAF dan Ketidakpuasaan Atas J-10A
AU China yakni PLAAF sebetulnya telah menerima J-10 sejak tahun 1990 an.
Seri A pertama kali dioperasikan oleh skuadron Resimen ke-131 dan Divisi ke-44 yang dikirim pada 23 Februari 2003.
Chengdu membanjiri secara cepat J-10A sebanyak 236 unit langsung ditransfer ke skuadron garis depan PLAAF yang berpotensi bentrok dengan Mirage 2000 Taiwan.
Justru saat itulah PLAAF mengetahui kelemahan J-10A yang tak mampu diajak duel udara beronde-ronde.
Kecepatan menanjak J-10A dikenal lelet, mudah ditikung oleh F-16 atau Mirage 2000 yang punya sudut serang tajam.
"Secara objektif, J-10A bukanlah pesawat yang sangat mengesankan," jelas situs berbahasa Mandarin xinghuozhiku.com dalam artikelnya berjudul 'After exporting 36 J-10CE, will Chengdu Aircraft Corporation stop production of the J-10C to focus on the J-20?' pada 26 Juni 2022.
Keresahan ini ditangkap langsung Chengdu Aircraft yang lantas membangun versi selanjutnya yakni J-10B.
Apa yang terjadi setelahnya? versi B tak jauh berbeda dengan A.
Bahkan Chengdu hanya memproduksi sebanyak 55 unit J-10B seakan PLAAF mengatakan tak ada bedanya B dan A.
Kurang diapresiasi lalu dikritik tajam, Chengdu membuat versi lanjutan yakni J-10C.
Kali ini PLAAF lumayan puas karena J-10C benar-benar berbeda dari dua versi butut sebelumnya.
Vigorous Dragon Membidani Kelahiran Mighty Dragon
Kehadiran F-22 Raptor menegaskan dominasi udara USAF dimana jet tempur itu dioperasikan.
Beijing resah bisa saja AS menempatkan F-22 ke Taiwan dengan alasan menjaga stabilitas kawasan.
Keadaan ini memaksa China mengembangkan J-20.
Rekayasa teknologi J-20 tak lepas dari peran J-10C.
Kehadiran F-22 Raptor menegaskan dominasi udara USAF dimana jet tempur itu dioperasikan.
Beijing resah bisa saja AS menempatkan F-22 ke Taiwan dengan alasan menjaga stabilitas kawasan.
Keadaan ini memaksa China mengembangkan J-20.
Rekayasa teknologi J-20 tak lepas dari peran J-10C.
Karena sama-sama berasal dari CAC, berbagai piranti J-10C dikembangkan untuk nantinya mengisi J-20.
Rupanya saat membuat J-10, CAC sudah merancang jet tempur itu agar adaptif terhadap peningkatan teknologi dirgantara modern.
Maka ia bisa dijadikan 'kelinci percobaan' teknologi terbaru CAC yang nantinya dicangkokkan ke J-20.
Hasilnya memuaskan, peningkatan di J-10C termasuk sistem avionik dan radarnya dipasang ke J-20.
Radar AESA Type 1475 J-20 sama persis dengan yang dipakai J-10C.
Radar AESA Type 1475 J-20 sama persis dengan yang dipakai J-10C.
![]() |
| Radar AESA Type 1475 milik J-10C dan J-20 |
"Yang terpenting, avionik dan radar canggih J-10C dikembangkan sangat dekat dengan peralatan yang sesuai dengan J-20.
Oleh karena itu, meskipun produksi massal J-20 mungkin tampak tiba-tiba, avionik inti, radar, dan mesinnya telah terbukti pada J-10C dan pesawat tempur lainnya," beber xinghuozhiku.com.
Proyek berjalan sempurna, J-10C Vigorous Dragon membidani kelahiran J-20 Mighty Dragon yang meneruskan tongkat estafet fighter garis depan Chengdu Series.
Apakah Indonesia tak mau membeli J-10C saja? setidaknya bisa melepas dahaga akan kebutuhan pespur baru yang kemampuannya mendekati J-20.*


Posting Komentar untuk "Proses Cangkok Avionik dan Radar AESA J-10 Incaran Indonesia ke Jet Tempur Siluman J-20"