Indonesia Ketiban Untung Insinyur Lockheed Martin Berikan Bimbingan Khusus Pembangunan KF-21 Boramae
TIMEMOMENTS.COM - Manufaktur pesawat terbang militer, Lockheed Martin bisa dibilang lead the way dalam pengembangan teknologi persenjataan dunia.
Pabrikan lain macam Sukhoi, BAE, Dassault Aviation hingga Northrop Grumman menempel ketat dibelakangnya.
Mungkin hanya Boeing yang levelnya sama dengan Lockheed.
Pernyataan ini tak semata-mata keluar begitu saja, sebab Lockheed membuktikan diri produknya canggih dan laku dijual.
Baca Juga : Indonesia Percepat Pengadaan KF-21 Boramae
F-16, F-22 dan F-35, semua jet tempur operasional serta laku dijual baik ke militer AS maupun negara lain.
Bahkan Jepang pernah meminta penjualan F-22, padahal Raptor dilarang dijual di luar negara AS.
Hal ini membuktikan bagaimana teknologi yang direkayasa perusahaan itu memang jempolan.
Skunk Works
Awal mula kedigdayaan Lockheed tepat saat Perang Dingin berlangsung.
Pemerintah AS sebetulnya sudah meminta pembuatan pesawat tempur baru yang bisa mempersingkat jalannya pertempuran pada 1943.
Empat teknologi intinya dipakai Korsel di jet tempur tersebut, tentu mereka tak rela penelitian dan pengalaman puluhan tahun dicontek begitu saja oleh Indonesia.
Korsel boleh mengetahuinya karena ROKAF membeli 40 unit F-35 tanpa menawar dan membayar memakai dolar.
"KAI juga menerima dukungan teknis krusial untuk program KF-21 dari Lockheed Martin.
Setelah memimpin desain T-50 bekerja sama dengan KAI pada tahun 1990-an, Lockheed tidak memiliki hak desain atas KF-21, tetapi perusahaan tersebut menawarkan bimbingan kepada para insinyur KAI melalui pengembangan dan pengujian," jelas Aviation Week pada 3 November 2025 dalam artikelnya berjudul 'South Korea Breaks Cover On KF-21 Production'
Jikalau Indonesia tak dapat teknologi dari Lockheed Martin setidaknya KF-21 Boramae benar-benar jet tempur mumpuni.
Sehingga tak ada ruginya Indonesia tetap dalam program KF-21 Boramae.*
Pabrikan lain macam Sukhoi, BAE, Dassault Aviation hingga Northrop Grumman menempel ketat dibelakangnya.
Mungkin hanya Boeing yang levelnya sama dengan Lockheed.
Pernyataan ini tak semata-mata keluar begitu saja, sebab Lockheed membuktikan diri produknya canggih dan laku dijual.
Baca Juga : Indonesia Percepat Pengadaan KF-21 Boramae
F-16, F-22 dan F-35, semua jet tempur operasional serta laku dijual baik ke militer AS maupun negara lain.
Bahkan Jepang pernah meminta penjualan F-22, padahal Raptor dilarang dijual di luar negara AS.
Hal ini membuktikan bagaimana teknologi yang direkayasa perusahaan itu memang jempolan.
Skunk Works
Awal mula kedigdayaan Lockheed tepat saat Perang Dingin berlangsung.
Pemerintah AS sebetulnya sudah meminta pembuatan pesawat tempur baru yang bisa mempersingkat jalannya pertempuran pada 1943.
Insinyur senior Lockheed, Kelly Johnson, menyanggupi permintaan ini tetapi ia butuh waktu membuat jet tempur mutakhir.
Kelly kemudian mendirikan Divisi Advanced Development Programs/ ADP atau acap disapa Skunk Works, bagian integral dari Lockheed.
Skunk Works merupakan divisi pengembangan pesawat tempur tingkat lanjut, rahasia dan mutakhir.
Kenapa Pemerintah AS tergesa ingin memiliki jet tempur? tak lain tak bukan karena hadirnya Messerschimt Me-262 di perang Eropa.
Intinya Korps Udara US Army ingin jet tempur seperti itu.
Sayang ketika Skunk Works berusaha membuatnya, perang telah usai meski mereka berhasil memproduksi P-38 Lightning dan P-80 Shooting Star.
Akan tetapi ancaman Uni Soviet lahir, masa Perang Dingin inilah yang jadi medan pembuktian baru baginya.
Kali ini pemerintah AS tak mau jet tempur tapi pesawat mata-mata yang mampu terbang tinggi dan memotret secara jelas apa pun yang dilewatinya.
Lahirlah U-2 Dragon Lady dan si Untouchable SR-71 Blackbird yang tersohor itu.
Hingga berturut-turut kemudian program F-117 Nighthawk, F-22 Raptor dan F-35 Lightning II lahir dari Skunk Works.
Mungkin program pesawat siluman yang menandingi hasil kerja Skunk Works saat ini cuma Northrop Grumman B-2 Spirit.
Apa yang dilakukan mereka sungguh cemerlang, membuktikan bahwa rekayasa teknologi dirgantara kedepan masih luas, tak masuk akal bagi orang awam.
Keterlibatan Lockheed Martin di KF-21 Boramae
Beberapa tahun lalu sempat tersiar kabar jika insinyur Indonesia dilarang mengakses teknologi inti KF-21 Boramae.
Padahal Indonesia mitra resmi pengembangan jet tempur ini.
Pelarangan ini masuk akal bila dilihat dari kacamata bisnis karena Lockheed turut serta mengembangkan KF-21.
Kelly kemudian mendirikan Divisi Advanced Development Programs/ ADP atau acap disapa Skunk Works, bagian integral dari Lockheed.
Skunk Works merupakan divisi pengembangan pesawat tempur tingkat lanjut, rahasia dan mutakhir.
Kenapa Pemerintah AS tergesa ingin memiliki jet tempur? tak lain tak bukan karena hadirnya Messerschimt Me-262 di perang Eropa.
Intinya Korps Udara US Army ingin jet tempur seperti itu.
Sayang ketika Skunk Works berusaha membuatnya, perang telah usai meski mereka berhasil memproduksi P-38 Lightning dan P-80 Shooting Star.
Akan tetapi ancaman Uni Soviet lahir, masa Perang Dingin inilah yang jadi medan pembuktian baru baginya.
Kali ini pemerintah AS tak mau jet tempur tapi pesawat mata-mata yang mampu terbang tinggi dan memotret secara jelas apa pun yang dilewatinya.
Lahirlah U-2 Dragon Lady dan si Untouchable SR-71 Blackbird yang tersohor itu.
Hingga berturut-turut kemudian program F-117 Nighthawk, F-22 Raptor dan F-35 Lightning II lahir dari Skunk Works.
Mungkin program pesawat siluman yang menandingi hasil kerja Skunk Works saat ini cuma Northrop Grumman B-2 Spirit.
Apa yang dilakukan mereka sungguh cemerlang, membuktikan bahwa rekayasa teknologi dirgantara kedepan masih luas, tak masuk akal bagi orang awam.
Keterlibatan Lockheed Martin di KF-21 Boramae
Beberapa tahun lalu sempat tersiar kabar jika insinyur Indonesia dilarang mengakses teknologi inti KF-21 Boramae.
Padahal Indonesia mitra resmi pengembangan jet tempur ini.
Pelarangan ini masuk akal bila dilihat dari kacamata bisnis karena Lockheed turut serta mengembangkan KF-21.
![]() |
| KF-21 Boramae kursi tunggal |
Empat teknologi intinya dipakai Korsel di jet tempur tersebut, tentu mereka tak rela penelitian dan pengalaman puluhan tahun dicontek begitu saja oleh Indonesia.
Korsel boleh mengetahuinya karena ROKAF membeli 40 unit F-35 tanpa menawar dan membayar memakai dolar.
"KAI juga menerima dukungan teknis krusial untuk program KF-21 dari Lockheed Martin.
Setelah memimpin desain T-50 bekerja sama dengan KAI pada tahun 1990-an, Lockheed tidak memiliki hak desain atas KF-21, tetapi perusahaan tersebut menawarkan bimbingan kepada para insinyur KAI melalui pengembangan dan pengujian," jelas Aviation Week pada 3 November 2025 dalam artikelnya berjudul 'South Korea Breaks Cover On KF-21 Production'
Jikalau Indonesia tak dapat teknologi dari Lockheed Martin setidaknya KF-21 Boramae benar-benar jet tempur mumpuni.
Sehingga tak ada ruginya Indonesia tetap dalam program KF-21 Boramae.*


Posting Komentar untuk "Indonesia Ketiban Untung Insinyur Lockheed Martin Berikan Bimbingan Khusus Pembangunan KF-21 Boramae"