Indonesia Mampu Tembak Jatuh Satelit Militer Bila Beli HQ-9

HQ-9 yang diincar Indonesia


TIMEMOMENTS.COM - Setiap negara yang ingin mempunyai angkatan bersenjata modern mesti punya satelit militer.

Fungsi utamanya untuk membentuk Network Centric Warfare (NCW) demi meningkatkan interoperabilitas pasukan.

Dengan NCW jalannya peperangan bisa dipersingkat dan mempermudah memperoleh kemenangan.

Tapi lebih dari itu satelit ini bisa digunakan sebagai unsur memata-matai negara lain.

Baca Juga : Indonesia Incar HQ-9 Sistem Pertahanan Udara yang Ditakuti F-35 Israel

Mengangkasa di orbit bumi, negara pemiliknya bisa mengarahkan satelit militer terbang di atas negara lain yang ingin ia amati.

Kegiatan spionase ini terasa legal karena tergantung negara sasaran apakah bisa menghalau atau mengeliminasi satelit tersebut.

Korea Utara bisa dijadikan contoh, kerap satelit mata-mata USAF melintas di orbit bumi tepat di atas Pyongnyang untuk mengamati fasilitas nuklir di sana.

Korut tahu hal ini tapi tak bisa berbuat apa-apa.

Masa depan peperangan modern berevolusi yakni perang bisa dimulai dari luar angkasa.

Angkatan Perang Antariksa


Banyak negara membentuk angkatan perang Antariksa, cabang angkatan militer yang khusus melakukan operasi di luar angkasa.

Contohnya United States Space Force (USSF) dan Pasukan Dirgantara PLA China.

Prancis, India dan Rusia juga mempunyai cabang militer serupa.

Indonesia pun berencana membentuk satuan Antariksa tapi masih jauh lantaran ketiadaan alutsista yang kompatibel dan proper untuk melakukan operasi di luar angkasa.

Sebetulnya pembentukan angkatan perang antariksa sudah digagas sejak Perang Dingin.

Adalah AS dan Uni Soviet yang memulai perlombaan bersenjata di luar angkasa ini.

Moskow melalui Biro Desain Roket OKB-1 dan OKB-52 membuat program bernama Istrebitel Sputnikov yang memprakarsai lahirnya sistem Anti-satellite weapons (ASAT).

Insinyur rudal balistik kenamaan Soviet, Vladimir Chelomei pada 1959 menemui Sekjen Nikita Khrushchev untuk menjelaskan program ini sebagai senjata utama penghancur satelit milik AS.

Khrushchev setuju lalu memerintahkan pembuatan Istrebitel Sputnikov pertama atau yang disebut IS dengan rudal UR-200 sebagai elemen penindaknya.

IS sendiri sebenarnya sebuah satelit berisi rudal balistik yang mengorbit di luar angkasa.

Ia berputar di orbit bumi untuk mencari sasarannya lalu menembakkan rudal yang di bawa, jadi tak seperti anggapan menembak satelit musuh dari permukaan bumi.

Mengetahui program Istrebitel Sputnikov, AS membuat proyek tandingan bernama SAINT.

Istrebitel Sputnikov

SAINT sendiri singkatan dari SAtellite INTerceptor sudah dilakukan sejak 1957 tapi bentuk nyata program baru kelihatan pada 1962.

SAINT di bawah Komando Pertahanan Dirgantara Amerika Utara (NORAD).

Sama seperti punya Soviet, program ini meluncurkan satelit bersenjatakan rudal lalu menembakkan di luar angkasa.

Indonesia dan HQ-9

Indonesia mengincar HQ-9, sebuah sistem pertahanan udara jarak jauh buatan CASIC China.

Menurut keterangan, HQ-9 mampu menembak satelit.

Tapi tak dijelaskan apakah kemampuannya mirip SAINT dan Istrebitel Sputnikov.

Tetapi bila menembak satelit yang jatuh ke bumi lebih realistis karena jangkauan tembak HQ-9 versi ekspor mencapai 250 km dengan ketinggian maksimal 50 km.

Karena hanya AS saja sampai detik ini yang terbukti mampu menembak jatuh satelit di luar angkasa dari permukaan bumi dalam operasi Burnt Frost.*







Seto Ajinugroho
Seto Ajinugroho adalah seorang Wartawan yang berkecimpung di dunia Jurnalisme terutama menggeluti tentang informasi perkembangan teknologi pertahanan nasional dan internasional

Posting Komentar untuk "Indonesia Mampu Tembak Jatuh Satelit Militer Bila Beli HQ-9"