Borong Mesin Perang dari Rusia, Indonesia Pernah Dianggap Sekutu oleh Moskow
TIMEMOMENTS.COM - Bertemunya Presiden Indonesia Prabowo Subianto dengan pemimpin dunia seperti Xi Jinping, Presiden Rusia Vladimir Putin dan Kim Jong Un di Beijing, China baru-baru ini menyita perhatian.
Mungkin negara Barat menilai inilah wajah kekuatan baru dunia dari Timur.
"Paket pinjaman yang dimaksud berjumlah US$100 juta. Apa yang tidak disebutkan dalam komunike, namun tampaknya telah direncanakan oleh Sukarno selama kunjungannya ke Moskow adalah pasokan teknologi militer Soviet ke Indonesia," jelasnya.
Karena memborong alutsista dalam jumlah besar inilah saat itu Indonesia seakan menjadi sekutu terdekat Uni Soviet.
"Dalam kenyataannya, hubungan antara Indonesia dan Uni Soviet (antara proklamasi kemerdekaan Indonesia pada bulan Agustus 1945 dan keruntuhan Uni Soviet pada bulan Desember 1991) melewati sejumlah fase, kadang-kadang mencapai tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya, yang dapat digambarkan sebagai kemitraan yang hampir seperti sekutu," ungkapnya.
Pun sampai sekarang hubungan Indonesia dan Rusia relatif baik terus meningkat ke arah yang positif.*
Mungkin negara Barat menilai inilah wajah kekuatan baru dunia dari Timur.
Rusia, China dan Korea Utara di era modern menjadi tiga negara yang paling getol melawan dominasi AS.
Apalagi disinyalir adanya bantuan militer dari China dan Korea Utara dalam perang Ukraina membuat Barat mengarahkan teropong bidiknya ke mereka.
Baca Juga : Balas Jasa Sudah Dibantu Lawan Sanksi Barat Giliran Rusia Permudah Indonesia Beli Alutsista Buatannya
Selain itu bergabungnya Indonesia ke BRICS membawa dampak lain bagi kawasan Indo Pasifik.
Harapannya perekonomian Indonesia meningkat drastis dengan bergabung ke BRICS.
"Dalam langkah penting untuk memperkuat ambisi ekonominya, Indonesia telah bergabung dengan aliansi ekonomi BRICS, memposisikan diri sejajar dengan negara-negara berkembang seperti Brasil, Rusia, India, Tiongkok, dan Afrika Selatan," jelas ASEAN Briefing pada 8 Januari 2025.
Namun mesti diwaspadai pula bahwa manuver Indonesia lebih mendekat ke 'Blok Timur' bisa berbuah ancaman sanksi ekonomi dari AS.
AS tak akan segan menjatuhkan berbagai macam sanksi ke Indonesia seperti embargo militer tahun 1995-2005.
Sanksi seperti inilah yang ditakutkan oleh Indonesia.
Jika ditilik jauh kebelakang memang Indonesia pernah condong ke Rusia atau Uni Soviet kala itu.
Pada tahun 1960 an, Indonesia banyak sekali membeli mesin perang dari Uni Soviet.
Hal ini dilakukan guna melancarkan operasi Jayawijaya merebut Irian Barat.
Tetapi saat itu Indonesia tak punya uang, walhasil Uni Soviet memberi kredit jangka panjang.
"Tentang pembentukan kerja sama di bidang perdagangan, teknis, dan ekonomi berdasarkan kesetaraan dan saling menguntungkan.
Uni Soviet akan memberikan kredit jangka panjang kepada Republik Indonesia, sementara Republik Indonesia akan memasok bahan baku dan komoditas lainnya kepada Uni Soviet," jelas Working Paper terbitan Australian National University berjudul 'Strategic Realignment or Deja vu? Russia-Indonesia Defence Cooperation in the Twenty-First Century' pada Desember 2008.
Total kredit jangka panjang bernilai 100 juta dolar AS saat itu.
Selain itu bergabungnya Indonesia ke BRICS membawa dampak lain bagi kawasan Indo Pasifik.
Harapannya perekonomian Indonesia meningkat drastis dengan bergabung ke BRICS.
"Dalam langkah penting untuk memperkuat ambisi ekonominya, Indonesia telah bergabung dengan aliansi ekonomi BRICS, memposisikan diri sejajar dengan negara-negara berkembang seperti Brasil, Rusia, India, Tiongkok, dan Afrika Selatan," jelas ASEAN Briefing pada 8 Januari 2025.
Namun mesti diwaspadai pula bahwa manuver Indonesia lebih mendekat ke 'Blok Timur' bisa berbuah ancaman sanksi ekonomi dari AS.
AS tak akan segan menjatuhkan berbagai macam sanksi ke Indonesia seperti embargo militer tahun 1995-2005.
Sanksi seperti inilah yang ditakutkan oleh Indonesia.
Jika ditilik jauh kebelakang memang Indonesia pernah condong ke Rusia atau Uni Soviet kala itu.
Pada tahun 1960 an, Indonesia banyak sekali membeli mesin perang dari Uni Soviet.
Hal ini dilakukan guna melancarkan operasi Jayawijaya merebut Irian Barat.
Tetapi saat itu Indonesia tak punya uang, walhasil Uni Soviet memberi kredit jangka panjang.
"Tentang pembentukan kerja sama di bidang perdagangan, teknis, dan ekonomi berdasarkan kesetaraan dan saling menguntungkan.
Uni Soviet akan memberikan kredit jangka panjang kepada Republik Indonesia, sementara Republik Indonesia akan memasok bahan baku dan komoditas lainnya kepada Uni Soviet," jelas Working Paper terbitan Australian National University berjudul 'Strategic Realignment or Deja vu? Russia-Indonesia Defence Cooperation in the Twenty-First Century' pada Desember 2008.
Total kredit jangka panjang bernilai 100 juta dolar AS saat itu.
![]() |
Whiskey class salah satu alutsista yang dibeli Indonesia dari Uni Soviet |
"Paket pinjaman yang dimaksud berjumlah US$100 juta. Apa yang tidak disebutkan dalam komunike, namun tampaknya telah direncanakan oleh Sukarno selama kunjungannya ke Moskow adalah pasokan teknologi militer Soviet ke Indonesia," jelasnya.
Karena memborong alutsista dalam jumlah besar inilah saat itu Indonesia seakan menjadi sekutu terdekat Uni Soviet.
"Dalam kenyataannya, hubungan antara Indonesia dan Uni Soviet (antara proklamasi kemerdekaan Indonesia pada bulan Agustus 1945 dan keruntuhan Uni Soviet pada bulan Desember 1991) melewati sejumlah fase, kadang-kadang mencapai tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya, yang dapat digambarkan sebagai kemitraan yang hampir seperti sekutu," ungkapnya.
Pun sampai sekarang hubungan Indonesia dan Rusia relatif baik terus meningkat ke arah yang positif.*
Posting Komentar untuk " Borong Mesin Perang dari Rusia, Indonesia Pernah Dianggap Sekutu oleh Moskow"