Indonesia Harus Beli Fregat ke Eropa Karena Produksi Kapal Perang di Galangan Dalam Negeri Membeludak

Produksi kapal perang fregat di galangan lokal Indonesia (foto : PT PAL)


TIMEMOMENTS.COM - Indonesia terus menerus mencari opsi fregat baru dari Eropa selain Brawijaya class.

Syarat fregat baru Indonesia harus sudah siap pakai minimal proses pengerjaannya sudah 90 persen di galangan Eropa.

Maka dari itu Istif class langsung laku dibeli di sini karena Turki sudah memproduksi dua unit di galangannya.

Namun Indonesia tak menutup membeli fregat bekas pakai dari Eropa.

Baca Juga : Fridtjof Nansen Class, Fregat Asal Norwegia Punya Kans Dibeli Indonesia

Kebutuhan Indonesia akan fregat cukup banyak, 36 unit.

Ditambah enam unit Ahmad Yani class dipensiunkan bertahap mulai sekarang.

Boleh dibilang Indonesia buru-buru mencapai target 36 unit fregat.

Lantas negara Eropa mana saja yang siap menjual fregat ke Indonesia?

Pertama pasti Italia.

Italia hendak mempensiunkan dua unit fregat FREMM.

Indonesia sempat ditawari ini namun tak tertarik membelinya.

Kedua ada Denmark.

AL Denmark nampaknya segera mempensiunkan satu unit fregat Iver Huitfeldt class.

Padahal fregat ini baru operasional tahun 2011, masih tergolong muda.

Kelebihan Iver tentunya aspek Commonality dengan Fregat Merah Putih yang nantinya menghemat biaya perawatan.

Pilihan ketiga jatuh ke Norwegia, ada fregat Fridtjof Nansen class yang beberapa unit hendak dipensiunkan.

Norwegia sudah mengantongi beberapa calon pengganti Fridtjof Nansen class yakni Type 26 dari Inggris.

Selain itu Spanyol juga menawarkan kapal perang ke Indonesia.

Bukan fregat tapi destroyer yakni Bonifaz class sekalian Prancis dengan FDI

Sebab Indonesia membutuhkan empat unit kapal destroyer.

Kalau ini lain soal, China jadi kandidat terkuat dengan Type 052D.

Kapal destroyer bakal menjadi mainan baru militer Indonesia.

Meski dahulu pernah mengoperasikan kapal destroyer buatan Uni Soviet, tapi teknologi sekarang jauh berbeda.

Misal soal radar, saat ini kapal destroyer wajib menggunakan AESA seperti Dragon Eye di Type 052D atau Aegis di Bonifaz class.

Lantas kenapa Indonesia seakan kalap berbelanja kapal perang?

Situasi geopolitik di Indo Pasifik jadi penyebabnya.

Persaingan AS-China serta kepentingan nasional Indonesia menjaga lalu lintas perdagangan di ALKI tak bisa ditawar.

Klaim Nine Dash Line di Natuna Utara juga jadi penyebab utama kenapa Indonesia sangat agresif memperkuat angkatan bersenjatanya.

Negara Asia Tenggara macam Thailand, Singapura, Vietnam hingga Filipina punya program penguatan angkatan bersenjata.

Indonesia menjalankan taktik buat sendiri dan beli jadi.

"Kementerian Pertahanan Indonesia kemungkinan besar merasa ada kesenjangan operasional yang mendesak dan perlu diisi.

Dalam hal ini, lebih bijaksana untuk membeli daripada melalui proses negosiasi yang memakan waktu untuk produksi lokal.

Dengan kata lain, tuntutan strategis dan operasional diprioritaskan daripada mandat pengembangan untuk memberikan peran kepada perusahaan pertahanan lokal dalam produksi," jelas S. Rajaratnam School of Internationat Studies (RSIS) dalam artikelnya berjudul 'Analysing the Indonesian Navy’s Recent Frigate Procurement: A Pivot Towards Europe?' pada 13 Februari 2025.

Pembelian KRI Brawijaya dari Italia

Dengan ini kemajuan pesat pembangunan postur pertahanan segera dicapai dalam waktu sesingkat-singkatnya.

Bila cuma mengandalkan galangan dalam negeri membangun fregat berjumlah banyak tapi memakan waktu singkat jelas tak mungkin.

Selain itu galangan kapal dalam negeri sudah kebanjiran order pesanan yang membeludak.

"Mengapa Angkatan Laut Indonesia begitu terburu-buru menambahkan kapal tempur permukaan ini ke dalam armadanya?

Salah satunya, kemampuan basis industri pertahanan dalam negeri untuk menangani lebih banyak kontrak angkatan laut besar saat ini sudah terbatas.

Buku pesanan PT PAL sudah penuh, dengan proyek Fregat Merah Putih yang sedang berjalan lancar dan dimulainya program kapal selam baru yang diperkirakan akan melibatkan teknologi kompleks seperti mesin bertenaga baterai," ungkapnya.

Memang harus diakui bahwa kemampuan galangan Indonesia membuat kapal perang seperti fregat belum 100 persen on the way, mesti perlu ditingkatkan.*







Posting Komentar untuk " Indonesia Harus Beli Fregat ke Eropa Karena Produksi Kapal Perang di Galangan Dalam Negeri Membeludak"