Indonesia Segera Akuisisi Radar Retia untuk Lumpuhkan Kemampuan Siluman F-35 dan Rudal Balistik
TIMEMOMENTS.COM - Pembelian 66 unit Rafale oleh Indonesia langkah tepat karena keberadaan F-35 milik Australia dan Singapura.
Sensor Rafale lah yang saat ini terbukti mampu mengimbangi bahkan berpotensi mengalahkan F-35.
Jet tempur tersebut memiliki sistem pertahanan diri SPECTRA yang memudahkannya mendeteksi fitur siluman F-35.
Meski demikian kinerja Rafale Indonesia menangkal F-35 lebih efektif dengan memanfaatkan Network Centric Warfare (NCW).
Sensor Rafale lah yang saat ini terbukti mampu mengimbangi bahkan berpotensi mengalahkan F-35.
Jet tempur tersebut memiliki sistem pertahanan diri SPECTRA yang memudahkannya mendeteksi fitur siluman F-35.
Meski demikian kinerja Rafale Indonesia menangkal F-35 lebih efektif dengan memanfaatkan Network Centric Warfare (NCW).
Baca Juga : J-10 Incaran Indonesia Dibekali Kemampuan Mematikan untuk Menembak Jatuh F-35
NCW membuat radar di darat, pesawat AWACS dan Rafale itu sendiri saling terhubung.
Ketiganya bahu membahu mendeteksi potensi ancaman sehingga lebih meningkatkan situational awareness.
Dengan demikian Indonesia mendapatkan faktor Quick Response jauh sebelum ancaman itu semakin membesar.
Selain F-35 salah satu ancaman bagi Indonesia ialah rudal balistik.
Keberadaan rudal balistik yang dimiliki negara Asia Tenggara dan China begitu mengancam eksistensi IKN Nusantara.
Sebabnya Indonesia memerlukan sistem radar untuk mendeteksi kedua ancaman di atas sedini mungkin.
Ialah yang bisa mendeteksi keberadaan segala jenis pesawat siluman mau itu B-2 Spirit, F-35, Su-57 dan F-22 dari jarak jauh.
"Radar pengintai di pita VHF merupakan teknologi yang telah teruji dan menjadi dasar sistem ini. Radar ini bahkan mampu mendeteksi target "tak terlihat" dari jarak yang sangat jauh, sehingga memberikan waktu yang cukup untuk mempersiapkan unit pertahanan militer.
Sistem ini juga menjamin peningkatan ketahanan terhadap serangan musuh karena rudal yang diarahkan ke target yang beroperasi di pita frekuensi ini membutuhkan antena yang lebih besar daripada rudal itu sendiri. Sistem bergerak ini siap untuk dikerahkan dengan cepat di segala kondisi iklim," jelasnya.
Sistem radar jarak jauh Retia tentu saja menjadi perangkat militer yang sangat diandalkan Indonesia di masa depan.
Menggunakan radar Retia mempermudah tugas Rafale mengeliminasi sasaran sebelum ancaman semakin mendekat.*
NCW membuat radar di darat, pesawat AWACS dan Rafale itu sendiri saling terhubung.
Ketiganya bahu membahu mendeteksi potensi ancaman sehingga lebih meningkatkan situational awareness.
Dengan demikian Indonesia mendapatkan faktor Quick Response jauh sebelum ancaman itu semakin membesar.
Selain F-35 salah satu ancaman bagi Indonesia ialah rudal balistik.
Keberadaan rudal balistik yang dimiliki negara Asia Tenggara dan China begitu mengancam eksistensi IKN Nusantara.
Sebabnya Indonesia memerlukan sistem radar untuk mendeteksi kedua ancaman di atas sedini mungkin.
Salah satu yang diincar dan hendak dibeli Indonesia ialah sistem radar AESA jarak jauh Retia dari Republik Ceko.
Besar kemungkinan Indonesia akan membeli komplit sistem radar Retia yang terdiri dari empat bagian.
Dikutip dari retia.eu, yang pertama ialah ReVisor.
ReVisor merupakan perangkat radar yang mendeteksi ancaman jarak dekat berkisar 5-25 km sebelum target mencapai sasaran.
"ReVisor adalah radar pengintai yang dirancang khusus untuk pertahanan udara berbasis darat jarak sangat pendek (VSHORAD). Radar ini mendeteksi, mengidentifikasi, dan melacak target udara dengan kecepatan pembaruan data yang cepat dan akurasi yang dibutuhkan, termasuk target terbang rendah-lambat-kecil (LSS), dan wahana udara nirawak (UAV).
ReVisor mendukung sistem VSHORAD modern dalam upaya mereka untuk secara efektif menghancurkan berbagai sarana serangan udara," jelasnya.
Kedua, ReGuard sebuah radar 3D bertugas melacak target yang terbang sangat rendah.
"Radar ReGuard adalah radar 3D multi-peran yang secara bersamaan mendeteksi dan melacak target darat serta target yang terbang lambat dan rendah dengan penampang lintang radar (LSS) yang kecil.
ReGuard memantau area tersebut dengan memanfaatkan pengarah sinar elektronik dan rotasi mekanis kepala radar," jelasnya.
Ketiga, RL-3D, radar AESA jarak jauh yang bisa mendeteksi berbagai ancaman udara dan misi utamanya memberitahu koordinat rudal balistik dari jarak 470 km jauhnya.
"Seri radar RL-3D memiliki jangkauan deteksi hingga 470 km. Keterbatasan ini disebabkan oleh kelengkungan Bumi dan kondisi garis pandang langsung. Persyaratan jangkauan menentukan ukuran antena. Oleh karena itu, masing-masing versi radar terutama berbeda dalam desainnya.
Komponen dasar untuk modul pemrosesan sinyal dan modul pemrosesan data sama untuk seluruh rangkaian. Solusi modular dan skalabel memudahkan pengembangan dan pemeliharaan teknologi seri RL-3D. Radar tersedia dalam bentuk stasioner maupun bergerak, yang dapat dipasang dengan mudah dan cepat," bebernya.
Keempat ialah ReVeal, radar peringatan dini jarak jauh yang transmisinya berada di VHF.
Besar kemungkinan Indonesia akan membeli komplit sistem radar Retia yang terdiri dari empat bagian.
Dikutip dari retia.eu, yang pertama ialah ReVisor.
ReVisor merupakan perangkat radar yang mendeteksi ancaman jarak dekat berkisar 5-25 km sebelum target mencapai sasaran.
"ReVisor adalah radar pengintai yang dirancang khusus untuk pertahanan udara berbasis darat jarak sangat pendek (VSHORAD). Radar ini mendeteksi, mengidentifikasi, dan melacak target udara dengan kecepatan pembaruan data yang cepat dan akurasi yang dibutuhkan, termasuk target terbang rendah-lambat-kecil (LSS), dan wahana udara nirawak (UAV).
ReVisor mendukung sistem VSHORAD modern dalam upaya mereka untuk secara efektif menghancurkan berbagai sarana serangan udara," jelasnya.
Kedua, ReGuard sebuah radar 3D bertugas melacak target yang terbang sangat rendah.
"Radar ReGuard adalah radar 3D multi-peran yang secara bersamaan mendeteksi dan melacak target darat serta target yang terbang lambat dan rendah dengan penampang lintang radar (LSS) yang kecil.
ReGuard memantau area tersebut dengan memanfaatkan pengarah sinar elektronik dan rotasi mekanis kepala radar," jelasnya.
Ketiga, RL-3D, radar AESA jarak jauh yang bisa mendeteksi berbagai ancaman udara dan misi utamanya memberitahu koordinat rudal balistik dari jarak 470 km jauhnya.
"Seri radar RL-3D memiliki jangkauan deteksi hingga 470 km. Keterbatasan ini disebabkan oleh kelengkungan Bumi dan kondisi garis pandang langsung. Persyaratan jangkauan menentukan ukuran antena. Oleh karena itu, masing-masing versi radar terutama berbeda dalam desainnya.
Komponen dasar untuk modul pemrosesan sinyal dan modul pemrosesan data sama untuk seluruh rangkaian. Solusi modular dan skalabel memudahkan pengembangan dan pemeliharaan teknologi seri RL-3D. Radar tersedia dalam bentuk stasioner maupun bergerak, yang dapat dipasang dengan mudah dan cepat," bebernya.
Keempat ialah ReVeal, radar peringatan dini jarak jauh yang transmisinya berada di VHF.
![]() |
ReVeal radar yang bisa deteksi segala jenis pesawat siluman |
Ialah yang bisa mendeteksi keberadaan segala jenis pesawat siluman mau itu B-2 Spirit, F-35, Su-57 dan F-22 dari jarak jauh.
"Radar pengintai di pita VHF merupakan teknologi yang telah teruji dan menjadi dasar sistem ini. Radar ini bahkan mampu mendeteksi target "tak terlihat" dari jarak yang sangat jauh, sehingga memberikan waktu yang cukup untuk mempersiapkan unit pertahanan militer.
Sistem ini juga menjamin peningkatan ketahanan terhadap serangan musuh karena rudal yang diarahkan ke target yang beroperasi di pita frekuensi ini membutuhkan antena yang lebih besar daripada rudal itu sendiri. Sistem bergerak ini siap untuk dikerahkan dengan cepat di segala kondisi iklim," jelasnya.
Sistem radar jarak jauh Retia tentu saja menjadi perangkat militer yang sangat diandalkan Indonesia di masa depan.
Menggunakan radar Retia mempermudah tugas Rafale mengeliminasi sasaran sebelum ancaman semakin mendekat.*
Posting Komentar untuk "Indonesia Segera Akuisisi Radar Retia untuk Lumpuhkan Kemampuan Siluman F-35 dan Rudal Balistik"