Kesepakatan F-15 Eagle II dan S-70 Black Hawk Terancam Batal Karena AS Lambat Dukung Modernisasi Militer Indonesia
TIMEMOMENTS.COM - Amerika Serikat alias AS ingin menjual berbagai alutsista kepada Indonesia termasuk F-15 Eagle II dan helikopter S-70 Black Hawk.
Jumlah yang disodorkan AS tak tanggung-tanggung, 36 unit F-15 Eagle II paket komplit dengan kelengkapan senjata serta sistem pertahanan diri EPAWSS (Eagle Passive/Active Warning and Survivability System).
EPAWSS merupakan nyawa dari F-15 Eagle II tanpanya ia cuma jadi Sitting Duck lawan.
Kelengkapan lain yang dibawa dalam paket F-15 Eagle II ialah pelatihan tingkat lanjut bagi pilot tempur Indonesia.
Jumlah yang disodorkan AS tak tanggung-tanggung, 36 unit F-15 Eagle II paket komplit dengan kelengkapan senjata serta sistem pertahanan diri EPAWSS (Eagle Passive/Active Warning and Survivability System).
EPAWSS merupakan nyawa dari F-15 Eagle II tanpanya ia cuma jadi Sitting Duck lawan.
Kelengkapan lain yang dibawa dalam paket F-15 Eagle II ialah pelatihan tingkat lanjut bagi pilot tempur Indonesia.
Baca Juga : F-16 Indonesia Segera Hadapi Lambang Supremasi Udara AS F-15 Strike Eagle di Cope West 2025
AS mulai kurang berminat mendukung modernisasi militer Indonesia dan membuat Jakarta berpaling ke Eropa seutuhnya.
"Amerika Serikat kurang akomodatif. Indonesia telah berupaya memperoleh jet tempur F-15 dari Boeing selama beberapa tahun dalam sebuah transaksi yang berpotensi bernilai US$14 miliar . Kesepakatan tersebut disetujui oleh pemerintah AS pada tahun 2022, tetapi belum mencapai kemajuan signifikan sejak saat itu.
Demikian pula, Indonesia telah berupaya membeli 24 helikopter Sikorsky S-70M Black Hawk dari Lockheed Martin yang berbasis di AS. Meskipun kesepakatan awal diumumkan pada tahun 2023, kemajuan selanjutnya berjalan lambat," jelas artikel yang diterbitkan oleh S. Rajaratnam School of Internationat Studies (RSIS) berjudul 'Analysing the Indonesian Navy’s Recent Frigate Procurement: A Pivot Towards Europe?' pada 13 Februari 2025.
Hal ini membuat Indonesia dalam ketidakpastian maka sikap harus diambil.
"Artinya, di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik dan ketidakpastian, ketika Indonesia berupaya melindungi diri dari risiko, Amerika Serikat justru lambat mendukung modernisasi militer Indonesia, sehingga kehilangan peluang untuk memperdalam hubungan pertahanan dan ekonomi.
Di saat yang sama, Amerika Serikat secara aktif merusak kredibilitasnya sendiri di panggung global dan berkontribusi pada meningkatnya persepsi risiko, yang merupakan salah satu alasan Indonesia ingin meningkatkan kemampuan militernya secara bertahap.
Semua ini memperkuat gagasan bahwa tatanan internasional liberal yang berbasis aturan semakin memudar, dan seiring dunia menjadi semakin tidak pasti dan berisiko, hal ini pasti akan berdampak pada perkembangan postur pertahanan Indonesia," jelasnya.
Apakah F-15 Eagle II jadi dibeli? jangan ambil risiko bila perlu Indonesia menambah saja Rafale.*
Nantinya pilot tempur Indonesia akan disekolahkan di advanced weapon coruse milik USAF Weapons School di Nellis Air Force Base.
Di Nellis AFB inilah para penerbang tempur elite USAF yang menunggangi F-35 dan F-22 dilahirkan.
Di sana pilot tempur diajari bagaimana cara mengoperasikan jet tempur yang akan dibawanya.
Pilot harus 'menyatu' dengan jet tempurnya guna memperoleh hasil yang diharapkan.
"Weapon Course menyediakan dukungan akademis dan konsultasi ke sejumlah unit, meningkatkan pelatihan tempur udara bagi ribuan Penerbang dari Angkatan Udara, Departemen Perang, dan layanan sekutu AS setiap tahun.
Di Nellis AFB inilah para penerbang tempur elite USAF yang menunggangi F-35 dan F-22 dilahirkan.
Di sana pilot tempur diajari bagaimana cara mengoperasikan jet tempur yang akan dibawanya.
Pilot harus 'menyatu' dengan jet tempurnya guna memperoleh hasil yang diharapkan.
"Weapon Course menyediakan dukungan akademis dan konsultasi ke sejumlah unit, meningkatkan pelatihan tempur udara bagi ribuan Penerbang dari Angkatan Udara, Departemen Perang, dan layanan sekutu AS setiap tahun.
Kader Weapon Course juga menyusun doktrin taktis dan melakukan validasi taktik. Dengan aktif mengumpulkan pengetahuan taktis dan pembelajaran dari unit-unit yang dikerahkan, mengevaluasi solusi dalam latihan, dan secara formal mempersiapkannya untuk diterapkan di seluruh pasukan," jelas Nellis AFB.
Tentu saja sebuah pengalaman berharga bagi pilot tempur Indonesia bisa belajar di sini.
Pembelian F-15 Eagle II membuka pintu seluas-luasnya bagi Indonesia mengakses situs-situs 'keramat' USAF membangun doktrin tempur sesuai perkembangan zaman.
Salah satu yang diajarkan di sini ialah mempersingkat jalannya pertempuran agar lawan segera menyerah.
"Tujuan kursus ini adalah untuk melatih mahasiswa menjadi ahli taktis dalam spesialisasi tempur mereka, sekaligus mempelajari seni dominasi medan perang dan integrasi aset gabungan.
Kemampuan ini menciptakan keunggulan kekuatan tempur yang begitu besar di medan konflik mana pun sehingga musuh tidak punya pilihan selain menyerah atau pasrah," ungkapnya.
Kursus senjata di Nellis AFB secara level sama dengan United States Navy Strike Fighter Tactics Instructor program atau yang biasa kalian dengar TOPGUN di Miramar, San Diego.
Bila TOPGUN menitikberatkan operasional jet tempur dari kapan induk, Nellis AFB untuk Air Superiority.
Paling tepat pilot tempur Indonesia belajar di Nellis karena tak mengoperasikan jet tempur dari kapal induk.
Akan tetapi AS nampaknya tak begitu antusias saat ini menawarkan F-15 Eagle II ke Indonesia.
Ialah langkah politis Presiden Donald Trump yang seenaknya membuat kebijakan kontroversial.
Bukan cuma Indonesia, Sekutu dekat AS macam Inggris, Prancis dan Jerman pun merasa ada yang tak beres di Gedung Putih.
Peningkatan tarif dagang serta semakin kerasnya AS di Indo Pasifik membuat situasi kurang kondusif.
Akhirnya berbagai kerja sama militer dengan AS banyak yang dikoreksi.
Misal Turki, awalnya mereka dilarang memperoleh F-35 namun kali ini didukung segera mengakuisisinya.
Tapi di sisi lain, Qatar yang sudah diizinkan membeli F-35 karena normalisasi hubungan dengan Israel malah kini dilarang memilikinya.
Qatar mulai dipersulit mendapatkan perangkat militer keras dari AS.
Tentu saja sebuah pengalaman berharga bagi pilot tempur Indonesia bisa belajar di sini.
Pembelian F-15 Eagle II membuka pintu seluas-luasnya bagi Indonesia mengakses situs-situs 'keramat' USAF membangun doktrin tempur sesuai perkembangan zaman.
Salah satu yang diajarkan di sini ialah mempersingkat jalannya pertempuran agar lawan segera menyerah.
"Tujuan kursus ini adalah untuk melatih mahasiswa menjadi ahli taktis dalam spesialisasi tempur mereka, sekaligus mempelajari seni dominasi medan perang dan integrasi aset gabungan.
Kemampuan ini menciptakan keunggulan kekuatan tempur yang begitu besar di medan konflik mana pun sehingga musuh tidak punya pilihan selain menyerah atau pasrah," ungkapnya.
Kursus senjata di Nellis AFB secara level sama dengan United States Navy Strike Fighter Tactics Instructor program atau yang biasa kalian dengar TOPGUN di Miramar, San Diego.
Bila TOPGUN menitikberatkan operasional jet tempur dari kapan induk, Nellis AFB untuk Air Superiority.
Paling tepat pilot tempur Indonesia belajar di Nellis karena tak mengoperasikan jet tempur dari kapal induk.
Akan tetapi AS nampaknya tak begitu antusias saat ini menawarkan F-15 Eagle II ke Indonesia.
Ialah langkah politis Presiden Donald Trump yang seenaknya membuat kebijakan kontroversial.
Bukan cuma Indonesia, Sekutu dekat AS macam Inggris, Prancis dan Jerman pun merasa ada yang tak beres di Gedung Putih.
Peningkatan tarif dagang serta semakin kerasnya AS di Indo Pasifik membuat situasi kurang kondusif.
Akhirnya berbagai kerja sama militer dengan AS banyak yang dikoreksi.
Misal Turki, awalnya mereka dilarang memperoleh F-35 namun kali ini didukung segera mengakuisisinya.
Tapi di sisi lain, Qatar yang sudah diizinkan membeli F-35 karena normalisasi hubungan dengan Israel malah kini dilarang memilikinya.
Qatar mulai dipersulit mendapatkan perangkat militer keras dari AS.
![]() |
S-70 Black Hawk |
AS mulai kurang berminat mendukung modernisasi militer Indonesia dan membuat Jakarta berpaling ke Eropa seutuhnya.
"Amerika Serikat kurang akomodatif. Indonesia telah berupaya memperoleh jet tempur F-15 dari Boeing selama beberapa tahun dalam sebuah transaksi yang berpotensi bernilai US$14 miliar . Kesepakatan tersebut disetujui oleh pemerintah AS pada tahun 2022, tetapi belum mencapai kemajuan signifikan sejak saat itu.
Demikian pula, Indonesia telah berupaya membeli 24 helikopter Sikorsky S-70M Black Hawk dari Lockheed Martin yang berbasis di AS. Meskipun kesepakatan awal diumumkan pada tahun 2023, kemajuan selanjutnya berjalan lambat," jelas artikel yang diterbitkan oleh S. Rajaratnam School of Internationat Studies (RSIS) berjudul 'Analysing the Indonesian Navy’s Recent Frigate Procurement: A Pivot Towards Europe?' pada 13 Februari 2025.
Hal ini membuat Indonesia dalam ketidakpastian maka sikap harus diambil.
"Artinya, di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik dan ketidakpastian, ketika Indonesia berupaya melindungi diri dari risiko, Amerika Serikat justru lambat mendukung modernisasi militer Indonesia, sehingga kehilangan peluang untuk memperdalam hubungan pertahanan dan ekonomi.
Di saat yang sama, Amerika Serikat secara aktif merusak kredibilitasnya sendiri di panggung global dan berkontribusi pada meningkatnya persepsi risiko, yang merupakan salah satu alasan Indonesia ingin meningkatkan kemampuan militernya secara bertahap.
Semua ini memperkuat gagasan bahwa tatanan internasional liberal yang berbasis aturan semakin memudar, dan seiring dunia menjadi semakin tidak pasti dan berisiko, hal ini pasti akan berdampak pada perkembangan postur pertahanan Indonesia," jelasnya.
Apakah F-15 Eagle II jadi dibeli? jangan ambil risiko bila perlu Indonesia menambah saja Rafale.*
Posting Komentar untuk " Kesepakatan F-15 Eagle II dan S-70 Black Hawk Terancam Batal Karena AS Lambat Dukung Modernisasi Militer Indonesia"