Prelimenary Defense Pact, Pakta Militer yang Permudah Indonesia Membeli Alutsista Buatan Prancis

Prancis berhasrat Indonesia jadi pelanggan tetap alutsista buatannya


TIMEMOMENTS.COM - Untuk sekedar diketahui bahwa tidak semua negara mau menjual alutsistanya kepada Indonesia.

Misalnya Amerika Serikat (AS), ia tak bisa menjual bebas alutsista ke Indonesia selama Kongres tak mengizinkannya.

Mau Indonesia bisa membayar lunas di depan, belum tentu AS berkenan menjual alutsista buatannya ke Indonesia.

Andai kata Indonesia punya uang sangat banyak membeli kapal destroyer Arleigh Burke class, pemerintah AS boleh saja menyetujui akan tetapi Kongres bisa mem-vetonya.

Baca Juga : Prancis Jamin Rafale Indonesia Aman dari Embargo Militer

Namun bila Kongres menyetujui, alutsista yang tak diincar Indonesia pun disodorkan setiap saat begitu ada kesempatan.

Contohnya F-15 Eagle II, Indonesia tak mengincar jet tempur ini.

Target utamanya ialah F-35 yang tak diizinkan Kongres AS dijual ke Indonesia.

Alasannya Indonesia mesti belajar dulu dengan F-15 sebelum menerbangkan F-35.

Jakarta tak mau ini, apa bedanya menerbangkan F-15 dan F-16 Block 52ID jika hanya mempersiapkan diri mengoperasikan F-35.

Sebetulnya Indonesia juga ditawari F-16 Block 72 Viper.

Mau beli baru bisa atau upgrade yang lama juga silahkan.

F-16 Block 52ID bisa diupgrade ke level Block 70 di dalam negeri Indonesia.

Sebab di sini sudah punya fasilitas eMLU yang mampu mengadakan perawatan tingkat berat bagi F-16.

Akan tetapi negeri ini memilih membeli Rafal.

Rafale menjadi jawaban Indonesia bahwa ia tak lagi membeli jet tempur buatan AS maupun Rusia.

Prancis menginginkan kehadirannya kembali di Indo Pasifik dengan menjalin kerja sama dengan Indonesia.

Melalui Indonesia, Prancis berharap ada pengaruhnya di kawasan ini.

Namun tak ada yang mudah bagi Prancis.

Ia mesti merebut hati Indonesia supaya langkahnya tak banyak halangan.

Prancis tahu negeri ini membutuhkan modernisasi alutsista.

Syaratnya ada alih teknologi serta produk mesti anti embargo militer.

Dua syarat ini dipenuhi, Indonesia terbuka menjalin kerja sama militer.

Prancis dinilai sebagai negara yang sudah independen dalam membuat alutsista.

Naval Group sudah mandiri membuat kapal perang hingga sensor beserta rudalnya sekalian.

Masalah mesin diesel kapal bisa memakai buatan Renault atau impor dari Jerman.

Karena mandiri mampu membuat alutsista sendiri, jangan heran Prancis berani menolak larangan tak masuk akal AS.

Bagi Indonesia, Prancis menawarkan sesuatunya 100 persen.

Maka Indonesia yakin menambah pesanan Rafale sebanyak 24 unit hingga total pembelian jadi 66 unit.

Selain itu ada Scorpene serta rencana akuisisi fregat Belharra class.

Seperti diketahui bahwa Indonesia membutuhkan 36 unit fregat.

Belharra class jadi kandidat kuat bila dibeli, Indonesia bisa menggondol lebih banyak keuntungan bekerja sama dengan Naval Group di masa depan.

Dalam pembangunan Scorpene, Naval Group memberikan pembuatan teknologi sistem angkatan lautnya selama seratus tahun kepada Indonesia.

Indonesia hanya perlu waktu tiga tahun untuk menyerap ilmu ini karena sudah mendapat dasar-dasar pembuatan kapal selam dari Korea Selatan.

Teknologi Scorpene berbeda dengan Improved Changbogo.

Hal yang paling membedakan ialah penggunaan baterai Lithium-ion dimana Scorpene Evolved lebih mumpuni dalam durabilitas dibanding Improved Changbogo.

Bahkan dalam kesepakatan pembuatan Scorpene Evolved, Naval Group akan mengganti Combat Management System (CMS) Kongsberg MSI-90U Mk.2 milik Improved Changbogo.

Di sini ada keanehan karena baterai Changbogo lah yang bermasalah bukan CMS nya.

Sementara itu Prancis masih berhasrat di masa depan Indonesia akan terus membeli serta bekerja sama di bidang pertahanan dengannya.

Maka kedua negara meneken pakta bernama Prelimenary Defense Pact pada Mei 2025.

Presiden Prancis Emmanuel Macron dengan Presiden Prabowo Subianto di Akmil, Magelang (foto : Sekretariat Negara)



Pakta tersebut mengindikasikan adanya pesanan baru alutsista dari Prancis dan mempermudah proses pembelian bagi Indonesia.

Indonesia kemungkinan juga akan menambah pesanan Rafale-nya, setelah Presiden Prabowo Subianto dan Emmanuel Macron menandatangani perjanjian di Jakarta dan Paris pada bulan Mei.

Preliminary Defense Pact melalui Letter of Intent.

Pakta ini dapat menghasilkan 'pesanan baru peralatan militer dari Paris, termasuk jet Rafale dan kapal selam Scorpene,' lapor The Aviationist pada 20 September 2025.

Apakah Indonesia akan membeli lebih banyak lagi alutsista dari Prancis? incaran berikutnya mesti berdaya gentar tinggi misalnya kapal selam nuklir Suffren class.*










Posting Komentar untuk "Prelimenary Defense Pact, Pakta Militer yang Permudah Indonesia Membeli Alutsista Buatan Prancis"