Indonesia Beli J-10 Karena Yakin Tidak Akan Berperang Melawan China

Indonesia beli J-10 karena yakin tak bakal berperang melawan China (foto : Xinhua)


TIMEMOMENTS.COM - Indonesia sudah merencanakan membeli J-10 dari Chengdu Aircraft Corporation (CAC) China.

42 unit J-10 siap dibeli meski belum diketahui pasti versi yang mana.

Harapannya yang dibeli J-10 versi C, jenis paling mutakhir yang masih dalam lini produksi.

AU Pakistan menjadi contoh bagi Indonesia bagaimana mengoperasikan J-10 secara efektif.

Baca Juga : Pengamat Pertahanan Ungkap Indonesia Kesulitan Rawat Jet Tempurnya Tapi Masih Nekat Beli J-10

Mereka menggunakan jet tempur ini untuk menembak jatuh Rafale India.

Namun secara teori J-10C kualitasnya kalah dari Rafale.

Yang jadi masalah di sini pilot India nampak kurang kompeten mengendarai Rafale.

Bahkan baru-baru ini beberapa media asing menyoroti perawatan jet tempur Su-30MKI India yang serampangan.

Su-30MKI dibiarkan terparkir terus menerus di bawah terik matahari dan hujan tak dimasukkan ke hanggar.

Rupanya AU India kekurangan hanggar pesawat, hanya mampu menyediakan apron saja.

Mungkin ada beberapa unit Rafale yang bernasib sama dengan Su-30MKI, terlalu banyak jumlah jet tempur namun tak mampu menyediakan fasilitas perawatan.

Diversifikasi Alutsista

Arah politik Indonesia membeli J-10 sebetulnya mudah terbaca.

J-10 digunakan Indonesia sebagai wujud diversifikasi alutsista buatan Barat.

Bila terjadi embargo militer seperti tahun 1995-2005, Indonesia tak lagi khawatir.

Saat embargo terjadi, hampir 70 persen armada jet tempur Indonesia buatan Barat tak mampu beroperasi, membuat pertahanan udara Tanah Air bolong.

Wajar saat ini Indonesia mengincar J-10 karena pengalaman pahit di masa lalu.

China pun tak mempersoalkan mengenai penggunaan J-10 oleh Indonesia.

Bila Indonesia hendak membom komplotan separatis menggunakan J-10, Beijing tak mempermasalahkan hal itu.

J-10 menjadi 'tameng' menangkal potensi embargo militer Barat.

Selain itu diyakini J-10 bakal ditempatkan di sisi selatan NKRI.

Tujuannya untuk menangkal potensi ancaman dari Australia, teknologi Timur khusus digunakan melawan teknologi Barat.

Sebaliknya Rafale bisa di sisi Utara Indonesia, teknologi Barat digunakan melawan potensi ancaman dari blok Timur.

Perang Indo Pasifik

Mungkin dalam 15 tahun mendatang terpampang pemberitaan perang Indo Pasifik.

Kepentingan China Vs AS saling bertrubukkan di sini.

Potensi konflik paling tinggi di dunia yang bisa meletus jadi perang besar cuma ada di Indo Pasifik lebih tepatnya Laut China Selatan.

Kerentanan pemicu perang ada di Taiwan.

Hanya tunggu waktu saja People's Liberation Army (PLA) menyerbu Taiwan maka perang besar dipastikan meletus.

Taiwan pasti meminta bantuan AS untuk melawan invasi China.

Sebelumnya Washington menegaskan siap membantu Taiwan bila invasi dari China terjadi.

Titik temu pasukan AS Vs China terjadi di Taiwan, baru merembet ke wilayah lain.

Efek samping inilah yang diwaspadai Indonesia, mau tak mau harus ambil sikap.

Tetapi pembelian J-10 menurut pengamat pertahanan dari ASPI Strategist Australia, Euan Graham seakan memberi pesan bahwa China bukan ancaman bagi Indonesia.

Pemerintah Indonesia berpikir bahwa perang dengan China tak bakal terjadi, Jakarta berasumsi tak mungkin bertempur melawan Beijing.

AS dan China punya kepentingan berlawanan di Indo Pasifik

"Artinya, Anda membeli hubungan pemasok jangka panjang dengan Beijing dan segala konsekuensinya, termasuk asumsi yang tertanam bahwa Indonesia tidak akan pernah melawan China," jelas Graham dikutip dari Breaking Defense dalam artikelnya berjudul 'Indonesia’s J-10 fighter buy from China a geopolitical play with capability risks: Experts' pada 27 Oktober 2025.

Asumsi ini cukup meresahkan karena dunia zaman sekarang kawan bisa jadi musuh pun sebaliknya.

Contohnya gegara klaim Nine Dash Line, Vietnam yang dulunya musuh AS kini menjalin kerja sama dengannya.

AS sampai menawarkan paket murah pembelian F-16 ke Vietnam sebagai upaya menggaet Sekutu baru demi melawan China.

China pun demikian, berusaha menggaet Thailand yang punya hubungan dekat dengan AS bermodal iming-iming modernisasi alutsista berteknologi tinggi.

Hal seperti ini lumrah terjadi, sekarang tinggal bagaimana Indonesia menggunakan J-10 apabila sampai terjadi clash melawan China.*






















Seto Ajinugroho
Seto Ajinugroho adalah seorang Wartawan yang berkecimpung di dunia Jurnalisme terutama menggeluti tentang informasi perkembangan teknologi pertahanan nasional dan internasional

Posting Komentar untuk "Indonesia Beli J-10 Karena Yakin Tidak Akan Berperang Melawan China"