Misi Berani Mati Awak Kapal Selam Rusia Bantu Militer Indonesia Berperang di Garis Depan

TIMEMOMENTS.COM - Sebetulnya ada beberapa perwira angkatan laut Indonesia sebelum kemerdekaan mengenyam pendidikan spesialisasi kapal selam.

Ada dua angkatan laut yang menjadi tempat pendidikan itu yakni Koninklijke Marine dan Royal Navy.

Mereka bersentuhan langsung tentang bagaimana cara mengoperasikan kapal selam.

Dua angkatan laut di atas memang dirasa pas sebagai kawah Candradimuka bagi pelaut Indonesia namun adanya Trikora membuat kesempatan mendapatkannya jadi tak mungkin saat itu.

Baca Juga : Kisah Pelaut Indonesia Ikuti Pendidikan Spesialisasi Kapal Selam Armada Rusia

Ketegangan dengan Barat meningkat karena persiapan operasi Jayawijaya.

Jangankan mengirim kadet mengikuti pendidikan militer ke negara Barat, membeli alutsista AS pun dipersulit.

Sehingga pemerintah Indonesia mengalihkan pembelian ke Uni Soviet pada 1958.

Pendidikan Spesialisasi Kapal Selam Uni Soviet

Indonesia yang mengalihkan pembelian alutsista ke Soviet berimbas pada pendidikan atau pelatihan mengoperasikan senjata sekalian di sana.

Salah satunya spesialisasi kapal selam di armada Pasifik Vladivostok.

Sekitar 400 kadet atau pelaut ALRI dikirim ke sana guna menjalani pelatihan pada 1961.

Pelatih AL Soviet memuji tekad para kadet Indonesia.

Meski bertubuh pendek dan terlihat sedikit ringkih, mereka menjalani pelatihan sungguh-sungguh tak ragu sama sekali.

"Stamina dan kebugaran fisik para pelaut Indonesia yang ringkih dan umumnya bertubuh pendek hampir tidak layak disebut.


Namun, para awak kapal selam Indonesia, baik sersan maupun pangkat, menjalankan tugas mereka dengan sungguh-sungguh, tanpa ragu mengikuti perintah dan instruksi komandan dan atasan mereka," jelas alerozin.narod.ru dalam artikelnya berjudul 'Soviet participation in the formation of the Indonesian Navy' pada 2017.

Bahkan kepala peneliti di Institut Studi Oriental Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia dan doktor ilmu politik, Alexei Yuryevich Drugov, yang jadi penerjemah mengakui selama pelatihan kadet Indonesia melampaui semua ekspetasi.

Mereka melahap materi secara cepat dan mengerti seluk beluk pengoperasian kapal selam secara pasti.

Padahal buku manual dan petunjuk di dalam kapal menggunakan bahasa Rusia.

Usai menjalani pelatihan intens selama setahun lebih, kadet Indonesia dikirim kembali ke Tanah Air, misi berat menunggu mempersiapkan operasi Jayawijaya merebut Irian Barat dari Belanda.

Misi Berani Mati

Para kadet yang selesai menjalani pendidikan sudah paham betul bahwasanya menghadapi Belanda di Irian taruhannya nyawa.

Setiap misi bisa berarti berani mati, tapi mereka tak gentar karena ini merupakan tugas negara merebut kembali kedaulatan Indonesia.

Tapi fakta di lapangan tak bisa dibantah yakni militer Indonesia kekurangan personel terlatih mengoperasikan alutsista canggih yang berjumlah banyak, serentak dan dalam waktu singkat.

Pemerintah Indonesia mengontak Moskow tentang halangan ini.

Solusinya mengejutkan, Kremlin memerintahkan armada laut Baltik dan Vladivostok mempersiapkan personel terlatih serta enam kapal selam Whiskey class bernomor lambung S-236, S-235, S-239, S-290, S-291 dan S-292.

Semua torpedo latihan dilepas dan diganti dengan senjata aktif, batas waktu 4 Mei 1962 kapal harus sudah melaut.

Kemudian para personel mengisi formulir hingga menerima pakaian sipil dari gudang.

Anehnya pakaian yang dibagikan tak berkain tebal layaknya yang mereka pakai di iklim dingin Rusia, para awak menduga tugas mereka ke luar negeri.

Dugaan awal mereka hendak dikirim ke Kuba.

Namun sesaat sebelum keberangkatan Komandan Armada Pasifik Laksamana Vitaly Fokin memberikan pengarahan bahwa mereka dikirim ke Indonesia.

Misi mereka ialah membantu militer Indonesia digaris depan berperang melawan Belanda.

Ini bisa jadi misi sekali jalan, berani mati!

"Apa artinya meninggalkan pangkalan (dan kami sudah diperingatkan bahwa kami tidak akan pernah kembali) tidak perlu dijelaskan kepada para pelaut angkatan laut.

Intinya, beberapa jam untuk mengucapkan selamat tinggal kepada keluarga kami, yang, seperti kami, sama sekali tidak tahu tentang nasib masa depan mereka, lalu—berangkat ke laut," kata kesaksian Letnan Komandan Rudolf Viktorovich Ryzhikov, asisten senior komandan kapal selam (Proyek 613), yang bertugas di pangkalan Armada Pasifik terpencil di Teluk Vladimir dikutip dari armystandard.ru dalam artikelnya berjudul 'Under the Indonesian flag' pada 21 Juli 2020.

Letnan Rudolf Viktorovich Ryzhikov (foto : Army Standard)

Sesampainya di dermaga Ujung Surabaya, dua kapal selam itu diterima langsung oleh Laksamana Madya Grigory Chernobay, penasehat militer Soviet yang berada di Jakarta.

Chernobay memerintahkan menurunkan bendera Voyenno-morskoy flot SSSR lalu menggantinya dengan bendera armada Indonesia.

Misi ke Maluku

Setelah beberapa waktu di Surabaya, Chernobay memerintahkan Rudolf dan pasukannya berlayar ke Maluku tepatnya pada akhir Juli 1962.

Pelabuhan Bitung jadi tujuan, misi mereka kali ini patroli tempur untuk menutup lalu lintas kapal di bagian barat perairan Irian.

Selain itu Rudolf mendapat Primary Mission cukup penting, kapal selamnya bernomor lambung S-236 mengamankan pendaratan amfibi Marinir Indonesia yang menandai dimulainya operasi Jayawijaya.

"S-236 diperintahkan untuk mencegah kapal berbendera apa pun melewati wilayah kami mulai tengah malam tanggal 10 Agustus 1962.

Kami bertugas mengawal pendaratan pasukan di pesisir Guinea dan mencegah pemindahan peralatan teknis apa pun dari Irian Barat," jelas Rudolf.

Tapi Belanda dan Indonesia akhirnya berdamai soal Irian Barat setelah perjanjian New York diteken pada 15 Agustus 1962.

S-236 dan kapal selam lainnya diperintahkan mundur ke Surabaya lalu Rudolf melatih awak kapal selam Indonesia kemudian menyerahkan alutsistanya itu ke ALRI.

Usai pelatihan selesai, S-236 diserahkan terimakan lalu berganti nama menjadi KRI Bramastra 412.*










Seto Ajinugroho
Seto Ajinugroho adalah seorang Wartawan yang berkecimpung di dunia Jurnalisme terutama menggeluti tentang informasi perkembangan teknologi pertahanan nasional dan internasional

Posting Komentar untuk "Misi Berani Mati Awak Kapal Selam Rusia Bantu Militer Indonesia Berperang di Garis Depan"