Kisah KRI Ratulangi Lindungi Pendaratan Amfibi Marinir Indonesia dari Ancaman Fregat AL Portugal

Kapal tender kapal selam KRI Ratulangi (foto : @submarines.id)


TIMEMOMENTS.COM - Generasi sekarang mungkin tak tahu apa itu kapal perang KRI Ratulangi.

Adanya kapal tender kapal selam ini menandai kekuatan armada bawah air ALRI masih sangat dominan di kawasan pada 1962.

Tugas Ratulangi saat itu sebagai dermaga terapung guna mengisi ulang bekal armada kapal selam Indonesia.

Jumlah kapal selam Whiskey class mencapai 12 unit, sulit jika harus bolak balik pangkalan di darat untuk mengisi ulang logistik.

Baca Juga : Pengamat Pertahanan Bocorkan Bahwa Indonesia Mempercepat Pembelian Fregat Siap Tempur dari Eropa

Selain itu jika terus bolak balik ke pangkalan bisa kehilangan momentum.

Eks Kapal Uni Soviet

Sejarah dari KRI Ratulangi sendiri cukup panjang.

Ia merupakan eks kapal perang Uni Soviet yakni Nikolay Kartashov yang merupakan Don Class.

Wajar saja Soviet punya kapal tender seperti ini karena armada kapal selamnya sangat banyak.

Mereka rela menghilangkan proyek kapal induk demi memperkuat armada bawah airnya.


Moskow berpikir kapal selam lebih efektif menimbulkan efek penggentar lalu meluncurkan rudal balistik antar benua untuk serangan mematikan.

Ratulangi sendiri bernomor lambung 410 dan dibeli oleh Indonesia dalam misi Nasution Pertama.

Kapal itu disiapkan sebagai unsur alutsista pertama dalam operasi Jayawijaya merebut Irian Barat.

Namun dirinya tak ikut secara langsung dalam Trikora lantaran perjanjian New York pada 15 Agustus 1962 diteken.

Tak lama setelah itu terbitlah Dwikora dalam babakan konfrontasi Indonesia-Federasi Malaya.

Ia diperintahkan mendukung operasi kapal selam Indonesia melancarkan berbagai operasi melawan negara Persemakmuran Inggris.

Operasi Seroja

Operasi tempur KRI Ratulangi paling mendebarkan justru terjadi saat invasi militer Indonesia ke Timor Timur akhir tahun 1975.

Ia dijadikan kapal komando Satuan Tugas Amfibi Seroja.

Dirinya ditugasi menyukseskan pendaratan amfibi pasukan Marinir Indonesia di kampung Alor pada 7 Desember 1975.

Bersama KRI Martadinata, KRI Barakuda, KRI Jayawijaya, KRI Sorong dan KRI Teluk Bone, Ratulangi bergegas membawa Batalyon Tim Pendarat ke-5 Marinir melaksanakan misinya.

Pendaratan amfibi pasukan Marinir Indonesia dalam operasi Seroja (foto : ABRI) 

Rupanya dalam operasi itu AL Portugal yang punya kepentingan di Timor Timur mengerahkan dua fregatnya yakni NRP Afonso de Albuquerque dan Joao Belo class mencoba menggagalkan pendaratan ini.

Namun gugus tugas Indonesia terlampau kuat, fregat Portugal itu cuma bisa mengamati proses serbuan pasukan Marinir Indonesia.

"Kedua frigat Portugis sudah ada di perairan Timor sejak Oktober 1975 Ratulangi, yang memiliki empat senapan 100 mm, melacak dua frigat, sementara Martadinata terus melanjutkan tugasnya.

Frigat Portugis sedang mengamati proses pendaratan 7 km (3,8 nmi) dari kapal-kapal Indonesia," jelas akun instagram @submarines.id pada 3 Desember 2025.

Sayangnya setelah Seroja, KRI Ratulangi tak lagi melahap operasi strategis karena semakin susutnya kekuatan armada kapal selam ALRI dan akhirnya dipensiunkan pada 1980 an.***

Seto Ajinugroho
Seto Ajinugroho adalah seorang Wartawan yang berkecimpung di dunia Jurnalisme terutama menggeluti tentang informasi perkembangan teknologi pertahanan nasional dan internasional

Posting Komentar untuk "Kisah KRI Ratulangi Lindungi Pendaratan Amfibi Marinir Indonesia dari Ancaman Fregat AL Portugal"