Sebelum Minati J-10, Indonesia Pernah Diberi Gratis 48 Unit Pesawat Tempur Oleh China

J-10 (foto : China Military)


TIMEMOMENTS.COM - J-10 baru-baru ini diminati oleh Indonesia.

Bahkan secara tak langsung Indonesia hendak membeli sekiranya 42 unit jet tempur berjuluk Vigorous Dragon itu.

Kesempatan terbuka lebar karena industri dirgantara China bisa memproduksinya secepat kilat.

Selain itu kebutuhan jet tempur Heavy Fighter mendesak di sini.

Baca Juga : Indonesia Baru Mau Beli Tapi China Berencana Hentikan Produksi J-10 Fokus Membuat J-20

Jumlah pesawat juga menentukan selain dibarengi kualitas.

Industri Dirgantara China

Sejak Republik Rakyat China (RRC) berdiri pada 1947 mereka mulai mengembangkan indsutri pertahanannya.

Perang Korea membuka mata People's Republic Army (PLA) bahwa tak bisa selamanya tumpuan angkatan bersenjata bergantung ke Infanteri.

Mereka melihat US Armed Forces memiliki pesawat tempur yang sangat efektif membabat pasukan PLA dan Korea Utara yang sebagian besar Infanteri.

Memang dalam perang Korea, PLA mendapat hasil yang tak buruk tapi jatuh korban amat banyak.

Faktor kecanggihan alutsista paling mencolok pesawat tempur jadi penyebabnya.


Sebab di atas membuat mereka mengembangkan industri dirgantaranya, dan kini melesat tinggi setara dengan AS.

Bahkan ada kans melewatinya karena China berhasil menerbangkan prototipe jet tempur generasi keenam pertama kali dibanding negara lain di dunia.

"Pesawat debutan paling spektakuler, yang melakukan penerbangan perdananya pada 26 Desember 2024, berasal dari Chengdu Aircraft Industry Group: sebuah pesawat tempur siluman yang oleh berbagai komentator anonim di internet China diidentifikasi sebagai J-36," jelas aspistrategist.org.au.

Apa yang dilakukan China mesti ditiru oleh Indonesia, tak ada hasil instan jika ingin memiliki industri pertahanan yang mandiri.

Bertemu Mao Zedong

Sebelum adanya keinginan membeli J-10, tahun 1960 an Indonesia diberi total 48 pesawat tempur oleh China.

Hal ini bermula saat AS mempersulit pasokan suku cadang P-51 dan B-25 AURI.

Alasannya karena secara langsung AS mendukung gerakan pemberontakan PRRI dan dua pesawat tempur itu digunakan memeranginya.

Operasi udara AURI terhambat karena pembatasan pasokan suku cadang.

"AS diam-diam berpihak pada pemberontak. Secara resmi tidak ada embargo, tetapi pada kenyataannya dari daftar panjang suku cadang senilai ratusan ribu dolar, hanya satu magnet untuk P-51 senilai US$ 125 yang mendapat izin ekspor," keluh Kepala Angkatan Udara Marsekal Suryadarma dikutip dari majalah Angkasa No.12 September 1999 Tahun IX.

Suryadarma lantas menunjuk Letnan Kolonel Salatun yang saat itu menjabat sekretaris Kepala Staf Gabungan membentuk Delegasi Indonesia untuk pergi ke China.

Tugasnya mencari suku cadang P-51 dan B-25 peninggalan Angkatan Bersenjata Republik China (Taiwan) sebelum kekuasaan diambil alihPartai Komunis China (PKC).

P-51 Si Cocor Merah milik AURI (foto : TNI AU)

Namun sesampainya di sana pemerintah RRC terlanjur membongkar semua P-51 dan B-25, entah kemana part-partnya.

Guna mengobati kekecewaan, Salatun dkk diundang bertemu dengan Ketua PKC Mao Zedong dan Perdana Menteri RRC Chou-en-Lai.

Kedua orang penting China itu mengatakan bakal memberi Indonesia pesawat tempur.

"Salatun mendapatkan 12 pesawat tempur jet tipe 56 (MiG-17 yang diproduksi berdasarkan lisensi), 12 pesawat pembom Tu-2, dan 24 pesawat tempur La-11 (dikenal sebagai Thunderbolt Rusia )," jelas Majalah Angkasa.

Sumbangan pesawat ini berperan baik kala AURI menjalankan berbagai macam operasi saat Trikora dan Dwikora lalu pada 1970 deretan pesawat tempur pemberian China dipensiunkan.*
Seto Ajinugroho
Seto Ajinugroho adalah seorang Wartawan yang berkecimpung di dunia Jurnalisme terutama menggeluti tentang informasi perkembangan teknologi pertahanan nasional dan internasional

Posting Komentar untuk "Sebelum Minati J-10, Indonesia Pernah Diberi Gratis 48 Unit Pesawat Tempur Oleh China"